Desa Sukokerto, Krajan.id – Setelah 40 hari mengabdi di tengah masyarakat Desa Sukokerto, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 146 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menggelar acara pisah pamit penuh makna.
Bertempat di Wisata Religi Bujuk Salama, Rabu (23/07/2025), kegiatan ini menjadi momentum penutup yang membalut silaturahmi dalam nuansa kearifan lokal.
Mengangkat tema “Melangkah Pulang: Menyapa Kembali Jejak Cerita di Sukokerto”, acara ini menjadi bentuk apresiasi mahasiswa kepada masyarakat yang telah memberikan dukungan selama pelaksanaan program.
Tim KKN 146 UINSA telah menginisiasi berbagai kegiatan yang menyentuh langsung kebutuhan warga, mulai dari pelatihan pembuatan pupuk organik, penanaman bibit bersama, bimbingan belajar gratis, hingga kegiatan pemberdayaan lain yang mendukung kemajuan desa.
Acara dibuka dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Sekretaris Desa Sukokerto, Pak Saerosi, menciptakan suasana khidmat dan religius. Kemudian, sambutan disampaikan oleh Koordinator Desa KKN 146 serta Kepala Desa Sukokerto, Bapak Sunarto, A.Ma., yang menyampaikan rasa terima kasih atas kontribusi para mahasiswa selama di desa.
Momen yang paling ditunggu warga adalah ketika tim KKN mempresentasikan hasil program kerja mereka selama 40 hari. Dengan antusias, warga menyimak pemaparan yang memperlihatkan hasil nyata dari kegiatan yang telah dilakukan.
“Kehadiran adik-adik KKN sangat membahagiakan bagi Desa Sukokerto. Mereka telah menyalurkan banyak ilmu dan semangatnya untuk membantu desa ini,” ujar Pak Saerosi dalam sesi kesan dan pesan.
Acara semakin menyentuh saat diputar after movie berisi dokumentasi kegiatan KKN. Suasana menjadi haru dan akrab. Selanjutnya, tumpeng dipotong sebagai simbol syukur dan perpisahan, dilanjutkan dengan makan bersama dan halal bihalal antara mahasiswa dan warga.
Pemilihan Wisata Religi Bujuk Salama sebagai lokasi penutupan memiliki makna simbolis. Tempat ini merupakan makam Kyai Ahmad, ulama penyebar Islam sekaligus pendiri Desa Sukokerto.
Dalam bahasa Madura, ‘bujuk’ berarti makam, sedangkan ‘Salama’ diambil dari nama anak pertamanya. Tradisi memanggil seseorang dengan nama anak sulung membuat masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan Kyai Salama.
Hingga kini, Bujuk Salama masih menjadi pusat tradisi religius warga Sukokerto. Empat agenda besar digelar setiap tahun: Haul pada bulan Syawal, Maulid Nabi, Tahun Baru Islam, dan Tahun Baru Masehi.
Setiap minggunya, warga juga rutin mengadakan yasinan dan tahlilan, yang disertai kegiatan gotong royong, mulai dari membersihkan lokasi hingga memasak bersama. Tradisi ini mencerminkan semangat kolektivitas yang tetap terjaga.
Baca Juga: Mahasiswa KKN 146 UINSA Gagas Pupuk Organik di Sukokerto, Dorong Pertanian Ramah Lingkungan
Melalui acara ini, tim KKN berharap silaturahmi yang telah terjalin tidak berakhir di sini. Program-program yang telah dirintis, seperti pelatihan pertanian berkelanjutan dan edukasi lingkungan, diharapkan dapat terus diterapkan oleh warga.
“Kami berharap apa yang telah kami mulai bisa menjadi langkah kecil menuju perubahan yang lebih besar bagi Desa Sukokerto. Semoga ilmu yang kami bagi bermanfaat dan dapat diteruskan,” ujar salah satu anggota KKN 146 UINSA.
Pisah pamit ini bukan hanya tentang mengakhiri masa pengabdian, tetapi menjadi simbol kelanjutan hubungan yang harmonis antara dunia kampus dan masyarakat.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





