Mahasiswa KKN 55 UINSA Bangun Pagar Pembatas untuk Kurangi Pembuangan Sampah Secara Liar di Desa Sumberpoh

Dokumentasi Pagar Pembatas di Desa Sumberpoh. (doc. KKN 55 UINSA)
Dokumentasi Pagar Pembatas di Desa Sumberpoh. (doc. KKN 55 UINSA)

Probolinggo, Krajan.id – Permasalahan sampah liar masih menjadi momok bagi banyak desa, tak terkecuali Desa Sumberpoh, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo. Merespons kondisi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 55 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya meluncurkan program inovatif berupa pendirian pagar pembatas di lokasi rawan pembuangan sampah sembarangan, terutama di sekitar kawasan jembatan desa.

Langkah ini menjadi bagian dari program kerja utama KKN 55 UINSA yang tak hanya menekankan aspek fisik, tetapi juga mengusung semangat edukasi lingkungan dan partisipasi masyarakat. Pagar pembatas tersebut dirancang menggunakan besi hollow yang dikenal kokoh dan tahan lama, sekaligus memiliki nilai estetika yang mendukung tampilan ruang publik.

Bacaan Lainnya

“Kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Dengan adanya pagar pembatas ini, harapannya masyarakat bisa lebih sadar bahwa ada batasan untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan,” ujar Achmad Yazid A., Ketua Pelaksana Program Kerja KKN 55 UINSA.

Tidak hanya berfungsi sebagai penghalang fisik, pagar tersebut dipercantik dengan elemen penghijauan. Mahasiswa menanam tanaman alur krokot dan taiwan menggunakan botol bekas air mineral ukuran 1,5 liter yang disusun rapi sebagai pot tanaman.

Desain Pagar Pembatas di Desa Sumberpoh. (doc. KKN 55 UINSA)
Desain Pagar Pembatas di Desa Sumberpoh. (doc. KKN 55 UINSA)

Inisiatif ini bukan hanya memperindah pagar, tetapi juga memberi pesan kuat tentang pentingnya daur ulang dan pemanfaatan limbah plastik untuk fungsi yang lebih bermanfaat.

Tanaman-tanaman yang ditanam tidak dipilih secara sembarangan. Alur krokot dan tanaman taiwan dikenal mudah tumbuh serta memiliki daya serap polutan yang cukup baik.

Penanaman ini menjadi simbol bahwa batasan yang dibuat bukan hanya fisik, tetapi juga merupakan pembatas mental untuk menolak kebiasaan membuang sampah sembarangan.

Selain membangun pagar, tim KKN juga menggelar sosialisasi dan penyuluhan kepada warga sekitar. Dalam kegiatan ini, mahasiswa menjelaskan berbagai dampak buruk dari pembuangan sampah liar, seperti pencemaran tanah dan air, penyebaran penyakit, serta menurunnya kualitas hidup masyarakat desa.

Baca Juga: Mahasiswa KKN 55 UINSA Ajak Warga Desa Sumberpoh Peduli Lingkungan Melalui Edukasi dan Aksi Nyata

Masyarakat diajak untuk mulai memilah sampah organik dan anorganik serta memanfaatkan barang bekas secara kreatif. Contoh konkret diberikan melalui demonstrasi cara membuat pot dari botol plastik, yang kemudian digunakan untuk menanam di pagar pembatas.

Dokumentasi bersama setelah acara sosialisasi kesehatan lingkungan sebelum mendirikan pagar pembatas. (doc. KKN 55 UINSA)

Upaya ini diapresiasi oleh aparat desa. Sekretaris Desa Sumberpoh menyatakan bahwa program ini bukan hanya membantu menangani masalah sampah, tapi juga memberi contoh nyata bagi masyarakat.

“Kami berterima kasih kepada adik-adik KKN yang sudah membantu mengatasi masalah sampah di desa ini. Semoga dengan adanya pagar pembatas ini, warga semakin disiplin dan lingkungan desa menjadi lebih bersih,” tuturnya.

Persoalan sampah bukan semata-mata soal ketersediaan tempat pembuangan, tapi lebih kepada persoalan perilaku dan kesadaran. Oleh karena itu, tindakan fisik seperti membangun pagar, harus dibarengi dengan edukasi yang menyentuh nilai-nilai sosial dan budaya warga setempat.

Langkah KKN 55 UINSA patut dicontoh karena berhasil menggabungkan solusi struktural dan pendekatan edukatif. Selain itu, inisiatif ini juga bisa mendorong masyarakat untuk melihat bahwa menjaga kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama.

Baca Juga: Mahasiswa KKM 58 UNIBA Edukasi Siswa SMP 8 Rangkasbitung untuk Cegah Bullying Sejak Dini

Program ini juga relevan dengan upaya mendorong potensi kawasan seperti Probolinggo yang memiliki daya tarik alam dan budaya yang besar. Penerapan nilai eco-village seperti ini, bila terus dikembangkan, dapat menunjang pengembangan kawasan menjadi bagian dari destinasi geopark berkelanjutan.

Mahasiswa berharap, program pagar pembatas ini dapat menjadi permulaan bagi gerakan perubahan perilaku masyarakat terhadap sampah. Mereka juga mendorong agar pemerintah desa dan warga dapat melanjutkan upaya ini dengan membentuk tim pengelola sampah, menyediakan tempat sampah terpilah, dan mengadakan pelatihan pemanfaatan limbah.

Ke depan, inisiatif seperti ini bisa dijadikan model kolaboratif antara kampus, masyarakat, dan pemerintah desa dalam membangun desa yang bersih, sehat, dan berwawasan lingkungan.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

    Pos terkait

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *