Guru adalah elemen krusial dalam membentuk generasi yang cerdas dan berbudi pekerti. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan. Namun, realitas menunjukkan bahwa penghormatan terhadap profesi ini semakin memudar, bahkan banyak guru yang diperlakukan tidak adil.
Salah satu contohnya adalah kasus yang dialami Akbar Sarosa (26), seorang guru honorer di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Kisahnya menjadi viral setelah ia dilaporkan orang tua murid karena menegur siswa yang tidak melaksanakan salat.
Menurut laporan Serambinews.com, Akbar diminta membayar Rp 50 juta akibat tindakannya yang dianggap berlebihan. Akbar sendiri menjelaskan bahwa ia hanya bermaksud mendisiplinkan siswa tersebut.
“Anak itu menatap saya dengan tajam. Saya kemudian mengambil sebatang bambu untuk menakutinya. Saya lalu memukul pelan di bagian lengan dan pundak, tidak sampai melukai,” ungkap Akbar dalam wawancara dengan Detik.com.
Kasus ini tidak hanya menyoroti menurunnya penghormatan terhadap guru tetapi juga tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan saat ini.
Guru bukan sekadar pengajar, melainkan pembimbing yang membantu siswa memahami nilai-nilai moral, meningkatkan empati, dan membentuk karakter. Teguran yang diberikan guru bertujuan untuk mendukung perkembangan siswa, bukan untuk merendahkan.
Ketika penghormatan terhadap guru menurun, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh guru, tetapi juga oleh masa depan pendidikan bangsa. Kita sering lupa bahwa guru adalah pilar utama dalam dunia pendidikan yang membentuk generasi penerus bangsa.
Realitas ini menunjukkan pentingnya memberikan perlindungan dan penghormatan yang layak kepada guru. Profesi ini kerap menghadapi risiko pelecehan, baik verbal maupun fisik, dari siswa maupun orang tua. Hal ini menghambat guru untuk menjalankan tugas mereka secara optimal.
Baca Juga: Tantangan Penegakan UU ITE di Dunia Digital dan Upaya Menghadapinya
Agar kejadian serupa tidak terulang, diperlukan langkah nyata dari berbagai pihak untuk mengembalikan martabat guru:
Pertama, perlindungan hukum bagi guru harus diperkuat. Pemerintah perlu mengesahkan peraturan yang melindungi profesi ini dari ancaman fisik maupun hukum yang tidak berdasar. Dengan perlindungan hukum, guru dapat melaksanakan tugas mereka tanpa rasa takut.
Kedua, pendidikan bagi orang tua dan siswa sangat penting. Orang tua dan siswa perlu memahami pentingnya menghormati guru. Sosialisasi mengenai penghormatan terhadap profesi ini bisa dilakukan melalui sekolah, media, dan komunitas. Pemahaman yang baik akan menciptakan hubungan yang lebih harmonis antara guru, siswa, dan orang tua.
Ketiga, komunikasi yang baik antara guru, orang tua, dan siswa perlu ditingkatkan. Hubungan yang terbuka dan penuh penghargaan dapat mencegah terjadinya konflik. Lingkungan belajar yang mendukung akan tercipta jika semua pihak saling bekerja sama.
Baca Juga: Mangan Ra Jaluk Koe: Lagu Sentilan untuk Mereka yang Hobi Ikut Campur
Kejadian seperti ini seharusnya menjadi pengingat bahwa menghormati guru adalah tanggung jawab bersama. Kita perlu menjaga kehormatan mereka agar dapat terus mendidik generasi penerus tanpa rasa takut. Masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan harus bersatu menciptakan lingkungan yang mendukung profesionalisme guru. Dengan begitu, mereka bisa memberikan pendidikan dengan penuh semangat.
Guru adalah tiang utama dalam dunia pendidikan. Menghormati mereka berarti menghargai masa depan bangsa. Sudah saatnya kita memulihkan penghormatan terhadap profesi guru agar mereka dapat melanjutkan pengabdian dengan tenang dan penuh dedikasi. Berkat guru, kita bisa mencapai titik keberhasilan yang kita nikmati saat ini. Mari bersama-sama menjaga martabat guru demi masa depan yang lebih baik.





