Yogyakarta, Krajan.id – Program ecobrick yang diinisiasi mahasiswa KKN Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 2025 berhasil mengolah ratusan botol plastik menjadi instalasi identitas dusun sekaligus menghidupkan kembali lahan kosong di Dusun Ngipikrejo 2, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo. Kegiatan ini dilaksanakan pada Minggu (30/11/2025) sebagai respons atas meningkatnya volume sampah plastik dan terbatasnya pengelolaan ruang publik di wilayah perbukitan Menoreh.
Inisiatif tersebut menggandeng warga, pemuda, dan perangkat dusun. Botol plastik bekas yang sebelumnya tidak termanfaatkan kini disulap menjadi struktur ecobrick yang ramah lingkungan serta mempercantik wajah dusun. Selain mengurangi sampah, instalasi itu diharapkan dapat memperkuat identitas dan kebersamaan warga.
Ngipikrejo 2 berada di kawasan perbukitan dengan permukiman yang saling berjauhan. Akses jalan berliku membuat pengelolaan sampah sulit dilakukan secara terpusat. Akibatnya, praktik membakar sampah, membuang ke selokan, atau menimbunnya di lahan kosong masih ditemukan. Minimnya fasilitas tempat pembuangan sementara turut memicu munculnya titik pembuangan liar yang berisiko mencemari lingkungan.
Ketua KKN UNY, Ramadhan, menyebut kondisi tersebut menjadi dasar pemilihan program ecobrick.
“Warga di sini sebenarnya sudah sadar pentingnya kebersihan. Namun karena akses dan fasilitas terbatas, sampah sering tidak tertangani dengan baik. Kami ingin menawarkan solusi yang sederhana, murah, dan bisa diterapkan langsung oleh masyarakat,” ujarnya.
Ecobrick dipilih karena mudah diterapkan dan sesuai kondisi desa. Teknik ini mengubah sampah plastik menjadi material padat yang dapat dipakai kembali sebagai elemen bangunan atau instalasi. Berbagai kajian menyebut ecobrick mampu memperpanjang usia plastik sekaligus mengurangi potensi sampah berakhir di lingkungan.
Ramadhan menjelaskan bahwa pendekatan ini tidak hanya berfungsi mengelola sampah, tetapi juga menciptakan simbol baru bagi dusun.
“Program ini sesuai kebutuhan warga, sekaligus menjadi identitas dusun dan menjawab masalah sampah plastik terutama dari botol minuman,” tuturnya.

Mahasiswa KKN mengajak warga memilah botol plastik bekas dan mengumpulkannya secara berkala. Upaya tersebut menghasilkan 532 botol plastik yang kemudian dibersihkan, diisi pasir untuk memperkuat struktur, dan dicat dengan dominasi warna merah serta kuning agar lebih mudah dikenali.
Ketua Karang Taruna, Afif, menilai antusiasme warga cukup tinggi.
“Kemarin sempat diambil untuk ecobrick. Respons warga sejauh ini bagus, mantap,” ujarnya.
Botol-botol tersebut kemudian disusun dalam kerangka ecobrick yang telah dirancang sebelumnya. Hasilnya, sebuah instalasi bertuliskan “Ngipikrejo 2” berdiri di lahan yang sebelumnya tidak termanfaatkan. Pembangunan dilakukan setelah pengukuran lokasi dan koordinasi dengan RT, Dukuh, serta warga untuk memastikan kesesuaian dengan kebutuhan lingkungan.

Sebelum program berjalan, lahan tersebut dibiarkan kosong dan dipenuhi semak. Tidak ada fungsi sosial yang dihadirkan bagi warga. Melalui kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat, area itu kini berubah menjadi ruang publik kecil yang lebih tertata. Ruang tersebut dapat menjadi titik temu warga untuk kegiatan sosial maupun tempat beristirahat.
Dukuh Ngipikrejo 2, Iswahyudi, mengapresiasi inisiatif ini.
“Mahasiswa KKN UNY sangat kreatif. Lahan yang dulu terbengkalai kini lebih rapi, dan warga mulai sadar pentingnya mengolah sampah,” ungkapnya.
Program ecobrick ini diharapkan menjadi langkah awal pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang berkelanjutan. Selain mengurangi limbah plastik, kegiatan ini turut mempererat kerja sama warga dalam menjaga lingkungan.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





