Begaganlimo, Krajan.id – Margaret Mead pernah berkata, “Kita tidak akan memiliki masyarakat jika kita merusak lingkungan.” Kutipan ini menjadi dasar bagi banyak orang dalam memahami pentingnya menjaga kelestarian alam. Permasalahan lingkungan yang semakin nyata memerlukan tindakan segera, sejalan dengan pepatah, “Lebih baik mencegah daripada mengobati.”
Sebagai agen perubahan (agent of change), mahasiswa memiliki peran strategis dalam menjembatani ilmu pengetahuan dan praktik nyata di masyarakat. Hal ini diwujudkan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Belajar Bersama Komunitas (BBK) Universitas Airlangga (UNAIR) yang menjalankan program berbasis lingkungan di Desa Begaganlimo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto.
Mereka menghadirkan inovasi dalam pengelolaan sampah plastik, dengan tujuan mengubah limbah menjadi ecobrick yang bernilai guna, sekaligus menginspirasi masyarakat dalam mengelola sampah secara berkelanjutan.
Transformasi ini diawali dengan identifikasi permasalahan utama di Desa Begaganlimo, yakni sungai yang dipenuhi sampah plastik. Menyadari kondisi tersebut, mahasiswa KKN BBK-5 UNAIR melihat peluang untuk mengolah sampah menjadi produk bernilai guna.
Dengan semangat kolaboratif, mereka menggandeng mahasiswa KKN dari Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) serta warga desa untuk melakukan kerja bakti membersihkan sungai, Minggu (19/01/2025).
Sebanyak 60 orang dikerahkan untuk membersihkan sungai dan lingkungan sekitar. Kegiatan ini menjadi titik awal perubahan besar yang tidak hanya berdampak pada kebersihan lingkungan, tetapi juga membuka jalan bagi solusi berkelanjutan di desa tersebut.
Menurut Naomi, salah satu mahasiswa KKN BBK-5 Unair, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat.
“Melalui kolaborasi yang kuat, sampah yang sebelumnya menjadi masalah kini dapat dikumpulkan dan diolah menjadi produk bernilai guna. Kami berharap program ini dapat memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat Desa Begaganlimo,” ujarnya.
Setelah pembersihan sungai, sampah yang terkumpul dipilah dan dicuci untuk memisahkan sampah organik dari sampah anorganik, khususnya plastik. Sampah plastik yang telah dipisahkan kemudian diolah menjadi ecobrick, Kamis (23/01/2025).
Naomi menjelaskan bahwa ecobrick adalah blok padat yang terbuat dari sampah plastik yang dipadatkan dalam botol bekas. Produk ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti dekorasi atau bahan bangunan ramah lingkungan.
“Inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi pencemaran, tetapi juga menawarkan solusi yang praktis dan berkelanjutan,” tambahnya.

Mahasiswa KKN BBK-5 UNAIR juga melibatkan anak-anak desa dalam pembuatan ecobrick berbentuk pot tanaman. Kegiatan ini tidak hanya menghasilkan produk bermanfaat, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi anak-anak mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Dengan pendekatan ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah dapat ditanamkan sejak dini.
Melalui program ini, mahasiswa KKN BBK-5 Unair telah membuktikan bahwa dengan kerja sama dan inovasi, permasalahan sampah dapat diubah menjadi peluang.
Baca Juga: Branding Dahsyat, UMKM Desa Kertosono Meroket Berkat Mahasiswa BBK 5 Unair
Transformasi yang dimulai dengan langkah kecil ini diharapkan dapat menginspirasi desa-desa lain untuk menerapkan pengelolaan sampah yang lebih baik. Selain itu, kegiatan ini juga berpotensi membuka peluang ekonomi bagi masyarakat dengan memanfaatkan ecobrick sebagai produk kreatif.

Dengan adanya kesadaran kolektif dan upaya nyata seperti ini, masa depan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan bukanlah sekadar impian. Desa Begaganlimo kini memiliki harapan baru dalam mengatasi permasalahan sampah, sekaligus menjadi contoh bagi komunitas lain dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.





