Dukung Pertanian Berkelanjutan, Mahasiswa KKN UNS Ajarkan Olah Limbah Kulit Kopi Jadi Pupuk Organik Cair

Proses pengolahan limbah kulit kopi menjadi pupuk organik cair. (doc. KKN 326 UNS)
Proses pengolahan limbah kulit kopi menjadi pupuk organik cair. (doc. KKN 326 UNS)

Desa Gemawang, Krajan.id – Kreativitas mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil menghadirkan inovasi ramah lingkungan dengan mengubah limbah kulit kopi menjadi pupuk organik cair.

Kegiatan yang berlangsung di Balai Desa Gemawang pada Senin, (28/7/2025), itu tak hanya sekadar sosialisasi, tetapi juga praktik langsung bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setempat.

Bacaan Lainnya

Program ini digagas oleh Tim KKN 326 UNS di bawah kepemimpinan Rambang Prayoga Priyono, mahasiswa kedokteran yang menjadi ketua tim. Sementara itu, program pembuatan pupuk organik cair dikoordinatori oleh Valma Syifa Celena, mahasiswa pertanian.

Menurut Valma, ide pemanfaatan kulit kopi muncul dari realitas sederhana: banyaknya limbah kopi di Desa Gemawang yang selama ini hanya menumpuk dan dibuang begitu saja. Padahal, kulit kopi kaya akan unsur organik dan mineral yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.

“Awalnya kami melihat tumpukan kulit kopi hanya menjadi sampah. Dari situlah muncul inspirasi, bagaimana kalau limbah ini kita olah menjadi pupuk organik cair, apalagi jika dipadukan dengan air cucian beras yang juga mengandung unsur hara penting,” jelas Valma.

Proses pembuatannya pun terbilang sederhana. Bahan utama berupa limbah kulit kopi dicampur dengan air cucian beras, kemudian ditambahkan EM4 (Effective Microorganisms) dan molase sebagai sumber nutrisi mikroorganisme. Campuran ini lalu difermentasi dalam wadah tertutup rapat seperti galon bekas selama beberapa minggu hingga menghasilkan pupuk cair siap pakai.

Meski prosesnya mudah, tantangan justru muncul dari pola pikir petani. Banyak masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan pupuk kimia karena dianggap lebih cepat menunjukkan hasil.

“Sebagian besar petani masih beranggapan pupuk organik kurang efektif dibanding pupuk kimia. Hambatannya juga ada pada pengetahuan teknik fermentasi dan dosis aplikasi yang tepat. Namun dengan pendampingan, perlahan-lahan pemahaman itu mulai berubah,” tambah Valma.

Perubahan tersebut terlihat dari antusiasme petani saat mengikuti praktik langsung. Mereka menyambut positif metode pembuatan pupuk cair ini karena biayanya murah, prosesnya sederhana, dan bisa dilakukan secara mandiri di rumah.

Hasil yang sudah mulai terlihat membuat masyarakat semakin yakin. Tanaman yang diberi pupuk organik cair dari limbah kulit kopi tampak lebih subur, tahan terhadap hama, dan lebih sehat. Memang tidak seinstan pupuk kimia, tetapi manfaat jangka panjangnya lebih ramah lingkungan.

“Penggunaan pupuk ini bisa memperbaiki struktur tanah, menambah bahan organik, serta menjaga keseimbangan mikroorganisme. Dalam jangka panjang, kualitas tanah Desa Gemawang akan lebih baik dan pertanian menjadi lebih berkelanjutan,” ungkap Valma.

Selain itu, pupuk ini juga berperan sebagai stimulan biologis, membantu tanaman lebih tahan terhadap penyakit, dan secara signifikan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berpotensi merusak tanah.

Baca Juga: Mahasiswa KKN PPM UNISRI Gelar Sosialisasi Perlindungan Hukum Korban Penyebaran Data Pribadi Pinjaman Online di Klaten

Keberhasilan program ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Pemerintah desa memberi ruang dan dukungan penuh, sementara Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Gemawang turut terlibat memberikan arahan teknis.

“Kolaborasi ini berjalan efektif karena ada peran mahasiswa sebagai fasilitator, petani sebagai pelaku utama, dan BPP sebagai pendamping teknis. Sinergi ini membuat program punya peluang besar untuk berkelanjutan,” tutur Valma.

Partisipasi masyarakat sendiri terbilang tinggi. Setelah kegiatan, banyak warga mulai lebih peduli dalam memanfaatkan limbah rumah tangga maupun pertanian. Limbah yang sebelumnya dianggap tidak berguna, kini dilihat sebagai bahan baku bernilai yang mendukung pertanian mereka.

Menariknya, pupuk organik cair ini tak hanya memberi manfaat lingkungan, tetapi juga membuka potensi ekonomi. Jika dikelola dengan baik, pupuk ini dapat dikemas dan dijual sebagai produk ramah lingkungan.

“Kalau nanti masyarakat bisa mengolah secara konsisten, pupuk ini bisa menjadi produk usaha desa. Dengan begitu, tidak hanya mengurangi limbah dan menyuburkan tanah, tetapi juga menambah pendapatan warga,” ujar Valma penuh optimisme.

Strategi jangka panjang pun sudah dipikirkan. Untuk menjaga antusiasme masyarakat setelah mahasiswa KKN selesai bertugas, akan ada pendampingan berkelanjutan melalui kelompok tani dan BPP. Bahkan, ada dorongan agar terbentuk unit usaha kecil di desa yang mengelola produksi pupuk organik cair.

Baca Juga: Mahasiswa KKN PPM UNISRI Kelompok 97 Gelar Pelatihan Manajemen Keuangan Rumah Tangga di Desa Sorogaten

Program ini sejalan dengan poin 15 Sustainable Development Goals (SDGs), yang menekankan pentingnya perlindungan dan pemanfaatan ekosistem darat secara berkelanjutan. Mahasiswa KKN berhasil menerjemahkan konsep global itu ke dalam aksi nyata di tingkat desa.

“Bagi kami, ini pengalaman berharga. Kami belajar bahwa limbah bisa punya nilai tinggi kalau diolah dengan kreatif. Dan yang lebih penting, keberhasilan program bukan hanya soal teknis, tapi bagaimana membangun kesadaran masyarakat,” kata Valma menutup keterangannya.

Dokumentasi bersama. (doc. KKN 326 UNS)
Dokumentasi bersama. (doc. KKN 326 UNS)

Jika program ini dijalankan secara konsisten, Desa Gemawang berpeluang besar menjadi percontohan pertanian berkelanjutan. Tanah akan tetap subur, masyarakat mandiri dalam menyediakan pupuk, dan bahkan memiliki usaha pupuk organik yang bernilai ekonomis.

Visi itu sejalan dengan semangat mahasiswa KKN UNS, yang tidak hanya membawa pengetahuan akademik ke desa, tetapi juga menghadirkan solusi nyata atas persoalan lingkungan dan pertanian. Dengan inovasi sederhana namun berdampak luas, Desa Gemawang bisa menjadi bukti bahwa keberlanjutan dapat dimulai dari hal kecil: mengolah limbah menjadi berkah.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *