Ancaman Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Ilustrasi foto/mertani
Ilustrasi foto/mertani

Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga kualitas lingkungan hidupnya, salah satunya adalah kerusakan lingkungan yang mengakibatkan penurunan kualitas udara. Polusi udara telah menjadi isu serius yang berlangsung lama dan semakin memburuk.

Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia memiliki hutan lindung yang berfungsi sebagai penjaga keseimbangan ekosistem. Namun, eksploitasi sumber daya ini, seperti deforestasi dan pembakaran hutan, justru menjadi penyebab utama menurunnya kualitas udara.

Bacaan Lainnya

Pada tahun 2015, Indonesia mengalami kebakaran besar yang menghanguskan sekitar 2,6 juta hektar lahan, termasuk di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Kebakaran ini terjadi di 29 provinsi lainnya, dipicu oleh kombinasi tanah gambut yang mudah terbakar, musim kemarau panjang, serta aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab.

Dampaknya tidak hanya menghanguskan lahan tetapi juga menyebabkan kerugian besar secara ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Contoh sederhana seperti membuang puntung rokok sembarangan dapat memicu kebakaran yang merusak ekosistem secara luas. Oleh karena itu, edukasi dan kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Selain pembakaran hutan, polusi udara juga disebabkan oleh asap pabrik yang mengandung zat berbahaya. Di banyak wilayah Indonesia, pabrik-pabrik mengeluarkan asap tanpa melalui proses penyaringan yang memadai.

Hal ini tidak hanya merusak tanaman di sekitarnya tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan manusia, menyebabkan penyakit pernapasan hingga kerusakan paru-paru. Pertumbuhan industri yang pesat tanpa pengelolaan limbah yang baik semakin memperparah kondisi ini.

Sayangnya, pengawasan terhadap industri-industri tersebut sering kali masih lemah, sehingga penegakan regulasi menjadi tantangan besar bagi pemerintah.

Emisi kendaraan bermotor menjadi penyumbang utama polusi udara, terutama di kota-kota besar dengan tingkat kemacetan tinggi. Gas buang dari pembakaran bahan bakar fosil mengandung partikel berbahaya seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan partikel halus PM 2.5 yang merusak kualitas udara.

Kondisi ini diperburuk oleh jalanan yang rusak dan berdebu, terutama di daerah pedesaan. Selain meningkatkan risiko penyakit pernapasan, polusi ini juga dapat memengaruhi fungsi organ tubuh manusia dalam jangka panjang.

Di Jakarta, kualitas udara mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Kota ini menghadapi tantangan besar akibat padatnya penduduk, minimnya ruang hijau, dan tingginya jumlah kendaraan bermotor serta pabrik. Praktik pembakaran sampah secara sembarangan juga menjadi salah satu penyebab utama penurunan kualitas udara.

Hutan dan pepohonan yang seharusnya berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida sangat minim, sehingga tidak mampu menyeimbangkan ekosistem udara. Bahkan, data menunjukkan bahwa Jakarta secara konsisten masuk dalam daftar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Data tahun 2023 menunjukkan penurunan kualitas udara yang signifikan, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta dan Sumatra. Menurut laporan Center for Research on Energy and Clean Air (CREA), aktivitas manusia seperti transportasi, industri, pembakaran terbuka, dan fenomena El Nino menjadi penyebab utama penurunan kualitas udara.

Lebih dari 29 juta penduduk Jakarta terpapar polusi udara tinggi selama lebih dari setengah tahun 2023. Konsentrasi PM 2.5, partikel halus yang berbahaya bagi kesehatan, tercatat mencapai 8–10 kali lipat dari pedoman WHO.

Pada tahun 2024, kualitas udara di Indonesia tetap menjadi perhatian. Pada 13 Agustus 2024, Jakarta mencatat indeks kualitas udara (AQI) tertinggi di dunia dengan skor 177, yang masuk dalam kategori tidak sehat.

Namun, kondisi ini membaik pada 3 Desember 2024 dengan AQI 44, masuk dalam kategori baik. Kota lain seperti Bandung juga mengalami AQI tinggi pada Oktober 2024 dengan skor 179, diikuti Medan, Depok, dan Surabaya. Data ini menunjukkan bahwa polusi udara adalah tantangan serius yang membutuhkan tindakan nyata dari pemerintah dan masyarakat.

Dampak polusi udara tidak hanya dirasakan oleh manusia tetapi juga oleh ekosistem secara keseluruhan. Udara yang tercemar dapat melemahkan sistem imun tubuh, membuat manusia lebih rentan terhadap penyakit.

Hewan dan tumbuhan juga terkena dampak negatif, mengganggu keseimbangan alam yang pada akhirnya merugikan semua makhluk hidup. Udara yang kotor juga memengaruhi siklus hidrologi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan masalah lingkungan lain seperti penurunan kualitas air dan tanah.

Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ini. Langkah-langkah strategis perlu diambil, seperti meningkatkan pengawasan kualitas udara, mengendalikan kebakaran hutan, serta memberikan sanksi tegas kepada pelaku pembakaran liar. Selain itu, uji emisi kendaraan harus digalakkan, terutama di kota-kota besar.

Edukasi kepada masyarakat juga menjadi kunci untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas udara. Ruang terbuka hijau (RTH) perlu diperbanyak sebagai upaya menyerap karbon dioksida, menurunkan suhu udara, dan meningkatkan pasokan oksigen. Di kota-kota besar, penanaman pohon harus menjadi prioritas untuk memperbaiki kualitas udara.

Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat regulasi terkait pengelolaan limbah industri dan transportasi. Sistem transportasi massal yang ramah lingkungan seperti bus listrik atau kereta api perlu diperluas untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.

Kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya dapat mencontoh praktik negara maju yang berhasil menurunkan tingkat polusi dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan kebijakan yang ketat.

Di sisi lain, masyarakat juga harus berperan aktif dalam menjaga kualitas udara. Langkah sederhana seperti mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, menggunakan transportasi umum, atau menanam pohon di sekitar rumah dapat memberikan kontribusi positif.

Pendidikan lingkungan sejak usia dini juga penting untuk membangun generasi yang lebih peduli terhadap kelestarian alam. Komunitas lokal bisa berkolaborasi dengan pemerintah untuk mengadakan kampanye sadar lingkungan, yang dapat memberikan dampak signifikan dalam jangka panjang.

Dengan upaya yang tepat, perbaikan kualitas udara dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Hal ini akan mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang. Kesadaran kolektif dan aksi nyata dari semua pihak akan menjadi kunci utama dalam mewujudkan udara yang bersih dan sehat untuk semua.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *