Kebersamaan dalam Iman: Makna Buka Bersama di Masjid Baitul Amal Wiroditan

Masjid Baitul Amal Desa Wiroditan Kecamatan Bojong RT 02 RW 01. (doc. Penulis)
Masjid Baitul Amal Desa Wiroditan Kecamatan Bojong RT 02 RW 01. (doc. Penulis)

Tradisi buka bersama telah menjadi bagian penting dari budaya Ramadhan umat Islam di seluruh dunia. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, tradisi ini telah dilestarikan. Dalam berbagai riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah sering berbuka puasa bersama para sahabat.

Tradisi ini tidak hanya menjadi sarana berbagi makanan, tetapi juga mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan keimanan serta kepedulian sosial.

Bacaan Lainnya

Buka puasa bersama memiliki makna yang sangat dalam, terutama dalam konteks ibadah Ramadhan. Setelah seharian menahan lapar dan dahaga, kebersamaan dalam menikmati hidangan berbuka menjadi wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Kegiatan ini juga menjadi momentum untuk berbagi dengan sesama dan mempererat hubungan antarwarga.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, Rasulullah SAW menganjurkan untuk berbuka dengan kurma. Namun, jika tidak ada kurma, maka air adalah alternatif yang dianjurkan karena kesuciannya. Dalam sabdanya, Rasulullah bersabda:

“Apabila di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma karena dia adalah berkah. Apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)

Tradisi ini pun terus dilestarikan oleh masyarakat, seperti yang dilakukan di Masjid Baitul Amal, RT 02 RW 01, Desa Wiroditan, Kecamatan Bojong. Kegiatan buka puasa bersama di masjid tersebut telah berlangsung sejak beberapa tahun lalu, dan kini telah menjadi agenda rutin setiap hari Senin dan Jumat selama bulan Ramadhan.

Kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh warga RT 02, tetapi juga dihadiri oleh warga dari RT 01 dan beberapa RT lainnya. Kebersamaan ini menunjukkan semangat gotong royong dan ukhuwah Islamiyah yang kental di tengah masyarakat.

Acara biasanya dimulai pukul 16.30 WIB dengan lantunan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sekitar pukul 17.00 WIB, acara dilanjutkan dengan tausiyah dari ustaz yang diundang. Ceramah yang disampaikan berisi kisah teladan para nabi dan sahabat, keutamaan puasa, pentingnya salat lima waktu, serta nilai-nilai Ramadhan lainnya. Ceramah berlangsung hingga waktu adzan Maghrib tiba.

Menjelang berbuka, panitia membagikan nasi kotak yang telah disiapkan oleh warga secara bergiliran. Setiap warga yang tercatat dalam daftar bertugas membawa lima hingga sepuluh nasi kotak sesuai jadwal. Menu dalam nasi kotak tersebut umumnya terdiri dari nasi, telur kecap, dan ayam goreng, sebagai simbol kesederhanaan namun penuh keberkahan.

Antusiasme warga dalam mengikuti kegiatan ini sangat tinggi. Ruang masjid hampir selalu penuh. Peserta didominasi oleh ibu-ibu, disusul oleh bapak-bapak dan remaja. Penataan tempat duduk pun diatur rapi, dengan ibu-ibu di bagian kiri dan belakang, sementara bapak-bapak dan remaja menempati bagian dalam masjid. Sebagian lainnya duduk di area belakang.

Lebih dari sekadar acara makan bersama, buka puasa bersama ini menjadi simbol toleransi, kepedulian, dan kesederhanaan. Masyarakat dari berbagai latar belakang berkumpul dalam satu tujuan: memperkuat keimanan dan merajut kebersamaan. Nilai-nilai universal seperti kasih sayang, saling menghormati, dan empati terwujud nyata dalam suasana Ramadhan yang penuh berkah ini.

Momentum Ramadhan melalui kegiatan buka bersama ini sejatinya adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan diri. Kita diajak untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah SWT dan berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama mereka yang membutuhkan.

Semoga kebiasaan mulia ini terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk membangun kehidupan sosial yang damai, harmonis, dan penuh keberkahan di bulan suci maupun di luar Ramadhan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *