Mahasiswa KKN 154 UNS Dorong Petani Balesari Hasilkan Pupuk Vermikompos dari Limbah Kopi

Pembukaan serah terima mahasiswa KKN Tematik Kemitraan UNS 154 di Desa Balesari yang dihadiri oleh Perwakilan Desa Wisata Nusantara Jawa Tengah. (doc. KKN UNS 154)
Pembukaan serah terima mahasiswa KKN Tematik Kemitraan UNS 154 di Desa Balesari yang dihadiri oleh Perwakilan Desa Wisata Nusantara Jawa Tengah. (doc. KKN UNS 154)

Desa Balesar, Krajan.id – Desa Balesari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, dikenal sebagai salah satu sentra kopi robusta. Mayoritas warganya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, terutama kopi yang sesuai dengan kondisi geografis desa tersebut. Potensi ini menjadi perhatian mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Kemitraan Universitas Sebelas Maret (UNS) kelompok 154 yang melaksanakan pengabdian masyarakat di desa tersebut.

Salah satu program kerja yang mendapat sorotan adalah Sosialisasi Pembuatan Pupuk Vermikompos, yang dilaksanakan pada Rabu (30/07/2025). Program ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 12 tentang konsumsi dan produksi berkelanjutan.

Bacaan Lainnya

Melalui kegiatan ini, mahasiswa berupaya mendorong masyarakat untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan memanfaatkan limbah pertanian menjadi pupuk organik bernilai ekonomis.

Sosialisasi Pembuatan Vermikompos oleh Bapak Sriyanto dan warga Desa Balesari. (doc. KKN UNS 154)
Sosialisasi Pembuatan Vermikompos oleh Bapak Sriyanto dan warga Desa Balesari. (doc. KKN UNS 154)

Kegiatan sosialisasi menghadirkan narasumber Sriyanto dan perwakilan dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Windusari. Warga yang hadir tidak hanya mendapat penjelasan mengenai manfaat pupuk vermikompos, tetapi juga berkesempatan mengikuti praktik langsung cara pembuatannya.

“Proses ini tidak mungkin gagal, hanya cepat atau lambat. Jika kotoran terlalu kering dan keras cukup disiram lalu diaduk, maka akan mempercepat pembuatan pupuk,” ujar Sriyanto saat mendampingi warga.

Pembuatan vermikompos terbilang sederhana. Bahan utama yang digunakan adalah kotoran sapi atau kambing, dengan kotoran sapi segar lebih disarankan karena lebih cepat terurai. Proses pembuatan biasanya memakan waktu 7–14 hari, tergantung pada kondisi bahan.

Setelah itu, cacing jenis lumbricus dimasukkan bersama limbah kulit kopi ke dalam kotoran ternak. Penambahan limbah kulit kopi bukan hanya untuk memperkaya kandungan pupuk, tetapi juga mengurangi limbah hasil pengolahan kopi yang melimpah di Desa Balesari.

Metode ini diharapkan dapat diterapkan masyarakat secara mandiri. Dengan demikian, warga tidak hanya mampu memanfaatkan kotoran ternak yang sebelumnya terbuang, tetapi juga menghasilkan pupuk organik yang ramah lingkungan serta berpotensi menambah penghasilan.

Kegiatan ditutup dengan pembagian pupuk vermikompos hasil olahan Sriyanto kepada peserta sosialisasi. Antusiasme warga, terutama kalangan ibu-ibu rumah tangga, terlihat jelas. Mereka menilai pupuk tersebut sangat bermanfaat untuk tanaman di pekarangan rumah.

Meski demikian, mahasiswa KKN UNS menilai keberlanjutan program ini sangat bergantung pada kesungguhan masyarakat.

“Sekalipun pembuatan pupuk jenis ini cukup terjangkau, tanpa adanya niat dan kesungguhan dari warga, maka program tidak akan berjalan maksimal,” jelas Tim KKN UNS 154 Desa Balesari.

Program ini menjadi langkah awal pembaharuan di sektor pertanian Desa Balesari. Jika diterapkan secara konsisten, pemanfaatan pupuk vermikompos tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga mendukung pertanian berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *