Mahasiswa UNAIR Tingkatkan Literasi Anak di Desa Sumberbendo Lewat Edukasi Budaya Batik

Dokumentasi kegiatan “Literasi Kearifan Budaya Batik” di SD Negeri 01 Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, pada (16/7/2025). (doc. Pribadi)
Dokumentasi kegiatan “Literasi Kearifan Budaya Batik” di SD Negeri 01 Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, pada (16/7/2025). (doc. Pribadi)

Sumberbendo, Krajan.id – Kelompok BBK-6 dari Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar kegiatan edukatif bertema “Kearifan Lokal Budaya Batik” di SDN 1 Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, pada (16/7/2025). Program ini menyasar peningkatan literasi anak-anak sekolah dasar sekaligus memperkenalkan nilai budaya lokal kepada generasi muda.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja mahasiswa lintas jurusan UNAIR yang menggabungkan unsur pendidikan literasi dengan pengenalan budaya. Mereka menyasar permasalahan rendahnya kemampuan membaca dan menulis anak-anak di desa tersebut, yang dinilai menjadi salah satu hambatan besar dalam proses pendidikan dasar.

Bacaan Lainnya

“Kami ingin anak-anak tidak hanya bisa membaca dan menulis, tetapi juga mengenal identitas budayanya sendiri melalui kegiatan yang menyenangkan,” ujar Salsabila Talitha Caesaria, Ketua BBK-6 UNAIR Desa Sumberbendo.

Kegiatan yang berlangsung selama satu hari ini dibagi menjadi dua sesi berbeda, menyesuaikan tingkat kelas dan kemampuan siswa. Siswa kelas empat diajak mewarnai gambar motif batik yang telah disediakan oleh mahasiswa. Aktivitas ini tak hanya ditujukan untuk memperkenalkan motif batik, tapi juga melatih keterampilan motorik halus dan menumbuhkan kreativitas mereka.

Sementara itu, siswa kelas lima mendapatkan tantangan menyusun puzzle motif batik. Permainan ini menggabungkan unsur edukasi dan kolaborasi. Setiap siswa diberikan potongan gambar motif batik yang harus disusun kembali menjadi gambar utuh. Bagi mereka yang berhasil menyusun dengan cepat dan menebak jenis motifnya dengan benar, panitia menyediakan hadiah kecil sebagai apresiasi.

“Puzzle batik ini seru banget! Aku jadi tahu kalau batik itu punya banyak motif dan setiap gambar punya nama sendiri,” ungkap salah satu siswi kelas lima.

Selain belajar mengenal budaya melalui motif batik seperti parang, kawung, dan mega mendung, anak-anak juga ditantang untuk membaca petunjuk permainan dan menulis jawaban mereka, yang secara tidak langsung melatih keterampilan literasi mereka.

Selama kegiatan berlangsung, siswa terlihat sangat antusias dan aktif terlibat dalam setiap sesi. Mereka membaca dengan lancar, menjawab pertanyaan, dan berdiskusi dengan semangat. Para guru SDN 1 Sumberbendo pun memberikan apresiasi atas pendekatan unik yang diterapkan oleh mahasiswa.

“Anak-anak tampak lebih bersemangat belajar hari ini. Metode pembelajarannya sangat menyenangkan dan jauh dari kesan membosankan,” kata salah satu guru.

Baca Juga: Mahasiswa KKN 25 Unigoro Gandeng Disbudpar Dorong Pembentukan Pokdarwis dan Branding Desa Soko sebagai Mini Geopark

Pihak sekolah juga berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan secara berkala sebagai bagian dari strategi peningkatan mutu pendidikan di desa. Beberapa guru bahkan mencatat bahwa minat siswa terhadap membaca meningkat setelah mengikuti program ini.

“Biasanya anak-anak sulit diminta membaca, tapi hari ini mereka berebut untuk ikut menjawab soal dan menyusun puzzle. Ini bukti bahwa metode belajar yang menyenangkan itu sangat efektif,” tambahnya.

Penggabungan antara budaya lokal dan kegiatan literasi menjadi pendekatan yang efektif dan kontekstual. Batik yang selama ini hanya dianggap sebagai pakaian, dibawa ke ruang kelas sebagai materi pembelajaran yang bermakna.

Hal ini tidak hanya memperkenalkan anak-anak pada warisan budaya Indonesia, tetapi juga mendorong mereka untuk mencintai dan melestarikannya sejak dini.

Kegiatan ini juga membuka mata masyarakat tentang pentingnya mengenalkan budaya melalui pendidikan sejak usia dasar. Dengan memahami makna di balik setiap motif batik, anak-anak tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga membentuk rasa bangga terhadap budayanya sendiri.

Baca Juga: Tanamkan Peduli Lingkungan Sejak Dini, Mahasiswa KKN Ajak Siswa SD 04 Sumberbendo Belajar Memilah Sampah

Dengan suksesnya program ini, mahasiswa BBK-6 UNAIR berharap kegiatan serupa dapat terus dikembangkan dan diperluas ke desa-desa lain yang memiliki tantangan serupa dalam bidang literasi dan pendidikan budaya.

“Kami berharap ini bisa menjadi model pembelajaran berbasis budaya yang bisa diadaptasi di berbagai wilayah. Pendidikan yang kontekstual dan menyenangkan sangat penting untuk membangun generasi yang cerdas dan berkarakter,” pungkas Ketua BBK-6 UNAIR Desa Sumberbendo.

Program literasi berbasis budaya yang diinisiasi ini menjadi contoh nyata bahwa pengembangan literasi tak harus selalu dalam bentuk ceramah atau pembelajaran pasif. Melalui metode yang kreatif dan menyenangkan, anak-anak dapat belajar sambil bermain, sekaligus mengenal nilai-nilai luhur dari warisan budaya bangsa.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *