Awas! Pilar Konsumsi Pangan Indonesia Terancam Ambruk!

Sumber: Eka Hospital
Sumber: Eka Hospital

Pangan mencakup semua bahan yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang telah maupun belum diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi manusia. Menurut FAO (1997), ketahanan pangan adalah situasi di mana setiap rumah tangga memiliki akses fisik dan ekonomi untuk mendapatkan pangan bagi seluruh anggotanya, tanpa risiko kehilangan akses tersebut di masa mendatang.

Ketahanan pangan suatu negara biasanya ditopang oleh empat pilar utama: ketersediaan pangan (food availability), stabilitas pasokan (stability), keterjangkauan pangan (accessibility), dan pemanfaatan pangan (food utilization). Jika keempat pilar ini berdiri kokoh, ketahanan pangan akan kuat. Sebaliknya, jika salah satu atau beberapa pilar tersebut rapuh, ketahanan pangan akan terganggu, yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Bacaan Lainnya

Pilar konsumsi pangan (food utilization) adalah pemanfaatan pangan yang tersedia bagi rumah tangga, termasuk kemampuan individu dalam menyerap dan memetabolisme nutrisi. Dua indikator utama pilar ini adalah: 1) kecukupan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan anak kecil, serta 2) akses air bersih bagi setiap rumah tangga. Pertanyaan yang muncul adalah: apakah pilar konsumsi pangan di Indonesia sudah cukup kuat? Mari kita telisik lebih dalam.

Kecukupan Gizi: Ancaman Stunting yang Masih Mengintai

Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak jauh di bawah rata-rata usianya akibat kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia pada 2023 masih mencapai 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen dari tahun sebelumnya yang berada di angka 21,6 persen. Ini menunjukkan bahwa permasalahan stunting di Indonesia masih jauh dari kata selesai.

Pemberian asupan gizi yang cukup kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak di bawah dua tahun sangatlah penting untuk mencegah stunting. Namun, pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, seringkali tidak konsisten dalam memberikan perhatian terhadap isu ini. Menkes Budi Gunadi Sadikin, dikutip dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, menyoroti masalah ini dengan tegas: “Tidak ada satu daerah yang konsisten, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.”

Baca Juga: Menyelaraskan Kebebasan Belajar dengan Realitas Lapangan Melalui Kurikulum Merdeka

Dengan tingkat penanganan stunting yang belum optimal, pilar konsumsi pangan di Indonesia jelas belum mampu menopang ketahanan pangan secara kuat.

Akses Air Bersih: Kesenjangan yang Mencolok

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa 2,2 miliar orang di dunia masih mengonsumsi air minum yang tidak layak. Di Indonesia, situasi ini juga mengkhawatirkan, dengan hanya 20% masyarakat yang memiliki akses terhadap air bersih. Data dari Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, hanya 19,47% rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses air pipa.

Kesenjangan pendanaan menjadi salah satu penyebab lambatnya peningkatan akses air bersih di Indonesia. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024, pemerintah menargetkan 100% rumah tangga mendapatkan akses air layak pakai, 15% rumah tangga mendapatkan akses air yang aman, dan 30% rumah tangga memiliki akses air pipa. Namun, realisasi target ini masih jauh, terutama karena tantangan pendanaan dan pembangunan infrastruktur yang berjalan lambat.

Sementara itu, target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 adalah akses 100% terhadap air yang aman. Jika kesenjangan ini tidak segera diatasi, maka pilar akses air bersih yang merupakan bagian dari pilar konsumsi pangan, akan terus melemah, dan pada akhirnya menggoyahkan ketahanan pangan nasional.

Baca Juga: Membangun Kepemimpinan Berbasis Kebudayaan Indonesia

Ketahanan pangan Indonesia tengah berada dalam ancaman serius, terutama di pilar konsumsi pangan. Masalah stunting yang masih tinggi dan akses air bersih yang sangat terbatas menunjukkan bahwa pilar konsumsi pangan belum berdiri kokoh.

Jika masalah ini tidak segera diatasi, ketahanan pangan kita akan semakin terpuruk, yang bisa berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat. Saatnya pemerintah dan masyarakat bergerak bersama untuk memperkuat pilar-pilar ketahanan pangan demi masa depan yang lebih baik.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *