Bagaimana “Lama-lama Bernadya” Mencerminkan Diri Kita?

Lagu “Lama-lama” karya Bernadya menghadirkan tema yang sarat makna psikologis. Lagu ini menggambarkan pentingnya menjaga kesehatan emosional dalam hubungan, terutama ketika salah satu pihak terus menahan rasa kecewa demi mempertahankan hubungan yang tidak seimbang.

Kondisi ini, dikenal sebagai emotional exhaustion (kelelahan emosional), adalah kelelahan psikologis yang muncul akibat tekanan emosional berulang tanpa dukungan yang memadai dari pasangan. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan seseorang kehilangan rasa dihargai hingga mengorbankan identitas diri dalam hubungan.

Bacaan Lainnya

Bernadya juga menyelipkan pesan penting tentang self-compassion (kasih sayang terhadap diri sendiri). Dalam lagu ini, keputusan untuk berhenti berjuang demi hubungan yang tidak sehat menunjukkan bentuk adaptasi positif. Secara psikologis, kemampuan untuk melepaskan adalah langkah yang dapat mencegah kerusakan emosional lebih lanjut. Lagu ini mengajarkan bahwa mencintai diri sendiri dan menjaga keseimbangan emosional adalah dasar hubungan yang sehat dan bahagia.

Bernadya Ribka Jayakusuma, yang akrab disapa Bernadya, adalah penyanyi muda berbakat asal Indonesia. Lahir di Surabaya pada 16 Maret 2004, Bernadya telah menunjukkan bakat luar biasa di dunia musik sejak usia muda. Pada tahun 2016, ia menjadi peserta The Voice Kids Indonesia musim pertama sebagai bagian dari Tim Tulus.

Perjalanan karier solonya dimulai pada tahun 2022 di bawah naungan Juni Records. Single pertamanya, “Apa Mungkin,” menandai debutnya sebagai penyanyi solo. Pada ajang Anugerah Musik Indonesia 2023, Bernadya masuk nominasi kategori Pendatang Baru Terbaik. Ia semakin dikenal sebagai penyanyi perempuan dengan jumlah lagu terbanyak yang masuk tangga Indonesia Songs versi Billboard pada pekan yang sama, yaitu tujuh lagu pada pekan 24 Agustus 2024.

Baca Juga: Pendidikan Inklusif: Mewujudkan Kesetaraan di Dunia Pendidikan

Salah satu lagu andalannya adalah “Lama-lama” yang dirilis dalam album “Sialnya, Hidup Terus Berjalan.” Lagu ini mendapat perhatian besar karena melodi yang khas, lirik yang menyentuh, dan tema yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Lagu ini menangkap emosi yang sering dialami generasi muda, seperti kegelisahan, kebingungan, dan harapan. Dalam konteks hubungan jarak jauh (long-distance relationship), “Lama-lama” menggambarkan perasaan seseorang yang mulai jenuh akibat sikap pasangan yang tidak konsisten.

Melalui lirik seperti, “Kumaklumi selalu, kumengerti kamu, punya sibuk lain, tak harus aku, tak selalu aku,” Bernadya menggambarkan karakter yang berusaha memahami dan mendukung pasangannya. Namun, kesabaran tanpa batas sering kali memunculkan perasaan lelah ketika usaha tersebut tidak dihargai. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa hubungan yang sehat membutuhkan kerja sama dan perhatian dari kedua belah pihak.

Pada lirik lainnya, “Jangan ulur waktu,” tersirat seruan agar pasangan segera mengambil keputusan yang jelas terkait kelanjutan hubungan. Ini mencerminkan dilema yang dihadapi banyak orang dalam hubungan yang mulai terasa berat sebelah.

Baca Juga: Tren Bahasa Asing dan Gaul Menggeser Bahasa Indonesia Baku

Bernadya tidak hanya berbicara tentang cinta, tetapi juga tentang kejujuran dalam hubungan. Di era digital yang serba sibuk, lagu ini menjadi refleksi atas tantangan seperti kurangnya komunikasi berkualitas, jarak emosional, dan sulitnya menjaga hubungan tetap dekat meski terpisah jarak.

Bagi generasi muda yang sering menjalani hubungan jarak jauh atau sibuk dengan karier, lagu ini mengingatkan bahwa pengorbanan dalam hubungan tidak dapat dibebankan pada satu pihak saja. Ada kebutuhan untuk saling memahami dan berbagi tanggung jawab agar hubungan tetap sehat.

Lagu ini menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menghargai waktu, perhatian, dan perasaan satu sama lain. Jika hubungan sudah tidak sehat, melepaskan mungkin menjadi langkah terbaik demi menjaga keseimbangan emosional.

Di penghujung lagu, ada unsur penyerahan diri yang tersirat dalam keputusan untuk membiarkan pasangan pergi jika hubungan tak lagi layak diperjuangkan. Pesan ini menunjukkan kedewasaan dalam memahami bahwa cinta sejati tidak hanya soal bertahan, tetapi juga tahu kapan harus berhenti demi kebaikan bersama.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *