Apakah Joko Widodo Contoh Kepemimpinan Great Man? Jelajahi Sifat Kepemimpinan di Era Kontemporer

Presiden Joko Widodo (doc. setkab.go.id)
Presiden Joko Widodo (doc. setkab.go.id)

Teori “Great Man” muncul pada periode terjadinya banyak peristiwa sejarah penting dan perubahan besar dalam masyarakat. Namun seiring dengan perubahan zaman dan kompleksitas dunia modern, relevansi teori ini kerap dipertanyakan.

Kritik terhadap teori ini berpendapat bahwa teori ini terlalu berfokus pada faktor individu dan mengabaikan aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi perjalanan seorang pemimpin. Kepemimpinan sebagai penggunaan kekuasaan serta pengaruh guna menuntun sebuah kegiatan untuk menuju suatu tujuan (Colquitt, Lepine, & Wesson, 2015, p. 430).

Bacaan Lainnya

Di era sekarang ini, kita sering melihat contoh pemimpin yang sangat berpengaruh, terutama ketika mengamati pemimpin seperti Joko Widodo (Jokowi), Presiden Indonesia ke-7. Namun apakah  pemimpin hebat lahir atau dibentuk oleh pengalaman dan keterampilan? Teori kepemimpinan “Great Man ” yang dikembangkan oleh Thomas Carlyle pada abad ke-19 masih memegang peranan penting dalam memahami kepemimpinan.

Teori ini berpendapat bahwa beberapa individu dilahirkan dengan karakteristik bawaan yang menjadikan mereka  pemimpin yang luar biasa, bukan hasil  pelatihan atau pengalaman.

Apakah Jokowi dapat dianggap sebagai contoh pemimpin ‘Great Man’?

Joko Widodo atau biasa disapa Jokowi lahir pada tanggal 21 Juni 1961 di Surakarta, Jawa Tengah. Dia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang tukang kayu dan ibunya adalah seorang penjual. Jokowi menyelesaikan studinya di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan kemudian bekerja sebagai kontraktor kehutanan.

Karir politiknya dimulai pada tahun 2005 saat ia terpilih menjadi Wali Kota Surakarta. Di sana, ia menjadi terkenal karena program inovatifnya yang berfokus pada peningkatan infrastruktur dan pelayanan publik. Pada tahun 2012, ia terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta dan menerapkan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah kemacetan dan banjir.

Jokowi mencalonkan diri sebagai presiden Indonesia pada tahun 2014 dan terpilih dengan kemenangan gemilang. Ia terpilih kembali untuk masa jabatan kedua pada tahun 2019 bersama wakilnya K.H. Ma’ruf Amin dilantik pada 20 Oktober 2019 (Kementrian Sekretariat Negara, 2019).

Kepemimpinannya ditandai dengan fokus pada pembangunan infrastruktur, pengentasan kemiskinan, dan reformasi birokrasi. Jokowi juga terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang dekat dengan semua orang dan transparan.

Jokowi dianggap sebagai contoh kepemimpinan “orang besar” karena beberapa faktor. Pertama, ia memiliki latar belakang  dan pengalaman pribadi yang kuat yang membentuk kepribadiannya. Jokowi dilahirkan dalam keluarga sederhana di Surakarta, sehingga memberikan landasan yang kuat atas empatinya terhadap rakyat.

Pengalaman hidupnya sebagai anak seorang tukang kayu membuatnya memahami tantangan yang dihadapi masyarakat awam. Kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada juga membentuk visinya mengenai pembangunan berkelanjutan.

Kedua, telah menunjukkan kemampuannya dalam berinovasi dan memecahkan tantangan, seperti mengatasi kemacetan dan banjir di Jakarta. Saat menjabat  Wali Kota Surakarta, Jokowi memperkenalkan berbagai inovasi, seperti program tata kota dan pelayanan publik yang lebih baik. Telah berhasil memperbaiki infrastruktur dan menciptakan ruang publik yang ramah pengguna, sehingga meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Di Jakarta, sebagai gubernur, ia menghadapi tantangan besar terkait kemacetan dan banjir. Jokowi telah menerapkan solusi inovatif seperti program “Kota Cerdas” dan melakukan restrukturisasi sistem transportasi, termasuk membangun moda transportasi baru seperti kereta bawah tanah.

Ketiga, kharisma dan kedekatannya dengan masyarakat menjadikannya pemimpin yang mudah dijangkau dan dipahami masyarakat. Jokowi terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang rendah hati dan “populer”. Ia kerap turun langsung ke lokasi kejadian, berinteraksi dengan masyarakat dan mendengarkan pemikiran mereka. Pendekatan ini menciptakan hubungan emosional yang kuat antara dirinya dan rakyatnya, yang merupakan ciri  pemimpin yang mampu menginspirasi dan merebut kepercayaan masyarakat.

Keempat, visi dan tekadnya untuk mengembangkan dan mereformasi infrastruktur  menjadikannya sosok  inspiratif dalam dunia kepemimpinan. Sebagai presiden, Jokowi memiliki visi yang jelas: membangun infrastruktur yang lebih baik di seluruh Indonesia, termasuk membangun jalan tol, bandara, dan pelabuhan. Program-program tersebut tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan konektivitas tetapi juga  mendorong pertumbuhan ekonomi. Komitmen organisasi terhadap pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan juga mencerminkan tekadnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga: Peran Kepemimpinan dalam Mendorong Inovasi dan Kreativitas

Kelima, menghadapi banyak tantangan selama menjabat. Berbagai tantangan juga dihadapi Jokowi  selama masa jabatannya, seperti permasalahan politik dan ekonomi serta pandemi COVID-19. Kemampuan beradaptasi dan mengambil keputusan  cepat dalam situasi krisis, seperti pelaksanaan program bantuan sosial di masa pandemi, menunjukkan kepemimpinan yang tangkas dan tangguh.

Selain itu, karakter kepemimpinan Jokowi yang rendah hati, beretika, dan berintegritas juga menjadi poin penting untuk menilai kemampuan kepemimpinannya. Ia terkenal dengan sikap transparan dan komitmennya dalam memberantas korupsi yang merupakan tantangan besar di Indonesia. keterbukaannya terhadap kritik dan saran juga menunjukkan sikap seorang pemimpin yang mau belajar dan berkembang.

Jadi, bisakah Jokowi  dianggap sebagai contoh pemimpin yang “Great Man”?

Di satu sisi, ia memiliki visi dan kemampuan  menginspirasi masyarakat. Namun, penting untuk diingat bahwa kepemimpinan tidak hanya ditentukan oleh karakteristik pribadi, Konteks sosial, politik, dan ekonomi juga berperan penting dalam membentuk seorang pemimpin. Jokowi adalah contoh menarik  bagaimana seorang pemimpin bisa berkembang melalui pengalaman dan interaksi dengan masyarakat. Dia bukan hanya hasil dari bakat alaminya tetapi juga hasil dari keadaan yang membentuknya sebagai seorang pemimpin.

Baca Juga: Trait Theory dalam Kepemimpinan: Rahasia di Balik Pemimpin Hebat

Di dunia yang semakin komplek, penting untuk dipahami bahwa meskipun beberapa pemimpin dilahirkan dengan kualitas luar biasa, banyak  juga yang dibentuk oleh pengalaman hidup dan tantangan yang mereka hadapi.

Oleh karena itu, penilaian terhadap kepemimpinan Jokowi harus mempertimbangkan aspek kualitas pribadinya dan konteks sosial politik, sebagai bagian dari perdebatan yang lebih luas mengenai kepemimpinan di zaman modern.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *