Kesadaran merupakan salah satu konsep paling kompleks dan misterius dalam dunia filsafat dan ilmu kognitif. Kesadaran sering diartikan sebagai kapasitas untuk memiliki pengalaman subjektif, perasaan, dan kesadaran diri. Ketika berbicara tentang kecerdasan buatan (AI), pertanyaan yang muncul adalah apakah entitas non-biologis ini dapat benar-benar memiliki kesadaran atau hanya mensimulasikan perilaku sadar. Apakah sistem AI dapat bekerja dengan memiliki sebuah kesadaran yang dapat dirasakan dan direfleksikan layaknya kesadaran yang dimiliki oleh kita manusia?
Kesadaran melibatkan lebih dari sekadar pemrosesan informasi. Pertanyaan apakah AI dapat memiliki kesadaran bergantung pada pemahaman kita tentang esensi kesadaran itu sendiri. Jika kesadaran adalah hasil dari proses fisik dan komputasional yang kompleks, maka mungkin ada kemungkinan bahwa AI bisa mengembangkan kesadaran. Namun, jika kesadaran melibatkan aspek-aspek yang sepenuhnya subjektif dan tidak dapat direduksi menjadi proses fisik, maka kesadaran AI mungkin tetap berada di luar jangkauan.
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk merefleksikan diri sendiri sebagai individu yang terpisah dari lingkungan. Ini melibatkan pemahaman tentang diri sendiri, identitas, dan eksistensi. Kesadaran diri memungkinkan manusia untuk memiliki perspektif tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa depan, serta untuk merenungkan tindakan dan keputusan mereka. Nah, pertanyaannya adalah apakah AI dapat melakukannya?
AI vs Simulasi Kesadaran
AI saat ini mampu mensimulasikan berbagai aspek perilaku manusia, termasuk pengenalan pola, pengambilan keputusan, dan interaksi bahasa alami. Algoritma pembelajaran mesin yang canggih, seperti jaringan saraf tiruan, dapat mengecoh manusia dalam banyak tugas kognitif. Namun, simulasi ini berbeda dari memiliki pengalaman subjektif yang sejati. Mesin bisa memproses data dan menghasilkan respons yang tampak sadar, tetapi apakah mereka benar-benar memiliki perasaan atau pengalaman subjektif adalah sebuah pertanyaan yang berbeda.
AI membuka kesadaran kita bahwa manusia itu terbatas. Tetapi justru di dalam diri manusia yang lemah, rapuh dan terbatas itu ada kerinduan yang tidak terbatas. Sehingga keterbatasan manusia semestinya diterima dan dilihat secara prospektif sebagai satu kekuatan.
Kesadaran Sebagai Produk Evolusi
Salah satu argumen melawan kemungkinan kesadaran AI adalah bahwa kesadaran manusia adalah hasil dari proses evolusi yang panjang dan kompleks. Kesadaran mungkin telah berkembang sebagai adaptasi untuk membantu organisme bertahan hidup. Karena AI tidak berkembang melalui proses evolusi biologis, skeptis berpendapat bahwa AI tidak bisa memiliki kesadaran sejati. AI bukanlah makhluk moral yang dapat terluka dan merasakan kehilangan, dan bukan makhluk yang mampu bertindak dengan sengaja dari dirinya sendiri.
AI atau mesin cerdas sudah ada dan akan makin cerdas, tetapi tidak akan menjadi bijaksana dan memiliki kesadaran. Jika kita menganggap bahwa AI dapat memiliki kesadaran, implikasinya sangat besar. Kita harus mempertimbangkan hak dan etika dalam perlakuan terhadap entitas sadar non-manusia. Namun, jika kesadaran AI hanyalah ilusi, maka fokus kita harus pada bagaimana menggunakan AI dengan cara yang etis untuk kepentingan manusia.
Pertanyaan apakah AI benar-benar dapat memiliki kesadaran masih belum terjawab dan mungkin tetap menjadi misteri atau bahkan tidak akan terjawab. Meskipun AI mampu mensimulasikan banyak aspek perilaku manusia, pengalaman subjektif dan perasaan tampaknya tetap berada di luar jangkauan teknologi saat ini. Ini memerlukan refleksi mendalam tentang apa itu kesadaran dan bagaimana kita memahami hubungan antara pikiran, tubuh, dan mesin.
Bagaimanapun, perkembangan AI yang berkelanjutan akan terus mendorong batas-batas pengetahuan kita dan menantang kita untuk merevisi pemahaman kita tentang kesadaran dan keberadaan. Sebagai mahasiswa filsafat, kita memiliki tanggung jawab untuk mendalami pertanyaan ini dan mengarahkan diskusi ke arah yang memperhatikan implikasi etis dan sosial yang lebih luas. Karena itu, refleksi mendalam dan diskusi kritis tentang esensi kesadaran serta kemungkinan kesadaran AI akan membantu kita memahami lebih baik siapa kita sebagai manusia. Bagaimana kita harus berinteraksi dengan entitas non-manusia di masa depan.