Kejahatan pembunuhan terhadap individu terus terjadi dan menjadi sorotan utama dalam liputan media massa. Pembunuhan adalah tindakan yang mengakibatkan kehilangan nyawa seseorang yang dilakukan oleh satu individu atau sekelompok orang. Media massa, termasuk televisi, secara rutin melaporkan berbagai kasus pembunuhan yang terjadi setiap hari. Kasus-kasus tersebut meliputi pembunuhan antara anggota keluarga, seperti orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, suami terhadap istri, atau sebaliknya. Selain itu, kasus pembunuhan yang dilakukan oleh pembantu terhadap anak atau keluarga majikannya, serta pembunuhan yang terjadi dengan kekejaman terhadap tetangga juga menjadi sorotan media.
Maraknya kasus pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini sangat meresahkan dan mengkhawatirkan. Pasalnya, pembunuhan terjadi tidak semata-mata dari orang yang tak dikenal. Pembunuhan yang saat ini marak terjadi justru dilakukan oleh orang terdekat yang mungkin tidak terpikirkan untuk dapat menyakiti atau bahkan membunuh. Terjadinya pembunuhan bisa dipicu oleh berbagai motif, yang mendorong seseorang untuk merencanakan, memutuskan, dan melaksanakan tindakan tersebut terhadap korban. Saat seseorang menjadi korban pembunuhan, konsekuensinya pasti adalah kematian.
Terwujudnya kehidupan yang diinginkan, yang penuh dengan kasih sayang dan kedamaian, tidak selalu terjadi karena faktor-faktor seperti perbedaan kepentingan, status sosial, kurangnya empati, serta penurunan moral dan nilai-nilai kemanusiaan, yang bisa membuat manusia merasa ragu pada diri sendiri dan orang lain saat berusaha membangun kehidupan bersama. Individualisme yang dikedepankan dan kurangnya kesadaran akan hidup bersama cenderung mengakibatkan konflik yang berkepanjangan. Selain itu, motif kejahatan juga beragam, dari tindakan tidak manusiawi seperti merebut hak orang lain hingga pembunuhan yang dilakukan atas dasar dendam, cemburu, gangguan kejiwaan, atau bahkan bunuh diri.
Dalam kasus pembunuhan yang ada, kita kan melihat melalui salah satu teori Emile Durkheim yang sudah terkenal di kalangan para sosiolog faktor apa yang dapat menyebabkan hal tersebut selalu terjadi. Teori ini adalah teori anomie, Teori anomie Durkheim mengklaim bahwa ketidaksetaraan sosial dan perubahan norma sosial dapat menjadi pemicu tingkat pembunuhan yang tinggi dalam masyarakat. Masyarakat modern yang kompleks memunculkan beragam tekanan dan tantangan sosial. Teori anomie Durkheim menyatakan bahwa ketidaksetaraan sosial dan perubahan norma sosial dapat menyebabkan peningkatan angka pembunuhan dalam masyarakat. Dalam masyarakat modern yang kompleks, terdapat berbagai tekanan dan tantangan sosial yang muncul.
Emile Durkheim, seorang sosiolog terkenal dari Prancis, adalah tokoh yang mengembangkan teori Anomie ini. Durkheim menemukan bahwa Anomie terjadi ketika terjadi perubahan yang cepat dan drastis dalam struktur sosial, ekonomi, atau politik. Menurut Durkheim, ini adalah periode transisi di mana nilai dan norma masyarakat tidak lagi berlaku, tetapi yang baru belum berkembang. Dia menggunakan istilah Anomie untuk menggambarkan situasi ini, terutama saat terjadi krisis sosial. Durkheim melihat bahwa tingkat perilaku menyimpang meningkat selama masa ekspansi ekonomi dan penurunan. Hal ini sejalan dengan pandangan Javeau, yang mengartikan Anomie sebagai “ketidakintegrasian atau kurangnya penyesuaian fungsi-fungsi yang muncul dari krisis industri, konflik antara tenaga kerja dan modal, dan spesialisasi ilmu pengetahuan”.
Anomie adalah saat individu merasa bingung dan kehilangan panduan dalam masyarakat, dan teori kejahatan Anomie menjelaskan bagaimana tekanan dari perbedaan antara harapan sosial dan kemampuan individu bisa menyebabkan peningkatan tingkat kejahatan, karena tekanan ini dapat memunculkan perasaan frustasi yang mendorong mereka untuk melanggar norma sosial atau terlibat dalam perilaku kriminal.
Teori Anomie dapat dihubungkan dengan kasus pembunuhan dalam masyarakat. Dalam situasi Anomie, individu mungkin mengalami tekanan dan ketegangan yang sangat besar, sehingga dalam beberapa kasus, tekanan tersebut bisa mencapai tingkat yang sangat tinggi dan memicu reaksi ekstrem seperti pembunuhan. Misalnya, seseorang yang merasa terpinggirkan dalam masyarakatnya karena ketidakmampuan mencapai tingkat kehidupan yang diharapkan atau ketidakpuasan dengan situasi ekonomi mereka, mungkin merasa kehilangan arah dan tidak memiliki alternatif yang jelas untuk memperbaiki situasi mereka. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa sangat frustasi dan putus asa, yang dalam beberapa kasus dapat mendorong mereka untuk melakukan tindakan pembunuhan sebagai respons ekstrim terhadap tekanan yang mereka alami.
Kasus pembunuhan merupakan permasalahan yang rumit, karena banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya, seperti masalah psikologis, lingkungan sosial, dan situasi tertentu yang bisa memengaruhi keputusan seseorang. Namun, teori Anomie dan Strain memberikan pandangan yang penting dalam memahami bagaimana tekanan dari anomie bisa mendorong orang untuk melakukan kejahatan serius seperti pembunuhan.
Pembunuhan bisa terjadi sebagai hasil dari tekanan internal yang tidak hanya terbatas pada masalah ekonomi. Misalnya, dalam lingkungan yang didominasi oleh tekanan sosial, seperti mobilitas sosial yang rendah, kurangnya dukungan sosial, atau perubahan budaya yang cepat, individu mungkin merasa terisolasi atau tidak cocok dengan norma-norma masyarakat. Hal ini bisa menciptakan rasa putus asa dan kebingungan yang dalam beberapa kasus bisa menyebabkan perilaku menyimpang, termasuk pembunuhan.
Kesimpulannya adalah bahwa gelombang kasus pembunuhan dalam masyarakat dapat dikaitkan dengan teori anomie, di mana kondisi anomie menciptakan tekanan sosial, ketegangan psikologis, dan perasaan putus asa yang mendorong individu untuk melakukan tindakan ekstrem seperti pembunuhan.