BBK 5 Unair Gebangangkrik Hadirkan Eco-Krik dan Nico-Spray: Inovasi Ramah Lingkungan untuk Pertanian Berkelanjutan

Dokumentasi bersama. (doc. Pribadi)
Dokumentasi bersama. (doc. Pribadi)

Gebangangkrik, Krajan.id – Mahasiswa Program Belajar Bersama Komunitas (BBK) 5 Universitas Airlangga (Unair) yang melaksanakan kegiatan di Desa Gebangangkrik, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, menghadirkan inovasi ramah lingkungan di bidang pertanian dan pengelolaan limbah.

Mereka menciptakan dua produk unggulan, yakni Eco-Krik, cairan eco-enzyme berbahan limbah organik, dan Nico-Spray, pestisida alami berbahan dasar puntung rokok. Inovasi ini diharapkan menjadi solusi bagi masyarakat desa dalam mengatasi permasalahan limbah rumah tangga serta serangan hama pada tanaman.

Bacaan Lainnya

Eco-Krik merupakan eco-enzyme yang dibuat dari limbah organik seperti kulit buah dan sayuran yang dicampur dengan gula merah dan air dalam perbandingan 1:3:10. Proses fermentasi selama tiga bulan menghasilkan cairan serbaguna yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alami, pengusir hama, hingga cairan pembersih ramah lingkungan.

Dalam press release yang diberikan pada (31/1/2025) Tim BBK 5 Unair Gebangangkrik, menjelaskan manfaat Eco-Krik bagi masyarakat desa.

“Dengan Eco-Krik, warga dapat mengolah limbah organik rumah tangga menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Selain mengurangi pencemaran lingkungan, cairan ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman,” tulisnya.

Mahasiswa BBK 5 memberikan pelatihan kepada warga mengenai cara pembuatan Eco-Krik. Proses dimulai dengan mencampurkan limbah organik, gula merah, dan air dalam wadah tertutup.

Warga diajarkan untuk membuka wadah setiap hari pada minggu pertama agar fermentasi berjalan sempurna. Setelah tiga bulan, cairan hasil fermentasi siap digunakan sebagai pupuk alami dan cairan pembersih yang aman bagi lingkungan.

Seorang warga yang mengikuti pelatihan, menyatakan ketertarikannya terhadap Eco-Krik.

“Sebelumnya, saya tidak tahu kalau limbah dapur bisa diolah menjadi sesuatu yang berguna. Dengan Eco-Krik, saya jadi punya alternatif pupuk alami yang lebih murah,” katanya.

Selain Eco-Krik, Tim BBK 5 Unair juga menciptakan Nico-Spray, pestisida organik berbahan dasar puntung rokok. Produk ini dikembangkan karena banyaknya limbah puntung rokok yang tidak terkelola dengan baik, sementara nikotin yang terkandung di dalamnya terbukti efektif membasmi hama seperti kutu daun, ulat, dan lalat yang sering menyerang tanaman pertanian.

Tim BBK 5, menjelaskan cara pembuatan Nico-Spray. “Ada dua metode utama. Pertama, puntung rokok direbus dalam air mendidih, lalu disaring setelah dingin. Kedua, puntung rokok direndam dalam air bersih selama 10 hari, ditambah cairan pencuci piring agar lebih efektif. Hasilnya bisa dicampur dengan air sebelum disemprotkan ke tanaman,” terangnya.

Para petani di Desa Gebangangkrik pun menyambut baik inovasi ini. Salah satu petani setempat, mengatakan bahwa pestisida ini memberikan manfaat besar bagi tanaman mereka.

“Biasanya kami menggunakan pestisida kimia yang mahal dan berdampak buruk pada tanah. Dengan Nico-Spray, kami bisa mengatasi hama dengan cara yang lebih aman dan hemat,” ujarnya.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UNAND Latih Petani Solok Olah Limbah Peternakan Jadi Pupuk Organik Cair

Mahasiswa BBK 5 juga memberikan edukasi kepada warga mengenai cara penggunaan Nico-Spray yang tepat agar tidak berbahaya bagi tanaman dan lingkungan. Pestisida ini cukup disemprotkan seminggu sekali, idealnya pada siang hari, agar bekerja secara maksimal dalam mengendalikan hama.

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh mahasiswa BBK 5 Unair melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk perangkat desa dan kelompok petani. Warga tidak hanya mendapatkan materi tentang manfaat Eco-Krik dan Nico-Spray, tetapi juga dilibatkan secara langsung dalam proses pembuatannya.

Antusiasme warga sangat tinggi karena inovasi ini memberikan solusi nyata bagi permasalahan pertanian dan pengelolaan limbah di desa mereka.

“Kami berharap produk ini tidak hanya digunakan di Desa Gebangangkrik, tetapi juga bisa menjadi inspirasi bagi desa lain,” tambah mereka.

Menurut Tim BBK 5 Unair, keberlanjutan program ini akan sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat dalam mengadopsi teknologi sederhana namun bermanfaat ini.

Inovasi yang dihadirkan mahasiswa BBK 5 Unair diharapkan memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat. Dengan Eco-Krik, warga dapat meningkatkan kualitas tanah dan hasil panen tanpa ketergantungan pada pupuk kimia.

Baca Juga: Mahasiswa KKN BBK 5 Unair Olah Kulit Buah Naga Jadi Kubuna Tea di Desa Kalipait Banyuwangi

Sementara itu, Nico-Spray membantu mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan.

“Kami ingin agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya pengelolaan limbah dan penggunaan bahan alami dalam pertanian. Dengan begitu, desa ini bisa lebih mandiri dan ramah lingkungan,” pungkas im BBK 5 Unair.

Program BBK 5 Unair di Desa Gebangangkrik menjadi bukti bahwa kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat dapat menciptakan solusi berkelanjutan yang berdampak nyata. Dengan adanya produk inovatif seperti Eco-Krik dan Nico-Spray, Desa Gebangangkrik kini memiliki peluang lebih besar untuk berkembang di bidang pertanian dan lingkungan, serta menjadi contoh bagi desa lain dalam menciptakan inovasi berbasis kearifan lokal.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *