Transformasi Pembelajaran Pasca Pandemi: Adaptasi Berkelanjutan di Sekolah Indonesia

Ilustrasi foto/SMPN 1 Subang
Ilustrasi foto/SMPN 1 Subang

Krajan.id – Tiga tahun pasca pandemi Covid-19, sekolah-sekolah di Indonesia terus berupaya beradaptasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Survei terbaru dari Kementerian Pendidikan mengungkapkan bahwa 78% sekolah di Indonesia masih mempertahankan elemen pembelajaran digital yang diperkenalkan selama pandemi.

Hal ini menunjukkan adanya transformasi signifikan dalam metode pembelajaran, yang kini semakin mengintegrasikan teknologi dengan pendekatan konvensional.

Bacaan Lainnya

Dr. Sarah Wijaya, Kepala SMAN 1 Jakarta, menjelaskan bahwa pandemi telah mengubah cara pandang terhadap pendidikan. Menurutnya, integrasi metode konvensional dan digital mampu menciptakan pengalaman belajar yang lebih kaya dan relevan dengan perkembangan zaman.

Data dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbudristek mendukung pernyataan ini, di mana 65% guru melaporkan peningkatan kemampuan digital mereka, sementara 82% siswa merasa lebih nyaman menggunakan platform digital sebagai pelengkap pembelajaran tatap muka.

Baca Juga: Pemberdayaan Warga PPI dalam Mengubah Sampah Jadi Ladang Bisnis

Salah satu contoh keberhasilan penerapan pembelajaran hybrid terlihat di SMAN 3 Surabaya. Sekolah ini tetap menggunakan Google Classroom untuk pengumpulan tugas dan Microsoft Teams untuk pembelajaran tambahan. Guru Matematika di sekolah tersebut, Budi Santoso, menyebutkan bahwa pendekatan ini berhasil meningkatkan nilai rata-rata siswa hingga 12% dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, tantangan masih dirasakan terutama di daerah terpencil. Survei Indonesia Digital Learning Network menunjukkan bahwa sekitar 45% sekolah di wilayah terpencil mengalami kendala infrastruktur, terutama dalam hal konektivitas internet.

Rahmat, kepala sekolah SDN 1 Pulau Sembilan, Sulawesi Selatan, mengungkapkan bahwa koneksi internet yang tidak stabil menjadi hambatan utama dalam penerapan pembelajaran hybrid di sekolahnya.

Dampak transformasi ini juga terlihat pada berbagai aspek. Banyak siswa yang mulai menunjukkan kemampuan belajar mandiri yang lebih baik. Guru merasakan efisiensi waktu dalam proses penilaian, sementara orang tua merasa lebih terlibat dalam pembelajaran anak-anak mereka.

Baca Juga: Efektivitas Program Latihan dan Pengembangan Prestasi Atlet Renang SKO Surakarta Tahun Ajaran 2024

Menurut Prof. Dr. Ahmad Syafii, pakar pendidikan dari Universitas Indonesia, perubahan ini tidak hanya soal adopsi teknologi, tetapi juga menciptakan sistem pendidikan yang lebih adaptif dan inklusif.

Kementerian Pendidikan terus mendorong implementasi pembelajaran hybrid di seluruh Indonesia. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp 5,7 triliun untuk pengembangan infrastruktur digital dan pelatihan guru, pemerintah menargetkan 90% sekolah di Indonesia dapat menerapkan sistem ini pada akhir 2024.

Menteri Pendidikan menegaskan bahwa pembelajaran hybrid bukan lagi sebuah pilihan, melainkan kebutuhan, dengan memastikan semua siswa mendapatkan akses yang setara dalam proses transformasi pendidikan ini.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *