Puisi “Salju” karya Wing Kardjo memiliki bentuk seperti tangga yang menegaskan perjalanan kehidupan seseorang untuk mencapai suatu tujuan melalui proses bertahap. Tangga, sebagai metafora, mencerminkan perjuangan untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi dalam kehidupan.
Dalam proses menaiki tangga, pandangan harus fokus ke depan; jika tidak, seseorang bisa tersandung dan terjatuh. Hal ini serupa dengan kehidupan, di mana kita harus memusatkan perhatian pada masa depan, bukan meratapi masa lalu.
Salju
Wing Kardjo (1937-2002)
Kemanakah pergi
Mencari matahari
Ketika salju turun
Pepohonan kehilangan daun
Kemanakah jalan
Mencari lindungan
Ketika tubuh kuyup
Dan pintu tertutup
Kemanakah lagi
Mencari api
Ketika bara hati
Padam tak berarti
Kemanakah pergi
Selain mencuci diri
Horison, II (3), 1967
Interpretasi Puisi
Pada bait pertama, baris pertama “Kemanakah pergi” menunjukkan adanya pertentangan dalam diri seseorang yang memiliki aspirasi tertentu tetapi merasa terhambat oleh kondisi sosial, ekonomi, atau emosional.
Baca Juga: Perempuan Pahlawan
Baris kedua, “Mencari matahari,” melambangkan usaha untuk menemukan kebahagiaan atau makna hidup. Baris ketiga, “Ketika salju turun,” mengindikasikan momen perubahan signifikan dalam hidup, baik secara pribadi maupun mental. Baris keempat, “Pepohonan kehilangan daun,” menggambarkan perasaan kehilangan harapan atau sesuatu yang berarti.
Pada bait kedua, baris pertama “Kemanakah jalan” mencerminkan pencarian makna atau identitas dalam perjalanan hidup. Baris kedua, “Mencari lindungan,” menyiratkan kebutuhan manusia akan keamanan emosional dan fisik. Baris ketiga, “Ketika tubuh kuyup,” melambangkan situasi emosional sulit. Baris keempat, “Pintu tertutup,” mencerminkan perasaan terjebak atau penolakan terhadap perubahan.
Bait ketiga dimulai dengan baris “Kemanakah lagi,” yang menggambarkan kecemasan menghadapi ketidakpastian masa depan. Baris kedua, “Mencari api,” adalah pencarian semangat atau motivasi. Baris ketiga, “Bara hati,” mencerminkan emosi mendalam seperti cinta atau hasrat.
Baris keempat, “Padam tak berarti,” mengisyaratkan semangat yang sempat padam tetapi memiliki potensi untuk bangkit kembali.
Baca Juga: Oedipus Complex Versi Madura
Pada bait keempat, baris pertama “Kemanakah pergi,” menunjukkan kecemasan menghadapi masa depan. Baris kedua, “Selain mencuci diri,” menyiratkan upaya pembersihan diri baik secara fisik maupun emosional.
Puisi ini mengingatkan kita pada kenangan masa lalu, di mana salju menjadi metafora kesendirian, keheningan, dan perasaan rindu yang mendalam. Wing Kardjo berhasil menghadirkan refleksi kehidupan yang kompleks melalui simbol-simbol sederhana dalam puisi ini.