Gen Z, Media Sosial, dan Krisis Kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia

Ilustrasi gambar/penulis
Ilustrasi gambar/penulis

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antarindividu dalam suatu masyarakat. Sebagai alat yang universal, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi, tetapi juga sebagai cerminan budaya, identitas, dan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas tertentu.

Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional, bahasa resmi negara, serta bahasa pengantar di bidang pendidikan, memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesia kini menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama di kalangan Generasi Z (Gen Z).

Bacaan Lainnya

Sejak diresmikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pada tahun 1928, bahasa ini telah menjadi simbol identitas bangsa Indonesia. Bahasa ini menghubungkan berbagai suku, budaya, dan bahasa daerah yang ada di Indonesia.

Meskipun demikian, bahasa Indonesia tidak bisa sepenuhnya lepas dari pengaruh bahasa asing, terutama bahasa Inggris, yang kian mendominasi kehidupan sehari-hari. Kehadiran bahasa asing ini seringkali membuat sebagian orang, khususnya generasi muda, lebih memilih untuk menggunakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia dalam berbagai situasi.

David Crystal, seorang ahli linguistik terkemuka, mengemukakan bahwa dominasi bahasa Inggris sebagai bahasa global telah mengubah cara orang berkomunikasi di seluruh dunia. Fenomena ini sangat terasa di kalangan Gen Z, yang hidup dalam era globalisasi dan digitalisasi.

Media sosial, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, merupakan saluran utama untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri. Platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube memfasilitasi mereka untuk berkomunikasi dengan dunia internasional, sekaligus memperkenalkan mereka pada berbagai bahasa asing, terutama bahasa Inggris.

Dengan akses yang begitu mudah ke konten global melalui media sosial, Gen Z sering terpapar pada bahasa Inggris yang digunakan dalam interaksi daring. Berbagai istilah yang berasal dari bahasa Inggris, seperti “OMG” (Oh My God), “LOL” (Laugh Out Loud), atau “CMIIW” (Correct Me If I’m Wrong), kini telah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari mereka.

Bahkan, banyak dari mereka yang lebih memilih menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris dibandingkan mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini tentu saja berpotensi mengurangi kekayaan kosakata bahasa Indonesia dan melemahkan penggunaannya di kalangan masyarakat.

Fenomena ini menunjukkan adanya penurunan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia, yang seharusnya menjadi bahasa pengikat dan simbol kedaulatan bangsa. Bahasa Indonesia, yang selama ini menjadi identitas kolektif bangsa, kini mulai terpinggirkan oleh dominasi bahasa asing.

Di beberapa kalangan, terutama di kalangan Gen Z, bahasa Indonesia dianggap kurang bergengsi, ketinggalan zaman, atau bahkan tidak mampu menyampaikan kesan modern dan intelektual seperti yang bisa dilakukan oleh bahasa Inggris. Hal ini sangat disayangkan, karena bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai media untuk memperkenalkan budaya dan nilai-nilai bangsa.

Kondisi ini tentu mengkhawatirkan, karena bukan hanya berdampak pada kelestarian bahasa Indonesia, tetapi juga dapat mengikis makna bahasa tersebut sebagai simbol kedaulatan dan jati diri bangsa. Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh bahasa Indonesia saat ini adalah bagaimana mempertahankan eksistensinya di tengah dominasi bahasa asing yang semakin kuat.

Baca Juga: Tantangan dan Keuntungan Menjadi Anak Pertama Perempuan

Menghadapi hal ini, penting bagi masyarakat, terutama Gen Z, untuk kembali menumbuhkan rasa bangga dan kecintaan terhadap bahasa Indonesia.

Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mendorong penggunaan bahasa Indonesia yang lebih luas dan lebih bangga di kalangan generasi muda. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai konteks, baik itu di media massa, media sosial, maupun di ruang publik, harus terus didorong. Penguatan bahasa Indonesia juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia.

Selain itu, memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan Indonesia, seperti seni, sastra, dan musik, dapat menjadi salah satu cara efektif untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya yang terkandung dalam bahasa Indonesia.

Baca Juga: Dampak Positif Kegiatan Bernyanyi Terhadap Kemampuan Berbicara Pada Anak

Dengan memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada generasi muda, mereka akan lebih memahami pentingnya bahasa Indonesia sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Hal ini tentu akan memperkuat rasa bangga terhadap bahasa Indonesia dan memperkaya pemahaman mereka tentang betapa pentingnya menjaga kelestarian bahasa ini.

Krisis kebanggaan terhadap bahasa Indonesia yang kini dihadapi oleh Gen Z memang merupakan tantangan yang tidak bisa dianggap remeh. Namun, dengan upaya yang tepat dan kesadaran bersama, bahasa Indonesia masih dapat bertahan dan bahkan berkembang dalam era globalisasi ini.

Upaya untuk memelihara dan melestarikan bahasa Indonesia, selain penting untuk kelestarian bahasa itu sendiri, juga penting untuk menjaga keutuhan budaya dan identitas bangsa Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *