Plastik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Kegunaannya yang luas, mulai dari kemasan makanan hingga peralatan rumah tangga, menjadikan plastik sangat sulit untuk dihindari.
Namun, di balik manfaatnya, plastik menyimpan bahaya besar berupa pencemaran mikroplastik yang kini menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Mikroplastik, yang didefinisikan sebagai partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter, telah mencemari hampir semua ekosistem di dunia, termasuk tanah, air, dan udara.
Mikroplastik terbentuk dari berbagai sumber, seperti limbah industri, degradasi plastik di alam, dan produk konsumen seperti kosmetik atau deterjen. Plastik yang terdegradasi tidak benar-benar menghilang, melainkan terpecah menjadi partikel kecil yang sulit dilihat oleh mata telanjang.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa di 64 titik di 28 kabupaten/kota di 13 provinsi di Indonesia ditemukan lebih dari 25.733 sampah plastik, mayoritas berupa kemasan sekali pakai.
Hal ini menunjukkan bahwa pencemaran plastik, termasuk mikroplastik, telah menjadi masalah yang sangat serius dan memerlukan perhatian segera.
Pencemaran mikroplastik memiliki dampak yang sangat luas, terutama pada lingkungan hidup. Partikel mikroplastik tersebar luas di perairan seperti laut, sungai, dan danau, bahkan hingga ke sistem air tanah. Keberadaan mikroplastik di lingkungan ini dapat mengganggu ekosistem secara signifikan.
Mikroplastik yang tertelan oleh organisme laut kecil seperti plankton akan berpindah melalui rantai makanan ke predator yang lebih besar, termasuk ikan dan mamalia laut. Akhirnya, mikroplastik yang terakumulasi ini berpotensi masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi makanan laut.
Baca Juga: Organisasi Papua Merdeka (OPM): Hak Penentuan Nasib Sendiri versus Integritas Teritorial
Selain mencemari perairan, mikroplastik juga ditemukan mencemari tanah. Limbah plastik yang tertimbun di tanah dapat memengaruhi struktur tanah dan mengurangi kualitas air tanah yang merupakan salah satu sumber utama bagi kebutuhan sehari-hari manusia.
Pada sebuah penelitian di wilayah Banyuurip, Gresik, mikroplastik ditemukan dalam bentuk fragmen, serat, dan film. Dari ketiga jenis ini, fragmen menjadi yang paling dominan, yang berasal dari limbah rumah tangga dan aktivitas manusia lainnya.
Dampak mikroplastik tidak hanya terbatas pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan manusia. Mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia melalui berbagai jalur, seperti makanan, minuman, dan udara yang terkontaminasi.
Sebuah penelitian di Jerman dan Ceko menemukan mikroplastik berukuran 1–10 mikrometer dalam air minum, baik sebelum maupun sesudah proses pemurnian. Mikroplastik seperti PET, PP, dan PE menjadi kontaminan utama yang dikhawatirkan dapat berdampak pada sistem pencernaan manusia. Selain itu, mikroplastik juga dapat masuk ke saluran pernapasan melalui udara yang tercemar.
Baca Juga: Transformasi Timnas Indonesia: Dari Harapan Menjadi Kenyataan
Tubuh manusia memang memiliki mekanisme alami untuk mengeluarkan partikel asing, seperti bersin atau batuk, tetapi dalam beberapa kasus, partikel mikroplastik dapat terperangkap di dinding saluran napas, menyebabkan iritasi, peradangan, bahkan risiko gangguan pernapasan kronis.
Penelitian lain juga menemukan bahwa mikroplastik telah masuk ke aliran darah manusia. Pada tahun 2022, sebuah studi menunjukkan bahwa mikroplastik ditemukan dalam darah 17 dari 22 sukarelawan yang sehat. Rata-rata konsentrasi partikel plastik yang diukur mencapai 1,6 gram per mililiter. Mikroplastik ini diduga dapat menjadi pembawa patogen yang memengaruhi kesehatan fisiologis manusia dalam jangka panjang.
Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah pencegahan perlu segera diambil. Salah satu langkah penting adalah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Masyarakat perlu didorong untuk memilih produk yang lebih ramah lingkungan dan mendukung gerakan pengurangan sampah plastik.
Selain itu, edukasi tentang bahaya mikroplastik harus ditingkatkan agar masyarakat lebih sadar akan dampak negatif dari penggunaan plastik yang berlebihan. Pemerintah juga memegang peranan penting dalam membuat kebijakan yang tegas terkait pengelolaan limbah plastik, termasuk melarang penggunaan mikroplastik dalam produk tertentu. Pengembangan teknologi untuk mendaur ulang plastik menjadi bahan yang lebih berguna juga harus menjadi prioritas.
Baca Juga: Peran Remaja dalam Mencegah AIDS
Pencemaran mikroplastik tidak hanya menjadi masalah lokal tetapi juga global. Negara-negara penyumbang sampah plastik terbesar harus bekerja sama untuk mengurangi produksi plastik dan menangani limbahnya secara lebih bertanggung jawab. Hanya dengan kolaborasi dan upaya kolektif dari semua pihak, pencemaran mikroplastik dapat dikurangi, sehingga lingkungan dan kesehatan manusia dapat dilindungi.
Mikroplastik adalah ancaman serius yang memerlukan perhatian segera. Dampaknya yang meluas, baik terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia, membuat isu ini menjadi salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi dunia modern. Dengan langkah-langkah yang tepat dan kesadaran yang tinggi, pencemaran mikroplastik dapat ditekan, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk generasi mendatang.





