Di era globalisasi saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan besar dalam cara manusia mengakses dan mengelola informasi. Informasi menyebar dengan sangat cepat dan mudah dijangkau melalui berbagai platform media sosial seperti Instagram, YouTube, WhatsApp, Twitter, dan Google.
Menurut Michael Cross (2013), media sosial adalah sarana untuk mengumpulkan, bertukar, dan menyampaikan pesan melalui platform berbasis web. Seiring dengan berkembangnya teknologi internet, media sosial pun mengalami transformasi yang signifikan. Fitur dan fungsinya semakin beragam dan kompleks, menjadikan media sosial sebagai ruang yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu perubahan mendasar akibat kemajuan ini adalah cara seseorang mendapatkan bacaan, berita, dan berbagai sumber pengetahuan. Dulu, informasi lebih banyak diperoleh dari buku atau perpustakaan, namun kini dengan satu kali sentuhan layar, informasi dari seluruh dunia dapat diakses dalam hitungan detik.
Akan tetapi, kemudahan ini juga menimbulkan kekhawatiran. Media sosial, jika tidak digunakan secara bijak, dapat membawa dampak negatif yang signifikan. Salah satunya adalah potensi penyalahgunaan oleh pengguna, yang dapat memengaruhi cara berpikir, bertindak, bahkan nilai-nilai yang diyakini.
Di sisi lain, dunia pendidikan di Indonesia juga mengalami kemajuan pesat yang turut dipengaruhi oleh perkembangan media sosial. Media sosial kini banyak digunakan sebagai sarana pendukung dalam aktivitas pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan, media sosial menjadi alat bantu komunikasi yang mempermudah interaksi antara guru dan siswa, bahkan antar siswa sendiri. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, dan dalam hal ini, media sosial dapat menjadi jembatan penghubung untuk menunjang proses tersebut.
Sistem pendidikan yang semakin terhubung dengan teknologi digital membuat akses terhadap informasi pendidikan menjadi lebih terbuka. Sekolah, universitas, hingga lembaga pemerintah mulai menerapkan sistem informasi berbasis online.
Media sosial menjadi alat yang sangat praktis, karena dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Terlebih lagi, para siswa saat ini sudah sangat akrab dengan media sosial, bahkan menggunakannya hampir setiap hari sebagai bagian dari gaya hidup mereka.
Penggunaan media sosial oleh siswa tidak selalu berdampak negatif. Jika digunakan secara tepat dan bijak, media sosial dapat menjadi alat bantu pembelajaran yang sangat efektif. Melalui media sosial, siswa dapat mengakses berbagai sumber belajar yang beragam, berdiskusi secara virtual dengan guru dan teman, serta bergabung dengan komunitas belajar yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, media sosial mendorong siswa untuk belajar secara kolaboratif, meningkatkan rasa ingin tahu, dan memperluas wawasan mereka. Penelitian Suryaningsih (2020) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara terarah dan positif memberikan kontribusi signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial juga memiliki sisi negatif, terutama bila penggunaannya tidak terkontrol. Kecenderungan untuk menghabiskan waktu berlebihan di media sosial dapat menyebabkan gangguan konsentrasi, mengurangi waktu belajar, dan mengalihkan perhatian dari tujuan akademik.
Banyak siswa yang menjadi kecanduan mengakses konten-konten hiburan atau media sosial tanpa batas waktu, sehingga kegiatan belajar mereka terganggu. Tak jarang, konten yang kurang relevan bahkan merusak nilai-nilai etika dan motivasi belajar siswa.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kecanduan media sosial memiliki korelasi dengan penurunan prestasi akademik. Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersosialisasi secara virtual dibandingkan untuk membaca, mengerjakan tugas, atau memahami materi pelajaran.
Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi para pendidik dan orang tua. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran kolektif untuk membimbing siswa dalam menggunakan media sosial secara bijak.
Kunci dari semua ini adalah bagaimana siswa mampu mengelola waktu dan tujuan penggunaan media sosial mereka. Jika media sosial digunakan sebagai sarana belajar dan komunikasi akademik, maka dampaknya bisa sangat positif.
Namun, jika media sosial hanya dijadikan hiburan yang dikonsumsi tanpa batasan, maka hal itu akan merugikan proses belajar. Dalam hal ini, peran orang tua dan guru sangat vital untuk membimbing, mendampingi, serta mengawasi kegiatan siswa di dunia maya.
Pembatasan waktu penggunaan, edukasi tentang literasi digital, dan pengawasan terhadap konten yang diakses dapat menjadi langkah strategis untuk mengurangi dampak negatif tersebut.
Media sosial adalah alat. Bagaimana alat itu digunakan akan menentukan hasil yang diperoleh. Media sosial dapat memberikan manfaat besar jika digunakan dengan bijak, tetapi juga bisa menjadi bumerang jika disalahgunakan.
Oleh karena itu, sinergi antara siswa, orang tua, guru, dan lingkungan sekolah sangat penting untuk memastikan bahwa media sosial benar-benar dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran dan bukan sebaliknya.





