Kaliabu, Krajan.id – Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 63 Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar sosialisasi mengenai pengendalian hama pertanian secara ramah lingkungan di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Kegiatan yang dilaksakanakan pada (9/2/2024) ini bertujuan untuk mengenalkan tanaman refugia sebagai solusi alami dalam mengendalikan hama tanpa bergantung pada pestisida kimia.
Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Kuncoro Diharjo, S.T., M.T., program KKN ini dipimpin oleh Enriko Dzaki Pradana (Ilmu Tanah 2021) dan diikuti oleh anggota lainnya, yaitu Pravanasta Vian Setiawan (Teknik Sipil 2021), Dian Puteri Lestari (Ilmu Komunikasi 2021), Raissya Putri Kinanti (Teknik Kimia 2021), Lastunna Umi Kulsum (Sastra Indonesia 2021), Rima Maulana (Pendidikan Kimia 2022), Hana Dyara Pratista (Ilmu Hukum 2022), Amalia Maharani Aslam (Ilmu Hukum 2022), Prastiwi Wandira Andhini (Ilmu Hukum 2022), serta Andini Eka Safitri (Teknologi Pendidikan 2022).
Hama merupakan salah satu tantangan utama dalam dunia pertanian karena dapat menurunkan hasil panen secara signifikan. Keberadaan hama yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerugian ekonomi besar serta berdampak pada ketahanan pangan.
Sayangnya, penggunaan pestisida kimia secara berlebihan justru dapat merusak ekosistem dan membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, metode pengendalian hama alami menjadi solusi yang lebih aman dan berkelanjutan.
Dengan memanfaatkan tanaman refugia, petani dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kehadiran musuh alami hama seperti predator dan parasit. Hal ini membantu mengurangi populasi hama secara alami tanpa perlu menggunakan bahan kimia berbahaya. Selain itu, metode ini juga lebih hemat biaya bagi petani karena tidak memerlukan investasi besar dalam pembelian pestisida.
Kegiatan sosialisasi yang berlangsung di Balai Desa Kaliabu ini disambut antusias oleh para petani setempat. Dalam acara tersebut, mahasiswa KKN UNS memberikan edukasi mengenai berbagai jenis tanaman refugia yang dapat dimanfaatkan, seperti bunga kenikir, bunga matahari, dan bayam duri. Tanaman-tanaman ini mampu menarik predator alami hama, sehingga membantu melindungi tanaman utama dari serangan hama.
Selain penyampaian materi secara teoritis, kegiatan ini juga dilengkapi dengan praktik menanam tanaman refugia di sekitar lahan pertanian warga. Dengan pendekatan langsung ini, para petani dapat memahami manfaat tanaman refugia secara nyata dan menerapkannya dalam sistem pertanian mereka.
Lastunna Umi Kulsum, salah satu anggota tim KKN UNS, menjelaskan bahwa pemanfaatan tanaman refugia merupakan langkah awal untuk menerapkan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan.
“Pemanfaatan bunga kenikir sebagai tanaman refugia sangat menguntungkan bagi petani. Ini merupakan langkah awal untuk mencegah hama secara alami tanpa perlu menggunakan pestisida kimia yang berbahaya,” ujarnya.
Pendekatan pengendalian hama berbasis refugia tidak hanya bermanfaat dalam jangka pendek, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekosistem pertanian secara keseluruhan. Beberapa manfaat utama dari penerapan metode ini antara lain:
- Menjaga keseimbangan ekosistem – Dengan meningkatkan populasi musuh alami hama, tanaman refugia membantu menciptakan keseimbangan alami dalam rantai makanan di ekosistem pertanian.
- Mengurangi ketergantungan pada pestisida – Petani dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.
- Meningkatkan keberagaman hayati – Keberadaan tanaman refugia menarik berbagai jenis serangga menguntungkan yang dapat berkontribusi dalam proses penyerbukan tanaman.
- Menghemat biaya produksi – Dengan tidak perlu membeli pestisida secara rutin, petani dapat mengalokasikan anggaran mereka untuk kebutuhan lain yang lebih penting.
Sosialisasi ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi petani, tetapi juga diharapkan mampu mendorong perubahan kebiasaan dalam sistem pertanian di Desa Kaliabu. Dengan adanya dukungan dari pemerintah desa dan kelompok tani setempat, metode ini diharapkan dapat diterapkan secara lebih luas dalam skala pertanian yang lebih besar.
Baca Juga: KKN 12 UNS Hidupkan Kembali Batik Ecoprint Bersama Sanggar Srikandi Donohudan
Kegiatan ini sejalan dengan upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya praktik pertanian yang lebih berkelanjutan. Petani yang hadir dalam sosialisasi ini menyatakan ketertarikan mereka untuk mulai menerapkan metode pengendalian hama dengan tanaman refugia di lahan pertanian masing-masing.

Dokumentasi Kelompok KKN 63 UNS bersama kelompok tani Desa Kaliabu (9/2/25). (doc. KKN 63 UNS)
Program KKN ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk menerapkan metode serupa, mengingat manfaatnya yang sangat besar bagi pertanian berkelanjutan. Dengan semakin banyaknya petani yang memahami pentingnya keseimbangan ekosistem dalam mengelola lahan pertanian, masa depan pertanian yang lebih sehat dan ramah lingkungan bukan lagi sekadar impian.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





