Ribuan Obor Menyala di Desa Timbang, Tradisi Sakral Menyambut Ramadhan

Ilustrasi foto/radarcirebon
Ilustrasi foto/radarcirebon

Bulan Ramadhan merupakan momen yang paling dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Di Desa Timbang, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, datangnya bulan suci ini disambut dengan cara yang sangat istimewa. Desa ini memiliki sebuah tradisi unik dan penuh makna, yakni pawai obor yang telah berlangsung secara turun-temurun dan digelar setiap tahun.

Tradisi pawai obor di Desa Timbang menjadi magnet tersendiri bagi warga dan santri dari berbagai pondok pesantren di wilayah tersebut. Ribuan obor dinyalakan, kemudian dibawa oleh para peserta mengelilingi kampung sejauh kurang lebih tiga kilometer. Cahaya obor yang menari di malam hari menciptakan suasana religius dan syahdu, menandai datangnya bulan yang penuh berkah.

Bacaan Lainnya

Yang membuat pawai ini semakin meriah adalah kehadiran berbagai replika yang dibuat oleh warga dan santri, mulai dari bentuk bedug masjid, miniatur Ka’bah, perahu oyag, dan kreasi lainnya. Kreativitas dalam membuat replika ini menjadi bagian dari penilaian dalam lomba pawai obor.

Setelah mengelilingi kampung, seluruh peserta kembali berkumpul di halaman Balai Desa Timbang untuk mendengarkan pengumuman juara lomba tersebut.

Tahun ini, pawai obor digelar pada Kamis malam, 27 Februari 2025, setelah salat Isya. Seperti biasa, halaman balai desa telah dipadati oleh peserta yang antusias. Panitia pawai membagikan bambu-bambu obor yang telah disiapkan dan kupon undian untuk doorprize, sambil mengatur barisan agar tetap rapi dan terorganisir.

Peserta dikelompokkan berdasarkan RT masing-masing atau kelompok dari pesantren, dan panitia mengatur urutan keberangkatan mereka dengan tertib agar tidak terjadi penumpukan.

Ketika seluruh obor telah dinyalakan, satu per satu kelompok diberangkatkan menyusuri rute yang telah ditentukan. Sepanjang perjalanan, para peserta bershalawat dengan semangat, diiringi musik islami dengan irama yang beragam. Suasana menjadi begitu semarak, tetapi tetap khusyuk dan penuh kekhidmatan.

Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang kebersamaan, tetapi juga menjadi momen yang dikenang oleh para santri. Seorang santri mengungkapkan perasaannya, “Acara pawai obor ini sangat berkesan, ini akan menjadi momen yang sangat dirindukan ketika sudah lulus dari pondok dan kembali ke daerah masing-masing.”

Usai mengelilingi kampung, para peserta kembali berkumpul di halaman balai desa. Sebagian peserta memilih pulang karena kelelahan, namun banyak pula yang masih bertahan dengan semangat untuk menyaksikan pengumuman juara dan pembagian hadiah undian. Hadiah-hadiah ini menjadi bentuk apresiasi atas partisipasi dan semangat warga dalam melestarikan tradisi.

Pawai obor di Desa Timbang bukan hanya sekadar perayaan menyambut Ramadhan, melainkan telah menjadi warisan budaya lokal yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakatnya. Tradisi ini menjadi ruang untuk mempererat tali silaturahmi, menumbuhkan semangat gotong royong, serta mengenalkan nilai-nilai keislaman kepada generasi muda dengan cara yang menyenangkan dan berkesan.

Di tengah derasnya arus modernisasi, Desa Timbang menunjukkan bahwa tradisi bisa tetap hidup dan relevan, selama dijaga dan dilestarikan bersama. Ribuan obor yang menyala bukan sekadar cahaya, tetapi simbol semangat dan harapan dalam menyambut bulan suci penuh ampunan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *