Laporan keuangan yang akurat dan dapat dipercaya merupakan landasan utama dalam pengambilan keputusan yang efektif bagi sebuah perusahaan. Ketidakakuratan dalam laporan keuangan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, mulai dari kesalahan strategi yang merugikan hingga rusaknya reputasi perusahaan di mata investor.
Ketidakakuratan ini juga berpotensi memengaruhi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan pendanaan atau menarik minat investor untuk mendukung keberlanjutan bisnisnya. Penyebab ketidakakuratan laporan keuangan bisa bermacam-macam, seperti kesalahan manusia, sistem yang tidak memadai, hingga metode pencatatan yang kurang tepat.
Dalam konteks ini, akuntansi manajerial memiliki peran penting dalam memperbaiki keakuratan laporan keuangan sekaligus memastikan informasi yang disajikan relevan dan dapat diandalkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat.
Ketidakakuratan laporan keuangan seringkali bermula dari kesalahan dalam pencatatan transaksi sehari-hari. Misalnya, seorang akuntan yang secara tidak sengaja mencatat transaksi penjualan sebesar Rp 10 juta menjadi Rp 1 juta.
Kesalahan sederhana semacam ini dapat mengakibatkan laporan pendapatan yang jauh lebih rendah dari yang sebenarnya, sehingga memberikan gambaran yang salah mengenai kinerja keuangan perusahaan. Kesalahan yang tidak segera diperbaiki bisa berdampak buruk pada keputusan strategis perusahaan, baik dalam alokasi anggaran, investasi, maupun pengeluaran.
Selain itu, ketidakefisienan dalam pengelolaan biaya juga menjadi salah satu penyebab ketidakakuratan laporan keuangan. Ketika biaya produksi atau operasional tidak dicatat atau dialokasikan dengan benar, laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan mencerminkan kondisi sebenarnya.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan manufaktur salah dalam mendistribusikan biaya produksi di antara berbagai lini produk, hasil akhirnya bisa menjadi harga pokok produksi (HPP) yang tidak akurat.
Hal ini dapat menyebabkan keputusan yang keliru, seperti menetapkan harga jual yang salah atau salah memperkirakan margin keuntungan. Kondisi ini tentu dapat mengancam keberlangsungan operasional perusahaan dalam jangka panjang.
Kurangnya pengawasan terhadap sistem keuangan juga sering menjadi akar masalah ketidakakuratan laporan keuangan. Tanpa adanya audit internal yang rutin, perusahaan akan kesulitan mendeteksi kesalahan atau bahkan kecurangan yang mungkin terjadi.
Sebagai ilustrasi, dalam sebuah perusahaan kecil yang tidak memiliki sistem audit internal yang memadai, seorang karyawan mungkin saja menyalahgunakan celah dalam sistem untuk melakukan pengeluaran fiktif.
Jika hal ini tidak terdeteksi dalam waktu yang lama, dampaknya dapat berupa kerugian finansial yang signifikan sekaligus menurunkan kepercayaan pemangku kepentingan terhadap perusahaan.
Metode akuntansi yang digunakan perusahaan juga berpengaruh besar terhadap akurasi laporan keuangan. Kesalahan dalam memilih metode pencatatan dapat menghasilkan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Sebagai contoh, penggunaan metode kas dalam mencatat pendapatan untuk kontrak jangka panjang, yang seharusnya menggunakan metode akrual, dapat menyebabkan laporan keuangan yang tidak mencerminkan kinerja perusahaan secara akurat.
Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi menghambat perusahaan dalam memahami posisi keuangannya dengan benar, terutama dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin kompleks.
Di sisi lain, keterbatasan sistem teknologi yang dimiliki perusahaan juga menjadi salah satu kendala utama. Sistem informasi yang tidak terintegrasi antar departemen seringkali menghasilkan inkonsistensi data.
Baca Juga: Benarkah Sebelum Tidur 90% Otak Kita Membayangkan Hal-Hal yang Ingin Terjadi?
Sebagai contoh, jika data penjualan tidak terhubung langsung dengan sistem persediaan, perusahaan mungkin akan kesulitan mencocokkan informasi tentang jumlah barang yang tersedia dengan jumlah barang yang telah dijual. Ketidaksesuaian semacam ini tidak hanya berdampak pada laporan keuangan, tetapi juga pada strategi operasional perusahaan secara keseluruhan.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, penerapan strategi akuntansi manajerial yang tepat menjadi solusi utama. Salah satu langkah yang dapat diambil perusahaan adalah dengan mengimplementasikan sistem akuntansi terintegrasi.
Sistem ini memungkinkan berbagai departemen dalam perusahaan, seperti penjualan, produksi, dan pengadaan, untuk saling terhubung dalam satu platform. Dengan menggunakan perangkat lunak Enterprise Resource Planning (ERP) atau teknologi berbasis cloud, perusahaan dapat memastikan bahwa data yang tercatat konsisten dan dapat diakses secara real-time.
Integrasi ini juga memungkinkan manajer untuk memantau kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh, sehingga kesalahan pencatatan dapat segera terdeteksi dan diperbaiki.
Selain itu, pengalokasian biaya yang tepat juga menjadi kunci utama dalam meningkatkan akurasi laporan keuangan. Metode activity-based costing (ABC) merupakan pendekatan yang efektif dalam mengatasi permasalahan ini.
Baca Juga: Al-Munqidh min al-Dhalal: Menyelami Pemikiran Al-Ghazali tentang Kebenaran
Dengan memecah biaya menjadi aktivitas-aktivitas yang lebih spesifik, perusahaan dapat menentukan alokasi biaya yang sebenarnya untuk setiap aktivitas dalam proses produksi. Pendekatan ini tidak hanya membantu perusahaan memahami struktur biayanya secara lebih mendetail, tetapi juga meningkatkan keakuratan laporan keuangan. Melalui analisis cost-volume-profit, perusahaan dapat memproyeksikan bagaimana perubahan volume penjualan atau biaya tetap akan memengaruhi profitabilitasnya.
Perusahaan juga perlu menerapkan anggaran yang fleksibel agar laporan keuangan tetap relevan dengan kondisi yang terjadi. Anggaran fleksibel memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan proyeksi keuangan sesuai dengan perubahan yang tak terduga, seperti peningkatan biaya produksi atau penurunan penjualan. Dengan anggaran yang dapat disesuaikan, perusahaan dapat meminimalkan risiko kesalahan dalam laporan keuangan sekaligus meningkatkan ketepatan dalam perencanaan strategis.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) juga memegang peranan penting dalam mengurangi ketidakakuratan laporan keuangan. Perusahaan perlu memastikan bahwa staf akuntansi dan manajer keuangan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai standar akuntansi internasional, seperti IFRS atau GAAP.
Baca Juga: Tantangan Penegakan Hukum di Indonesia: Perspektif Sosiologi Hukum
Pelatihan dan pendidikan berkelanjutan bagi tim keuangan harus menjadi prioritas, agar mereka mampu mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan dengan cepat. Selain itu, evaluasi kinerja yang dilakukan secara berkelanjutan menggunakan indikator kinerja utama (KPI) yang relevan dapat membantu perusahaan mendeteksi potensi masalah lebih dini.
Sebagai contoh, jika biaya produksi meningkat tanpa alasan yang jelas, perusahaan dapat segera menyelidiki penyebabnya dan melakukan langkah-langkah perbaikan.
Dengan berbagai langkah tersebut, akuntansi manajerial mampu menjadi solusi efektif untuk mengatasi ketidakakuratan laporan keuangan. Penerapan strategi yang tepat tidak hanya meningkatkan akurasi laporan keuangan, tetapi juga memperkuat kemampuan perusahaan dalam menghadapi tantangan bisnis yang dinamis. Dengan laporan keuangan yang lebih akurat, perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan mempertahankan kepercayaan para pemangku kepentingan.





