Mahasiswa KKN 298 UNS Ubah Limbah Serbuk Gergaji Jadi Pupuk Organik Ramah Lingkungan

Kegiatan Sosialisasi Pemanfaatan Limbah Gergaji oleh Mahasiswa KKN 298 Tegalombo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen Senin, 11 Agustus 2025). (doc. KKN 298 Sragen)
Kegiatan Sosialisasi Pemanfaatan Limbah Gergaji oleh Mahasiswa KKN 298 Tegalombo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen Senin, 11 Agustus 2025). (doc. KKN 298 Sragen)

Tegalombo, Krajan.id – Masalah limbah mebel yang menumpuk kerap menjadi persoalan serius di Desa Tegalombo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Selama ini, serbuk gergaji hasil industri mebel hanya ditimbun, dibuang sembarangan, atau bahkan dibakar. Kebiasaan tersebut menimbulkan dampak buruk, mulai dari pencemaran lingkungan hingga polusi udara yang berisiko mengganggu kesehatan masyarakat.

Melihat persoalan itu, Kelompok KKN 298 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta hadir dengan inovasi sederhana namun bernilai besar. Mereka berhasil mengolah limbah serbuk gergaji menjadi pupuk organik yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai ekonomis dan mampu membantu petani mengurangi biaya produksi.

Bacaan Lainnya

Ketua KKN 298 UNS, Nicko Muhammad, menjelaskan bahwa gagasan ini berangkat dari melimpahnya limbah serbuk gergaji di Desa Tegalombo yang dikenal sebagai sentra industri mebel.

“Karena jumlah limbah yang melimpah, warga dapat melakukan efisiensi dana dengan membuat pupuk yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis,” ujarnya (11/8/2025).

Nicko menambahkan, dengan harga pupuk kimia yang kian melambung, pemanfaatan serbuk gergaji menjadi alternatif yang menjanjikan. Petani bisa menghemat biaya tanpa mengorbankan produktivitas tanaman, sekaligus berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Inovasi ini dilakukan melalui proses fermentasi sederhana. Serbuk gergaji difermentasi menggunakan larutan glukosa (C6H12O6) dan cairan EM4 sebagai sumber energi mikroba sekaligus aktivator penguraian bahan organik.

Proses pencampuran larutan gula dan EM4 ke serbuk gergaji. (doc. KKN 298 Sragen)
Proses pencampuran larutan gula dan EM4 ke serbuk gergaji. (doc. KKN 298 Sragen)

Proses fermentasi berlangsung selama dua hingga empat minggu dengan wadah tertutup rapat agar pembusukan berjalan optimal. Setelah matang, pupuk akan berbau tanah segar, bertekstur gembur, serta berwarna lebih gelap.

“Proses pembuatannya tidak sulit. Masyarakat hanya perlu menyiapkan serbuk kayu yang sudah dibersihkan dari paku atau logam, kemudian dicampur dengan larutan EM4 dan glukosa. Setelah difermentasi dan melalui tahap pematangan, pupuk siap digunakan pada lahan pertanian,” terang salah satu anggota KKN saat demonstrasi pembuatan pupuk.

Untuk memastikan manfaatnya, mahasiswa KKN UNS menggelar sosialisasi dan praktik langsung bersama warga. Dalam kegiatan itu, masyarakat diajak berpartisipasi mulai dari proses pencampuran bahan, fermentasi, hingga tahap akhir pematangan pupuk.

Pupuk hasil fermentasi kemudian diuji coba pada lahan pertanian milik warga setempat. Dari hasil uji awal, pupuk organik tersebut mampu menyuburkan tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah.

“Pupuk ini bukan hanya lebih murah, tapi juga lebih aman bagi tanah dan tanaman. Kalau biasanya petani bergantung pada pupuk kimia, sekarang mereka punya alternatif yang sehat dan ramah lingkungan,” jelas Nicko.

Hasil Fermentasi Serbuk Gergaji. (doc. KKN 298 Sragen)
Hasil Fermentasi Serbuk Gergaji. (doc. KKN 298 Sragen)

Program KKN ini mendapat apresiasi dari warga Desa Tegalombo. Selain membantu mengurangi volume limbah, inovasi ini juga membuka peluang baru bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha pupuk organik.

“Selama ini kami kesulitan karena harga pupuk mahal. Kalau ada cara membuat sendiri dari bahan yang ada di sekitar, tentu sangat membantu,” ujar salah satu warga yang mengikuti kegiatan.

Lebih jauh, pupuk organik dari limbah serbuk gergaji diyakini mampu menekan ketergantungan petani pada pupuk kimia. Selain lebih ramah bagi ekosistem tanah, pupuk ini juga mendukung pertanian berkelanjutan yang saat ini tengah digalakkan pemerintah.

Mahasiswa KKN UNS berharap, program ini tidak berhenti pada masa pengabdian mereka saja. Masyarakat diharapkan dapat terus melanjutkan produksi pupuk organik secara mandiri.

“Tujuan kami bukan hanya membuat pupuk, tapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa limbah bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan begitu, mereka bisa lebih hemat, produktif, dan peduli lingkungan,” pungkas Nicko.

Dengan adanya inovasi ini, Desa Tegalombo kini memiliki cara baru dalam mengelola limbah mebel. Dari yang awalnya hanya dianggap sampah, serbuk gergaji kini menjelma menjadi sumber manfaat yang mampu meningkatkan kesejahteraan warga sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *