Dukung Penolakan Warga terhadap Tambang di Batu Beriga demi Kelestarian Alam

Ilustrasi foto/media indonesia
Ilustrasi foto/media indonesia

Pantai Batu Beriga, yang terletak di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, adalah salah satu destinasi wisata yang memikat dengan keindahan alamnya yang masih asri. Dengan hamparan pasir putih, batu granit besar yang menjadi ciri khas kawasan ini, serta laut biru jernih yang dihiasi oleh deretan pohon kelapa, Batu Beriga menawarkan panorama alam yang tenang dan eksotis.

Bahkan, kawasan ini menjadi habitat beberapa spesies langka seperti lumba-lumba, pesut, serta terumbu karang yang terjaga. Dengan keunikan tersebut, Batu Beriga sangat cocok untuk kegiatan wisata seperti berenang, memancing, hingga fotografi. Keadaan pantai yang relatif sepi menambah daya tariknya bagi wisatawan yang mencari ketenangan jauh dari hiruk-pikuk kota.

Bacaan Lainnya

Namun, keindahan ini kini menghadapi ancaman serius dengan adanya rencana penambangan di kawasan tersebut. Dukungan penuh datang dari mahasiswa hukum yang menilai bahwa langkah masyarakat dalam menolak tambang di Batu Beriga adalah keputusan bijak untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap proyek yang berdampak signifikan terhadap lingkungan wajib melalui proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). UU ini menegaskan bahwa kawasan konservasi, seperti Batu Beriga, harus dijaga untuk memastikan keseimbangan ekosistem tetap terpelihara.

Baca Juga: Meningkatkan Rasa Nasionalisme Lewat Peristiwa Sejarah

Selain itu, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018 menambahkan bahwa perlindungan terhadap spesies dilindungi harus mencakup habitatnya, termasuk kawasan konservasi seperti Batu Beriga.

Jika kawasan ini diubah menjadi area tambang, berbagai dampak negatif dapat terjadi. Pertama, kerusakan lingkungan akan menjadi ancaman nyata. Aktivitas tambang berpotensi merusak habitat alami, seperti formasi batuan dan ekosistem laut.

Selain itu, pencemaran air dan tanah akibat limbah tambang dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem, bahkan hingga wilayah sekitar. Kedua, dampak pada pariwisata juga tidak bisa diabaikan. Batu Beriga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata alam yang mendatangkan manfaat ekonomi jangka panjang bagi masyarakat.

Kehadiran tambang dikhawatirkan akan merusak daya tarik kawasan, mengakibatkan penurunan kunjungan wisatawan dan kerugian ekonomi yang sulit diperbaiki.

Baca Juga: Peluru Mematikan di Tengah Kota Semarang oleh Oknum Kepolisian

Ketiga, tambang juga dapat memicu dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal. Meski tambang menawarkan lapangan pekerjaan sementara, kerugian jangka panjang seperti konflik sosial, terganggunya mata pencaharian nelayan, hingga penurunan kualitas hasil laut tidak dapat dielakkan. Selain itu, risiko kesehatan akibat pencemaran lingkungan juga menjadi momok bagi warga yang tinggal di sekitar tambang.

Melihat semua dampak negatif ini, sudah seharusnya pemerintah lebih memprioritaskan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekonomi melalui pariwisata dibandingkan eksploitasi sumber daya alam yang merusak. Pelestarian Batu Beriga sebagai kawasan wisata alam merupakan langkah yang jauh lebih bijak dan menguntungkan dalam jangka panjang.

Dengan berbagai alasan tersebut, dukungan terhadap masyarakat dalam menolak tambang di Batu Beriga bukan hanya tindakan melindungi lingkungan, tetapi juga mempertahankan aset berharga yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar