Mahasiswa KKN-BBK 5 Unair Ubah Limbah Buah Jadi Eco-Enzyme, Tanaman Subur Tanpa Bahan Kimia

Pembuatan dan penyerahan eco-enzyme bersama Pak Yunus sebagai wakil RW 1 dan perwakilan masyarakat, (15/1/2025). (doc. Pribadi)
Pembuatan dan penyerahan eco-enzyme bersama Pak Yunus sebagai wakil RW 1 dan perwakilan masyarakat, (15/1/2025). (doc. Pribadi)

Sukomanunggal, Krajan.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) BBK 5 Universitas Airlangga (Unair) Sukomanunggal sukses melaksanakan program unggulan mereka, yakni pembuatan eco-enzyme bersama warga RW 1 Sukomanunggal pada (15/1/2025). Program ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan serta membangun kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan limbah organik secara berkelanjutan.

Dalam kehidupan sehari-hari, rumah tangga menghasilkan limbah organik dalam jumlah besar. Sayangnya, sebagian besar sampah ini berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), yang menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan, seperti peningkatan gas rumah kaca dan pencemaran tanah.

Bacaan Lainnya

Di sisi lain, penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam pertanian dapat menurunkan kesuburan tanah serta mencemari sumber air. Oleh karena itu, solusi seperti eco-enzyme menjadi inovasi yang menjanjikan dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Eco-enzyme merupakan cairan hasil fermentasi limbah dapur organik yang kaya akan enzim dan mikroorganisme baik. Cairan ini dapat digunakan sebagai pupuk alami, pengendali hama, hingga pembersih rumah tangga. Dibandingkan dengan pupuk kimia, eco-enzyme lebih ramah lingkungan, mudah dibuat, serta memiliki berbagai manfaat, antara lain:

  • Mengurangi limbah organik yang berakhir di TPA.
  • Mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dalam pertanian.
  • Meningkatkan kesuburan tanah dan mempercepat pertumbuhan tanaman.
  • Membantu proses degradasi air limbah, sehingga meningkatkan kualitas air.

Menurut Devi Kusuma Wardhani Bastian, salah satu mahasiswa KKN BBK 5 Unair, banyak warga yang awalnya ragu untuk mencoba eco-enzyme karena proses fermentasinya yang cukup lama.

“Banyak yang bertanya apakah ada cara agar eco-enzyme bisa jadi lebih cepat. Namun, kami menjelaskan bahwa proses tiga bulan ini memang diperlukan agar enzimnya bekerja maksimal,” ujarnya.

Baca Juga: Inovasi Kreatif: KKN 31 UNS Sosialisasikan Lilin Aromaterapi dari Minyak Jelantah

Sementara itu, Pak Yunus, salah satu warga RW 1 Sukomanunggal, berbagi pengalamannya setelah ikut serta dalam pelatihan ini.

“Awalnya saya takut galonnya bakal meledak karena gasnya banyak. Tapi setelah diajari cara memasang selang untuk melepaskan gas, saya jadi lebih merasa tenang. Sekarang saya malah penasaran ingin lihat hasilnya setelah tiga bulan,” katanya.

Mahasiswa KKN BBK 5 Unair mengenalkan metode sederhana dalam pembuatan eco-enzyme yang bisa diterapkan oleh semua kalangan dengan bahan-bahan yang mudah didapat.

Bahan yang Dibutuhkan:

  • 3 kg kulit buah (dapat menggunakan kulit buah beraroma menyegarkan seperti nanas dan jeruk).
  • 1,5 kg gula merah.
  • 10 liter air (jika menggunakan air PDAM, endapkan terlebih dahulu minimal 3 hari).

Langkah Pembuatan:

  1. Campurkan kulit buah, gula merah yang telah dilarutkan dalam 2 liter air, dan 10 liter air ke dalam wadah fermentasi, misalnya galon bekas air mineral.
  2. Pastikan galon tertutup rapat tetapi tetap memiliki sistem pelepasan gas agar tidak meledak.
  3. Untuk mengontrol tekanan gas, pasang selang pada galon dan arahkan ke botol kecil yang berisi seperempat bagian air.
  4. Simpan di tempat teduh dan diamkan selama tiga bulan.
  5. Setelah tiga bulan, saring cairan eco-enzyme dan simpan dalam wadah bersih.

Meski terbilang mudah, ada beberapa tantangan dalam proses pembuatannya. Waktu fermentasi yang lama memerlukan kesabaran, serta pelepasan gas yang harus dikontrol dengan baik agar tidak terjadi kebocoran atau ledakan. Selain itu, faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi kualitas eco-enzyme yang dihasilkan.

Baca Juga: Menteri Yandri Susanto Dorong Kepala Desa Bangun Dapur Makan Bergizi Gratis

Program ini mendapat sambutan positif dari warga RW 1 Sukomanunggal. Banyak dari mereka yang mulai memahami manfaat eco-enzyme dan tertarik untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pelatihan ini, mahasiswa KKN BBK 5 Unair berharap masyarakat bisa mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya serta mulai beralih ke solusi pertanian yang lebih berkelanjutan.

“Kami ingin masyarakat lebih sadar akan pentingnya mengelola limbah organik dengan cara yang bermanfaat, bukan sekadar membuangnya ke tempat sampah. Dengan eco-enzyme, mereka bisa mengolah limbah sendiri dan mendapatkan manfaat langsung dari hasil fermentasi ini,” ujar Muhammad Haykal Rafsanjani Abdat, mahasiswa S1 Manajemen Unair yang turut serta dalam program ini.

Program ini diinisiasi oleh tim mahasiswa KKN BBK 5 Unair yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, di antaranya:

  1. Zahirah Putri Nafdya (S1 Ilmu Hukum)
  2. Muhammad Haykal Rafsanjani Abdat (S1 Manajemen)
  3. Hapsari Dzakiyah ‘Afifah (S1 Manajemen)
  4. Devi Kusuma Wardhani Bastian (S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan)
  5. Rayyan (S1 Ilmu Politik)
  6. Saniyatus Sangadah (S1 Fisika)
  7. Adisha Satya Putri Aprilia (S1 Bahasa dan Sastra Jepang)
  8. Dian Falakhaini Tuja Bella Dynta Lie (D4 Teknologi Radiologi Pencitraan)
  9. Hanum Firdausa Khairani (S1 Rekayasa Nanoteknologi)
  10. Athaillah Dios Ananta (S1 Teknik Industri)

Jika Anda ingin berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan meningkatkan hasil pertanian secara alami, tidak ada salahnya untuk mencoba membuat eco-enzyme sendiri di rumah. Dengan langkah sederhana ini, Anda bisa menciptakan perubahan besar bagi lingkungan dan masa depan yang lebih hijau.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *