Dinamika Sosial Dalam Dunia Pesantren Perspektif Auguste Comte

Ilustrasi Dinamika Sosial Dalam Dunia Pesantren Perspektif Auguste Comte
Ilustrasi Dinamika Sosial Dalam Dunia Pesantren Perspektif Auguste Comte

Dalam kehidupan sosial pasti tak luput dengan dinamika sosial, terdapat sebuah problem baik suka maupun duka didalamnya khususnya di dunia pesantren. Pesantren yang dikenal sebagai Lembaga spiritual ternama di Indonesia terdapat dinamika sosial unik yang tejadi di pesantren seperti halnya  interaksi sesama santri yang terjadi, perilaku menyimpang yang terjadi, maupun interaksi sosial yang menarik terjadi antara kyai dengan santri.

Auguste Comte seorang filsuf yang terkenal dengan pemikiran sosial khususnya tentang dinamika sosial. Menurut Comte dinamika sosial itu merupakan tentang teori kemajuan yang terjadi pada masyarakat. Auguste Comte menjelaskan bahwa setiap manusia pasti akan berinteraksi dengan yang lain (sosial) dengan spesifik membagi sebagai dua unsur yaitu statika sosial dan dinamika sosial.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan dua hal tersebut penulis ingin menyelaraskan dengan dinamika yang terjadi dalam dunia pesantren dengan pemikiran dari seorang filsuf sosiologi ternama Auguste Comte sehingga penulis berharap pembaca dapat melihat dinamika yang terjadi di pesantren.

Perbuatan Sosial Negatif yang Terjadi di Pesantren

Berbicara tentang perbuatan sosial negatif atau problem pesantren, di dalam pesantren terdapat sisi yang gelap jika dilihat lebih mendalam, banyak sekali masalah sosial yang kompleks internal yang sering ter speak up kan oleh media-media berita dan tentu terdapat juga yang tidak diketahui oleh media-media. Problem sosial  yang terjadi terdapat cukup banyak masalah dalam pesantren yakni:

Pertama kasus penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud ialah menyukai sesama jenis, hal tersebut banyak terjadi di pesantren Indonesia. Hal ini banyak faktor diakibatkan salah satunya pesantren yang membatasi pergaulan santri dengan santriwati sehingga, banyak santri maupun santriwati menyukai sesama jenis, faktor lingkungan yang dimana santri kehidupannya selalu berinteraksi dengan sesama dan selama seminggu hanya dua kali di perbolehkan untuk keluar pesantren bahkan terdapat juga pesantren yang hanya mengizinkan para santri untuk keluar hanya satu kali.

Kedua, perundungan atau bullying kasus perundungan banyak sekali yang terjadi di pesantren. Hal ini terjadi lantaran budaya senioritas yang kental dimana santri junior harus patuh dengan santri senior jika membangkang akan dihajar atau ditindas sehingga banyak sekali munculnya kasus perundungan dan tak sedikit pula kasus bullying di pesantren mengakibatkan korban sampai meninggal dunia.

Ketiga, perbuatan asusila, problem ini mulai banyak terjadi pada zaman sekarang. Hal tersebut sangat kontradiksi dengan latar belakang pesantren yang nilai agamis kental serta kyai atau seorang pemimpin di lembaga tersebut yang dikenal ahli agama malah melakukan tindakan pelecehan. Tidak hanya itu, terdapat juga dari pengurus pondok yang melakukan hal tersebut. Perbuatan asusila di pesantren berfaktor seperti nilai taat pada kyai yang ditanamkan dengan kental bahwa perintah kyai atau pemimpin pondok  itu mutlak dan dosa jika ditinggalkan.

Perbuatan Sosial Positif yang Terjadi di Pesantren

Namun tidak melulu perbuatan sosial buruk terjadi di pesantren, tentu saja terdapat hal-hal positif yang terjadi didalamnya. Tak sedikit pula dampak positif yang bisa diambil di dalam pesantren, mulai dari melatih adab, menambah wawasan keagamaan, melatih kemandirian, serta melatih bakat setiap santri-santri didalamnya.

Lebih dari itu, pembelajaran pendidikan yang baik serta mengajar bukan hanya secara teoritis saja akan tetapi terdapat praktek langsung yang terjadi. Seperti halnya belajar bacaan Alqur’an yang mendalam, ilmu ta’lim mutta’lim yang membahas adab atau etika yang secara prakteknya dilakukan sehari hari oleh santri yakni tawadu’ dengan guru atau kyai, taat kepada peraturan pondok, serta ta’dzim kepada orang tua.

Melatih kemandirian setiap individu atau santri, hal ini dapat terjadi lantaran setiap santri yang jauh dari keluarga rumah berpindah ke lingkungan berbeda dimana santri mau tidak mau harus untuk melakukan apapun secara mandiri, mencuci baju sendiri, mengelola keuangan bulanan, dan jika sakit mengurus dirinya sendiri.

Terdapat pula melatih bakat yang terpendam santri, didalam pesantren sangat mendukung dengan bakat semua santri, mulai dari kegiatan muhadloroh atau berpidato sehingga dapat melatih public speaking yang bagus setiap santri, belajar tilawah atau menjadi qori harapannya mendukung bakat santri yang memiliki suara yang bagus, ekstra sepakbola yang bertujuan men-support bakat santri di bidang olahraga dan sebagainya.

Auguste comte mendefinisikan dinamika sosial sebagai bentuk perubahan sosial yang terjadi akibat adanya interaksi yang terjadi antara dua atau lebih individu dalam suatu masyarakat yang memilki psikologis secara jelas dalam situasi yang dialami. Dalam dinamika masyarakat dapat terjadi interaksi sosial, kelompok sosial, dan kelas sosial. Dari penjelasan sebelumnya menunjukan bahwa di dunia santri terdapat juga yang namanya sebuah dinamika atau perubahan, dimana didalamnya begitu banyak sekali interaksi sosial yang melahirkan sisi positifnya maupun negatifnya yang menjadikan kelompok sosial itu mengalami perubahan secara terus menerus  sesuai dengan pernyataan Auguste Comte.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *