Desa Soko, Krajan.id – Kelompok 55 KKN Pintar Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) menggelar kegiatan Sosialisasi Anti Bullying di SDN Soko 1, Desa Soko, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Selasa (12/8/2025).
Kegiatan ini menjadi bagian dari program kerja mereka dalam membangun kesadaran siswa sekolah dasar akan bahaya perundungan dan pentingnya membangun lingkungan belajar yang aman serta nyaman.
Menurut penuturan anggota kelompok, tema anti bullying dipilih bukan tanpa alasan. “Berdasarkan pengamatan awal serta obrolan dengan guru, kami menemukan beberapa perilaku mengejek antar siswa yang dikhawatirkan berkembang menjadi bullying. Meski tidak tercatat secara formal, gejala ini cukup menjadi perhatian,” ujar salah satu anggota KKN.
Sebelum melaksanakan program, tim KKN Kelompok 55 melakukan pendekatan dengan pihak sekolah. Dari hasil diskusi, diketahui ada siswa yang merasa tidak nyaman karena perilaku teman sekelasnya. Temuan ini memperkuat tekad mereka untuk menyelenggarakan sosialisasi.
Materi sosialisasi dirancang dengan pendekatan sederhana, interaktif, dan menyenangkan agar mudah dipahami oleh siswa kelas 4, 5, dan 6. Bahasa yang digunakan ringan, dilengkapi ilustrasi visual, cerita singkat, hingga permainan tematik. “Kami juga menyesuaikan durasi supaya anak-anak tetap fokus,” jelas mereka.

Kegiatan menghadirkan dua pemateri utama, yaitu Azizah, mahasiswi Prodi Bimbingan dan Konseling Unugiri, yang memaparkan definisi bullying, jenis-jenisnya, verbal, fisik, dan sosial, serta dampak negatifnya bagi korban maupun pelaku. Ia memberikan contoh konkret perilaku bullying yang mungkin terjadi di sekolah.
Sementara itu, Mika, mahasiswi Prodi Bimbingan dan Konseling Unugiri, membahas strategi menghadapi dan mencegah bullying. Ia menekankan pentingnya empati, saling menghormati, serta keberanian untuk melapor jika melihat tindakan perundungan.
“Peran teman sangat besar dalam menciptakan lingkungan positif di sekolah,” tegas Mika.
Suasana sosialisasi semakin hidup ketika para siswa terlibat aktif dalam diskusi. Momen paling mengharukan terjadi saat beberapa siswa mengaku pernah mengejek temannya dan baru menyadari bahwa itu termasuk bullying. Mereka bahkan langsung meminta maaf di hadapan teman-temannya.
Agar siswa lebih aktif, panitia menggunakan metode ice breaking, permainan, serta sesi tanya jawab berhadiah kecil. Metode ini membuat suasana santai dan siswa lebih berani bertanya maupun bercerita.
Meski program ini hanya dilakukan sekali selama masa KKN, kelompok telah berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk menindaklanjutinya. Guru diberikan materi cetak sebagai panduan pembelajaran tambahan mengenai anti bullying.
Baca Juga: Mahasiswa KKN UNISRI Dorong Digitalisasi Pembayaran UMKM Wisata Umbul Nilo Lewat QRIS
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah menjaga fokus siswa yang masih muda dan mudah teralihkan perhatiannya. “Selain itu, kami harus pintar-pintar memilih bahasa yang sederhana tapi tetap bermakna,” tambah mereka.

Mereka juga menegaskan pentingnya peran guru dan orang tua dalam menciptakan budaya anti bullying. Guru harus menjadi teladan dan menciptakan kelas yang inklusif, sementara orang tua perlu memberikan pendampingan emosional serta mengajarkan anak agar tidak melakukan kekerasan fisik maupun verbal.
Pesan terakhir dari Kelompok 55 untuk siswa-siswi di Desa Soko sederhana namun bermakna: “Jadilah teman yang baik. Saling menghargai, menolong, dan menghormati satu sama lain. Sekolah adalah tempat kita tumbuh bersama, bukan untuk saling menjatuhkan.”
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





