Briket Sekam Padi, Upaya KKN UNS 278 Dorong Ekonomi Warga Candirejo

Mahasiswa KKN UNS 278 Desa Candirejo mempraktikkan proses pembuatan briket sekam padi bersama warga. (doc. KKN 278 UNS)
Mahasiswa KKN UNS 278 Desa Candirejo mempraktikkan proses pembuatan briket sekam padi bersama warga. (doc. KKN 278 UNS)

Candirejo, Krajan.id – Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, kembali menjadi sorotan berkat langkah maju dalam pengelolaan limbah pertanian. Inovasi ini lahir dari program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kelompok 278, yang menginisiasi pemanfaatan sekam padi menjadi briket ramah lingkungan sebagai energi alternatif.

Selama ini, sekam padi sering dianggap sebagai limbah tak berguna dan kerap dibakar begitu saja, sehingga menimbulkan polusi udara. Melalui program KKN ini, sekam diolah menjadi briket padat yang berkualitas dan dapat digunakan sebagai pengganti kayu bakar atau arang. Kehadiran inovasi ini diharapkan tidak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga membantu menekan laju deforestasi akibat penebangan kayu.

Bacaan Lainnya

Ketua Tim KKN UNS 278, Salwa Aulia Hakim, menjelaskan bahwa program ini dirancang dengan dua tujuan utama: menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


“Dengan mengubah sekam padi menjadi briket, kami berharap warga bisa mendapatkan manfaat ganda. Pertama, mengurangi limbah pertanian yang selama ini mencemari udara. Kedua, memberi peluang ekonomi baru bagi masyarakat Desa Candirejo,” ujar Salwa.

Briket sekam padi memiliki sejumlah keunggulan. Selain bahan bakunya mudah didapat dan murah, proses pembuatannya juga relatif sederhana. Kualitas panas yang dihasilkan cukup stabil, sehingga dapat menjadi alternatif bahan bakar rumah tangga maupun usaha kecil yang selama ini masih bergantung pada kayu atau arang.

Sebagai bagian dari program, mahasiswa KKN UNS 278 menggelar pelatihan pembuatan briket bagi warga Desa Candirejo. Mulai dari pengumpulan sekam, proses pengeringan, pencampuran dengan bahan pengikat, hingga pencetakan briket, semua diajarkan secara bertahap.

Warga tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga diberi kesempatan langsung mencoba proses pencetakan. Antusiasme terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Salah satu peserta, Bu Faiz, mengaku senang dengan kegiatan tersebut.

“Saya senang sekali bisa belajar. Di desa ini kan banyak limbah padi seperti sekam. Alhamdulillah kalau bisa dimanfaatkan, apalagi bisa menambah nilai jual. Lebih baik begini daripada hanya dibakar dan menimbulkan polusi udara,” ungkapnya.

Respon positif dari masyarakat membuktikan bahwa inovasi ini memiliki potensi besar untuk diterima dan dikembangkan lebih lanjut.

Program pemanfaatan sekam padi ini juga mendapat dukungan penuh dari perangkat desa. Ketua Kelompok Tani Desa Candirejo, Pak Ismail, menilai kehadiran mahasiswa UNS membawa wawasan baru yang bermanfaat.

“Selama ini kami hanya menganggap sekam padi sebagai limbah yang tidak ada harganya. Dengan adanya inovasi ini, masyarakat jadi tahu bahwa sekam bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi,” ujarnya.

Menurut Pak Ismail, ketersediaan bahan baku di Desa Candirejo sangat melimpah, sehingga peluang pengembangan usaha briket cukup besar.

“Kalau dikelola dengan baik, tentu bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani. Apalagi kebutuhan energi alternatif sekarang semakin meningkat,” tambahnya.

Mahasiswa KKN UNS 278 berfoto bersama warga Desa Candirejo usai pelatihan pembuatan briket sekam padi. (doc. KKN 278 UNS)
Mahasiswa KKN UNS 278 berfoto bersama warga Desa Candirejo usai pelatihan pembuatan briket sekam padi. (doc. KKN 278 UNS)

Namun, ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan program. Ia berharap ada pendampingan lanjutan dari pemerintah desa maupun instansi terkait agar produksi bisa dilakukan dalam skala lebih besar dan lebih profesional. Dengan begitu, kualitas briket akan meningkat, daya saing lebih kuat, dan pemasaran bisa meluas ke luar desa.

Sebagai penutup, Pak Ismail menegaskan bahwa kelompok tani siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan briket sekam padi menjadi produk unggulan desa. Ia optimis Desa Candirejo ke depan tidak hanya dikenal sebagai sentra pertanian, tetapi juga sebagai desa inovatif yang mampu mengubah limbah menjadi berkah.

Keberhasilan KKN UNS 278 di Desa Candirejo membuktikan bahwa inovasi sederhana dapat membawa dampak besar. Dari sekam padi yang semula hanya dianggap sampah, kini lahir peluang baru untuk energi ramah lingkungan sekaligus penggerak ekonomi desa.

Dengan adanya sinergi antara mahasiswa, masyarakat, dan perangkat desa, Desa Candirejo diharapkan menjadi contoh nyata pengelolaan limbah pertanian berkelanjutan yang dapat ditiru di daerah lain.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *