Watukarung, Krajan.id – Pertanian di Desa Watukarung, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, selama ini menghadapi persoalan klasik: keterbatasan air saat musim kemarau dan menurunnya kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Kondisi tersebut membuat hasil pertanian kurang maksimal dan menyulitkan petani menjaga keberlanjutan lahannya.
Berangkat dari permasalahan itu, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 256 Universitas Sebelas Maret (UNS) menghadirkan inovasi sederhana namun berdampak besar melalui program “Tetes Hijau”, sebuah sistem irigasi tetes yang ramah lingkungan.
Tetes Hijau memanfaatkan potensi sumber daya alam yang tersedia di sekitar masyarakat. Air hujan ditampung ketika musim penghujan, sementara pada musim kemarau embun ditangkap menggunakan paranet untuk kemudian dialirkan ke tempat penampungan. Air yang terkumpul tersebut disalurkan ke tanaman menggunakan sistem drip system dengan selang berlubang yang debitnya bisa diatur sesuai kebutuhan.
Tak hanya mengandalkan air, sistem ini juga mengombinasikannya dengan pupuk organik cair EM4. Dengan cara ini, kesuburan tanaman tetap terjaga tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pupuk kimia.
Inovasi ini membawa sejumlah manfaat, di antaranya efisiensi penggunaan air, kesuburan tanah tetap terjaga, serta kemudahan penerapan di lahan sempit maupun luas. Biaya perawatan pun relatif rendah sehingga tidak membebani petani.
Muhammad Daffa Alhakim, salah satu anggota tim KKN, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk menjawab permasalahan kekeringan yang selama ini membebani masyarakat.
“Sistem Tetes Hijau dirancang untuk menjawab masalah kekeringan tanpa harus membebani petani dengan biaya tinggi,” ungkap Daffa.
Ia menambahkan bahwa sosialisasi langsung kepada masyarakat menjadi bagian penting agar inovasi ini dapat dipahami dan diterapkan secara mandiri.
Sejalan dengan itu, Muhammad Ilham Wadini, anggota tim KKN lainnya, menekankan bahwa Tetes Hijau bukan hanya solusi jangka pendek, melainkan bagian dari upaya membangun pertanian yang lebih ramah lingkungan.
“Keberadaan Tetes Hijau diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju pertanian yang lebih berkelanjutan di Desa Watukarung,” ujarnya.
Menurutnya, sistem ini tidak hanya membantu menjaga ketersediaan air, tetapi juga mendorong masyarakat agar mulai beralih ke pola pertanian yang mengedepankan kelestarian lingkungan.
Program Tetes Hijau mendapat sambutan hangat dari warga Desa Watukarung. Antusiasme terlihat dari partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosialisasi yang digelar mahasiswa. Mereka melihat inovasi ini sebagai jawaban atas kesulitan yang kerap dialami saat musim kemarau.
Dengan hadirnya program ini, Desa Watukarung memiliki alternatif nyata untuk mengatasi keterbatasan air sekaligus menjaga kualitas tanah dan lingkungan. Lebih jauh, Tetes Hijau menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat mampu melahirkan solusi kreatif dalam mendukung ketahanan pangan desa.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





