Pesanan khusus sering dianggap sebagai peluang menarik bagi UMKM untuk meningkatkan pendapatan. Namun, apakah benar pesanan semacam ini selalu menguntungkan? Pesanan khusus mengacu pada permintaan pelanggan dengan kriteria spesifik yang tidak tersedia secara umum di pasar.
Kriteria ini bisa mencakup kuantitas besar, spesifikasi unik, atau harga yang lebih rendah dari harga jual normal. Meski terlihat menjanjikan, pesanan semacam ini dapat membawa tantangan besar bagi keberlanjutan usaha.
UMKM Keripik Lele Ibu Wien di Boyolali, misalnya, menghadapi dilema ini ketika harus menerima pesanan khusus dengan harga lebih rendah dari standar normal. Sejak didirikan pada 2018, usaha ini dikenal berkat cita rasa unik dan kualitas produknya. Namun, pesanan khusus yang diajukan pelanggan membawa persoalan pelik: apakah akan memberikan tambahan keuntungan atau justru merugikan operasional?
Untuk menjawab tantangan tersebut, akuntansi manajemen menjadi alat strategis yang sangat relevan. Pendekatan biaya diferensial, misalnya, memungkinkan pemilik usaha menganalisis dampak langsung pesanan terhadap laba usaha.
Dengan pendekatan ini, pemilik usaha dapat memisahkan biaya relevan dan tidak relevan sehingga keputusan diambil berdasarkan data yang akurat. Margin kontribusi, yaitu selisih antara pendapatan dari pesanan dan biaya variabel terkait, juga menjadi metrik penting dalam menilai kelayakan pesanan.
Baca Juga: Mengoptimalkan Potensi UMKM: Kunci Pemulihan Ekonomi Indonesia
Namun, pesanan khusus tidak hanya soal angka. Keputusan menerima pesanan dengan harga rendah bisa memberikan pendapatan tambahan dalam jangka pendek, tetapi margin laba yang tipis berpotensi mengorbankan efisiensi dan stabilitas keuangan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi UMKM seperti Keripik Lele Ibu Wien untuk menetapkan batasan harga minimum yang memastikan keuntungan layak tetap terjaga.
Belajar dari kasus ini, akuntansi manajemen tidak hanya membantu mencatat angka, tetapi juga mendukung pengambilan keputusan strategis. Dengan informasi akurat, UMKM dapat fokus pada langkah-langkah yang memaksimalkan keuntungan tanpa mengorbankan keberlanjutan usaha.
Pendekatan ini juga memberikan peluang untuk meningkatkan efisiensi produksi, seperti menekan biaya variabel melalui penggunaan bahan baku yang lebih efisien atau optimalisasi proses kerja untuk mengurangi waktu produksi.
Baca Juga: Mungkinkah Dunia Tanpa Kemiskinan? Mengungkap Realitas Ketimpangan Sosial yang Kian Mengkhawatirkan
Sebagai pelaku UMKM, mengembangkan keterampilan manajerial merupakan investasi yang sangat penting. Dukungan berupa pelatihan akuntansi manajemen dan akses teknologi dari pemerintah atau lembaga terkait dapat membantu UMKM menjadi lebih cakap dalam mengambil keputusan strategis. Hal ini relevan mengingat persaingan pasar yang semakin ketat menuntut pelaku usaha untuk terus berinovasi.
Keripik Lele Ibu Wien membuktikan bahwa dengan strategi berbasis data, UMKM dapat tumbuh secara berkelanjutan. Dalam jangka panjang, penerapan akuntansi manajemen yang baik akan menjadi landasan penting bagi UMKM Indonesia untuk berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional sekaligus meningkatkan daya saing di pasar global.





