Krajan.id – Boikot sering kali dipandang sebagai aksi solidaritas untuk menyuarakan keadilan. Namun, di balik angka dan statistik yang ada, terdapat cerita nyata tentang dampaknya bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang turut merasakannya.
Ketika konsumen memutuskan untuk memboikot produk tertentu, terutama yang terkait dengan isu-isu global, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh perusahaan besar, tetapi juga banyak pihak lain di rantai bisnis tersebut.
Salah satu contoh terbaru adalah boikot terhadap merek-merek yang dianggap terafiliasi dengan konflik Israel-Palestina. Pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengabaikan Resolusi Majelis Umum PBB dan melanjutkan serangan terhadap Palestina, memicu gerakan boikot global terhadap merek asal Amerika Serikat yang dianggap pro-Israel, seperti Starbucks dan Disney.
Di Indonesia, dampak aksi ini dirasakan oleh berbagai sektor, termasuk oleh perusahaan yang memproduksi atau mendistribusikan produk terkait. Banyak perusahaan tersebut melibatkan tenaga kerja lokal dan memanfaatkan bahan baku dalam negeri.
Ketika aksi boikot berlangsung, ancaman terhadap lapangan kerja menjadi nyata, terutama bagi mereka yang bergantung pada rantai pasok perusahaan tersebut. Bahkan UMKM yang menyediakan bahan baku atau jasa pendukung turut terkena imbasnya.
Baca Juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo dan Warga Ngampin Bersatu dalam Semangat Sehat Lewat Senam Bersama
Rosali Elvira Nudiansyarani, seorang ekonom, menyoroti dampak kebijakan boikot terhadap ekonomi lokal.
“Boikot memang memiliki dampak politis yang besar, tetapi kita juga perlu mempertimbangkan implikasinya terhadap ekonomi lokal. Banyak tenaga kerja dan UMKM yang terlibat secara tidak langsung dengan produk-produk tersebut,” ujar Rosali.
Hal ini menggambarkan pentingnya untuk mempertimbangkan keseimbangan antara solidaritas politik dan keberlanjutan ekonomi lokal.
Namun, di sisi lain, boikot juga bisa membuka peluang bagi produk lokal untuk tampil lebih menonjol. Pemerintah Indonesia memanfaatkan momentum ini dengan mendorong masyarakat untuk mendukung produk-produk buatan dalam negeri.
Menurut Staf Khusus Menteri Bidang Ekonomi Kreatif Kementerian Koperasi dan UKM, Iit Septyaningsih, aksi boikot dapat menjadi kesempatan bagi UMKM untuk mengambil peran lebih besar dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Baca Juga: Cerdas dan Kreatif: Mahasiswa UNY Ajak Ibu-Ibu PKK Sulap Botol Bekas Jadi Ovitrap
“Sesuai arahan Presiden Jokowi, pemerintah terus mendorong penggunaan produk lokal melalui kampanye ‘Bangga Buatan Indonesia’. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor, sekaligus meningkatkan daya saing produk lokal di pasar global,” ungkap Iit.
Kesadaran masyarakat terhadap isu-isu global semakin meningkat, menjadikan boikot sebagai alat ekspresi solidaritas. Namun, ini perlu dilakukan dengan langkah yang bijak. Dukungan terhadap Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap Israel, misalnya, sebaiknya juga dibarengi dengan diplomasi internasional untuk memperkuat dukungan terhadap Palestina.
Di tingkat lokal, penguatan UMKM melalui substitusi impor dan promosi produk lokal adalah langkah penting untuk meminimalkan dampak ekonomi dari boikot dan membuka peluang baru bagi pelaku usaha kecil.
Kisah di balik angka-angka statistik ini mengingatkan kita bahwa keputusan konsumen, sekecil apa pun, memiliki dampak besar terhadap kehidupan banyak orang. Boikot bukan hanya soal solidaritas, tetapi juga tanggung jawab bersama untuk menciptakan rantai ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.