Teknologi geospasial telah menjadi salah satu inovasi penting dalam era modern yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pengelolaan sumber daya alam. Istilah geospasial merujuk pada data atau informasi yang berhubungan dengan lokasi atau posisi geografis di bumi.
Data ini mencakup koordinat, batas wilayah, hingga informasi spesifik lainnya yang dapat dipetakan di permukaan bumi. Dengan kata lain, geospasial adalah konsep yang mengintegrasikan data berbasis lokasi untuk memahami dan memetakan fenomena di bumi.
Menurut Prof. Dr. Hasanuddin Z. Abidin, M.Sc., dalam UU No. 4 Tahun 2011 disebutkan bahwa geospasial merupakan gabungan dari “geo” yang berarti bumi dan “spasial” yang menunjukkan aspek keruangan dari suatu objek atau kejadian. Geospasial, yang sering kali diwujudkan dalam bentuk peta, tidak hanya memuat informasi lokasi geografis tetapi juga berbagai atribut tambahan seperti karakteristik fisik dan sosial ekonomi suatu wilayah.
Dalam perkembangannya, teknologi geospasial mencakup berbagai alat dan metode modern, seperti Sistem Informasi Geografis (GIS), penginderaan jauh, dan Sistem Penentuan Posisi Global (GPS). GIS berperan penting dalam mengelola dan menganalisis data geospasial dengan memberikan kemampuan untuk membuat, menyimpan, dan memvisualisasikan data berbasis lokasi. Misalnya, GIS memungkinkan analisis mendalam tentang tata kota, lingkungan, atau penelitian ilmiah.
Sementara itu, penginderaan jauh (remote sensing) menjadi teknologi andalan dalam memantau lingkungan melalui citra satelit dan udara. Pada tahun 2024, teknologi ini telah berkembang pesat, memungkinkan pengambilan data dengan resolusi tinggi dan frekuensi yang lebih sering. Teknologi ini memainkan peran penting dalam mitigasi bencana, pemantauan perubahan lahan, serta sektor pertanian dan kehutanan.
Baca Juga: Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah untuk Membentuk Generasi Berintegritas
Teknologi GPS, yang awalnya dikembangkan untuk kebutuhan militer, kini telah merambah ke berbagai aplikasi publik. Perangkat ini memanfaatkan sinyal satelit untuk menentukan lokasi dengan akurasi tinggi. Kombinasi GPS dengan teknologi geospasial lainnya, seperti GLONASS, Galileo, dan BeiDou, telah memperkuat akurasi dan efektivitas dalam navigasi, pelacakan aset, serta pengelolaan logistik.
Pengintegrasian SIG, penginderaan jauh, dan GPS juga memberikan manfaat signifikan dalam sektor pertanian. Dalam konteks pertanian presisi, teknologi geospasial digunakan untuk menganalisis sumber daya lahan, menilai kualitas tanah, dan memberikan rekomendasi pemupukan.
Teknologi ini juga membantu memprediksi potensi bahaya alami dan memantau kualitas tanaman secara real-time, sehingga meningkatkan efisiensi serta produktivitas pertanian.
Di tingkat pemerintah, teknologi geospasial memainkan peran penting dalam pengelolaan kawasan gambut. Citra satelit memungkinkan identifikasi dan pemantauan ekosistem gambut berdasarkan karakteristik wilayah rawa. Hal ini mendukung konsep kawasan hidrologis gambut (KHG) yang bertujuan untuk melestarikan ekosistem unik ini.
Menurut Prof. Dr.agr. Ir. Johan Setianto, Ketua Program Pascasarjana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, “Informasi spasial merupakan dasar yang sangat substansial dalam setiap tahapan pengelolaan sumber daya alam, mulai dari tahap inisiasi dan perencanaan hingga monitoring dan evaluasi.” Pernyataan ini menegaskan pentingnya teknologi geospasial sebagai alat strategis dalam pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam.
Penggunaan teknologi ini telah menunjukkan berbagai hasil positif di lapangan. Di Kalimantan, misalnya, teknologi geospasial telah membantu mencegah deforestasi dengan mengidentifikasi kawasan hutan yang terancam.
Baca Juga: Kurikulum Sentra: Pendekatan Holistik Integratif untuk Pendidikan Anak Usia Dini
Di sektor perairan, teknologi ini digunakan untuk memantau polusi air, mengidentifikasi sumber polutan, serta membantu langkah-langkah mitigasi. Di Filipina, teknologi ini mendukung rehabilitasi hutan bakau, melindungi garis pantai, dan meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir.
Namun, tantangan tetap ada. Salah satu hambatan terbesar adalah aksesibilitas data geospasial yang sering kali terbatas pada instansi tertentu. Selain itu, adopsi teknologi canggih seperti LiDAR membutuhkan infrastruktur dan tenaga ahli yang memadai.
Meski demikian, dengan integrasi kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning), pemrosesan data geospasial diharapkan menjadi lebih cepat dan efisien.
Teknologi geospasial merupakan solusi utama untuk pengelolaan sumber daya alam yang efisien dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan potensi penuh teknologi ini, Indonesia dapat melangkah lebih jauh dalam melestarikan lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.





