Desa Libo Jaya, Krajan.id – Tim Hibah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Sebelas Maret (UNS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengelolaan lingkungan dan pertanian berkelanjutan melalui program KKN di Desa Libo Jaya, Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Dalam program bertajuk KKN Membangun Desa Hibah MBKM, tim mahasiswa UNS memperkenalkan inovasi pemanfaatan Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam sebagai agen dekomposer sampah organik rumah tangga untuk diolah menjadi pupuk organik cair (POC).
Program ini merupakan solusi atas minimnya pengelolaan limbah organik rumah tangga di kalangan petani plasma yang berpotensi mencemari lingkungan. Sampah seperti sisa makanan, buah, dan sayuran, jika tidak dikelola, dapat menimbulkan bau tak sedap, memproduksi gas metana, serta mencemari air tanah. Selain itu, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang ramah lingkungan memperparah situasi tersebut.
Menurut data yang dikutip dari Azmin (2024), limbah rumah tangga menjadi penyebab meningkatnya pencemaran lingkungan jika tidak diolah secara tepat. Di sisi lain, limbah ini sebenarnya memiliki potensi besar jika dikembangkan menjadi produk bernilai jual tinggi, seperti pupuk organik cair, yang mampu memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan hasil pertanian.
Tim KKN UNS hadir menjawab tantangan tersebut melalui pendekatan ilmiah dan pelatihan langsung kepada masyarakat. Dalam pelaksanaannya, program ini terdiri dari empat tahapan utama, yakni sosialisasi, pelatihan, pendampingan budidaya BSF, dan aplikasi hasil olahan berupa pupuk organik cair di lahan pertanian.
Sosialisasi awal dilaksanakan pada (26/4/2025) di Koperasi Unit Desa (KUD) Libo Jaya. Masyarakat, yang sebagian besar berprofesi sebagai petani kelapa sawit, diperkenalkan pada konsep pengelolaan sampah rumah tangga menggunakan larva Black Soldier Fly.
BSF dikenal mampu menguraikan limbah organik secara efisien dan cepat. Proses ini juga tidak menghasilkan bau menyengat, menjadikannya solusi ideal untuk skala rumah tangga.
Kegiatan ini mendapatkan sambutan antusias dari warga. Mereka tidak hanya menerima informasi teoritis, tetapi juga diperlihatkan proses biologis BSF, mulai dari siklus hidup, jenis pakan, kondisi lingkungan ideal, hingga teknik penanganan larva.

Pelatihan budidaya BSF digelar pada (10/5/2025). Tim mahasiswa mendampingi warga dalam membangun instalasi budidaya lalat BSF, mulai dari konstruksi rumah BSF dengan atap dan jaring serangga hingga pengumpulan sampah dapur sebagai media pemancing lalat untuk bertelur.
Larva yang menetas kemudian digunakan sebagai dekomposer untuk menguraikan sampah organik rumah tangga, yang nantinya menghasilkan air lindi yang merupakan bahan utama dalam pembuatan pupuk organik cair.
Menurut Sari et al. (2022), larva BSF mengandung protein dan karbohidrat tinggi yang menjadikannya sangat efektif dalam mengurai sampah dapur, buah busuk, sayuran, dan limbah hewani lainnya.
Pada tanggal (3/5/2025), pelatihan pembuatan pupuk organik cair dimulai. Produksi dilakukan dengan menempatkan campuran larva dan sampah organik dalam ember-ember khusus di dalam rumah BSF. 

Setiap dua minggu sekali dilakukan pemanenan, menghasilkan sekitar 6 liter air lindi dari satu ember. Proses ini menggunakan peralatan sederhana seperti corong, jeriken, dan saringan.
Setelah dipanen, POC dijemur selama sehari untuk mengurai racun serta membunuh patogen yang berpotensi merusak tanaman. Sinar matahari menjadi sumber UV alami yang efektif dalam menjaga mutu pupuk organik.

Penerapan pupuk hasil produksi dilakukan pada (31/5/2025) di lahan hortikultura milik warga. Komoditas seperti jagung dan cabai menjadi objek uji coba. POC dicampur dengan air dalam rasio 100 ml per 2 liter air sebelum disiramkan ke tanaman.
Tak hanya itu, tim juga membangun demplot percobaan guna mengukur efektivitas pupuk hasil dekomposisi BSF. Hasil awal menunjukkan respons positif pada tanaman, dengan daun lebih hijau dan pertumbuhan lebih cepat.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada pemanfaatan teknologi tepat guna, tetapi juga menanamkan kesadaran jangka panjang terhadap pengelolaan lingkungan berbasis komunitas.
“Program ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran warga Desa Libo Jaya dalam mengelola sampah organik rumah tangga secara efisien dan menghasilkan produk yang bermanfaat,” ujar perwakilan tim KKN UNS.
Melalui pelatihan dan pendampingan langsung, warga kini memiliki keterampilan baru dalam mengelola limbah dan menghasilkan pupuk organik cair yang dapat digunakan sendiri atau dijual sebagai produk pertanian.
Baca Juga: KKM Kelompok 87 Bersama Warga Desa Jawilan Wujudkan Lingkungan Bersih Lewat Gotong Royong
Tim KKN Hibah MBKM UNS mengucapkan terima kasih kepada UPPKN Universitas Sebelas Maret atas pendanaan dan dukungannya dalam program ini, serta kepada pemerintah desa dan seluruh warga Desa Libo Jaya atas kerjasama dan partisipasi aktif mereka.
Program ini membuktikan bahwa sinergi antara pendidikan tinggi dan masyarakat mampu menghasilkan inovasi berkelanjutan yang berdampak langsung pada lingkungan dan ekonomi lokal.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
 
 
									
 
													




