Pendidikan di tingkat sekolah dasar memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anak. Pada usia tersebut, anak-anak berada dalam fase perkembangan yang kritis, di mana mereka menyerap nilai-nilai yang akan membentuk kepribadian mereka di masa depan.
Presiden Joko Widodo dalam arahannya menyatakan bahwa pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas harus mencakup peningkatan pendidikan karakter dan penerapan Pancasila secara konsisten.
Poin ini selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menegaskan bahwa pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi anak untuk memiliki kepribadian yang baik, kecerdasan, dan akhlak mulia.
Namun, tantangan pendidikan karakter di era sekarang semakin nyata. Kita melihat peningkatan kekerasan di kalangan remaja, merosotnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, serta merebaknya perilaku tidak jujur dan saling curiga di masyarakat.
Kondisi ini menekankan pentingnya penguatan pendidikan karakter sejak dini, terutama di sekolah dasar. Aristoteles, seorang filsuf besar, pernah menyampaikan bahwa karakter adalah kebiasaan yang terbentuk dari tindakan berulang. Dengan kata lain, nilai-nilai moral dan keutamaan diperoleh dari praktik dan pengalaman yang terus-menerus.
Sekolah dasar tidak hanya menjadi tempat bagi anak untuk belajar membaca, menulis, atau berhitung, tetapi juga menjadi wadah untuk menanamkan nilai-nilai moral dan sosial yang mendasar. Guru, sebagai pendidik utama di sekolah, memegang peran sentral dalam membentuk karakter siswa.
Guru tidak hanya berperan dalam menyampaikan materi akademis, tetapi juga menjadi teladan melalui sikap dan interaksi sehari-hari. Pendidikan karakter yang diterapkan oleh guru haruslah menekankan kasih sayang, teladan, moralitas, serta keberagaman. Keseimbangan antara pengetahuan akademis dan pembentukan karakter inilah yang akan menciptakan anak-anak yang siap menghadapi tantangan kehidupan.
Baca Juga: Galih Sulistyaningra: Sosok Pendidik Muda yang Menginspirasi Generasi Bangsa
Namun, pendidikan karakter tidak cukup hanya dilakukan di lingkungan sekolah. Ini juga perlu didukung oleh keluarga dan masyarakat. Sekolah, keluarga, dan lingkungan sosial memiliki peran sinergis dalam membentuk kepribadian anak. Pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai harus menjadi upaya kolektif, bukan sekadar kewajiban sekolah semata.
Sekolah tidak lagi bisa dianggap hanya sebagai tempat untuk mentransfer ilmu, melainkan juga sebagai tempat yang memberikan pengalaman hidup kepada anak agar mereka dapat belajar berperilaku baik dan beretika dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, di era revolusi industri 4.0 dan Society 5.0, karakter yang kuat dan baik menjadi sama pentingnya dengan kecerdasan akademis. Dunia yang terus berubah dengan cepat membutuhkan individu yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas, empati, dan kemampuan beradaptasi dengan tantangan moral yang semakin kompleks.
Baca Juga: Dianggap Kurang Keren, Faktanya Guru SD Kini Menjadi Jurusan Yang Paling Diincar
Pendidikan karakter di sekolah dasar bertujuan menciptakan generasi yang seimbang antara kemampuan akademis dan kualitas moral, yang nantinya diharapkan dapat menjadi modal utama dalam menghadapi perubahan zaman.
Dengan demikian, pendidikan karakter harus diprioritaskan sejak dini agar siswa dapat tumbuh tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kepribadian yang tangguh dan berakhlak mulia.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
