Teknologi dan Digitalisasi: Inovasi Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya untuk UMKM Kerupuk Samiler di Desa Duyung, Trawas, Mojokerto

Dokumentasi bersama. (doc. KKN R39 Sub Kelompok 3 UNTAG)
Dokumentasi bersama. (doc. KKN R39 Sub Kelompok 3 UNTAG)

    Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) R39 Sub Kelompok 3 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG Surabaya) melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Duyung, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, sejak tanggal 13 hingga tanggal 24 Juli 2025.

    Kegiatan ini dilakukan oleh Sub Kelompok 3 yang beranggotakan Shania Rahma Wati, Rifqi Maxhenda Ali Putra, Refan Likmana, dan Teguh Priansyah, dengan dosen pembimbing lapangan Zida Wahyuddin.

    Bacaan Lainnya

    Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah salah satu bentuk nyata kontribusi mahasiswa kepada masyarakat. Program ini tidak hanya menjadi wadah pengabdian, tetapi juga sarana pembelajaran kontekstual langsung di tengah masyarakat.

    Dalam pelaksanaan KKN di Desa Duyung, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, kami menemukan potensi luar biasa dari sebuah produk lokal yang selama ini hanya berkembang secara tradisional: Kerupuk Samiler.

    Kerupuk Samiler adalah camilan tradisional berbahan dasar singkong, yang memiliki cita rasa khas, renyah, dan gurih. Namun, dalam proses produksinya, para pelaku usaha rumahan masih sangat bergantung pada cara-cara manual.

    Proses mencetak adonan dilakukan menggunakan botol satu per satu, pengukusan menggunakan dandang kecil, serta pengeringan masih mengandalkan panas matahari yang tidak menentu. Tidak hanya menyita waktu dan tenaga, proses ini juga mempengaruhi konsistensi dan higienitas produk.

    Melihat kondisi tersebut, kami sebagai mahasiswa KKN berinisiatif untuk memperkenalkan teknologi tepat guna yang sederhana namun efisien. Salah satu upaya kami adalah dengan mengenalkan alat pencetak kerupuk manual berbahan fiber serta rak pengukus bertingkat yang memudahkan proses produksi.

    Teknologi ini tidak hanya meningkatkan jumlah produksi per hari, tetapi juga lebih higienis dan mudah digunakan oleh pelaku umkm kerupuk samiler, tanpa harus mengubah secara drastis metode yang sudah mereka kuasai.

    Namun, kemajuan di bidang produksi saja tidak cukup. Dalam era digital seperti sekarang, pemasaran dan branding produk menjadi kunci utama untuk meningkatkan daya saing. Oleh karena itu, kami juga mendorong penerapan digitalisasi dalam usaha kerupuk Samiler.

    Pelatihan dilakukan untuk memperkenalkan penggunaan media sosial sebagai alat promosi, pembuatan konten produk seperti foto dan video, serta cara menggunakan platform marketplace seperti Shopee.

    Kami juga membantu membuatkan desain label produk yang lebih menarik dan informatif, dengan harapan kerupuk Samiler tidak hanya dikenal di kalangan lokal, tetapi bisa menjangkau konsumen yang lebih luas, bahkan hingga ke luar kota.

    Penerapan teknologi tepat guna dan digitalisasi ini tentu bukan solusi instan. Diperlukan pendampingan yang berkelanjutan, komitmen dari pelaku usaha, serta dukungan dari pemerintah desa dan pihak terkait. Namun, langkah awal ini membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, produk lokal bisa naik kelas tanpa harus meninggalkan kearifan lokal.

    KKN bukan hanya tentang mahasiswa datang, mengabdi sebentar, lalu pergi. Lebih dari itu, KKN adalah bentuk kehadiran anak muda yang peduli terhadap kemajuan desa dan keberlanjutan produk tradisional. Melalui pendekatan teknologi dan digitalisasi, kami berharap warisan lokal seperti Kerupuk Samiler dapat terus berkembang dan memberi manfaat ekonomi lebih besar bagi masyarakat Desa Duyung.

    Peningkatan produktivitas dan pemasaran melalui inovasi sederhana ini menjadi bukti bahwa perubahan tidak selalu membutuhkan biaya besar. Yang terpenting adalah kemauan untuk belajar bersama dan tumbuh bersama. Karena pada akhirnya, membangun desa bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita semua.

    Pos terkait

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *