Menelusuri Kebudayaan pada Bulan Suro di Desa Sembojo

Krajan.id – Bulan Suro selalu membawa nuansa khusus bagi masyarakat Jawa, terutama di Desa Sembojo, Batang. Pada kesempatan ini, Nur Kholifah Rimadina, seorang mahasiswa KKN Undip Tim II dari program studi Antropologi Sosial, menjalankan program kerja monodisiplin berupa etnofotografi. Program tersebut bertujuan untuk mendokumentasikan kegiatan keagamaan dan tradisi yang dilakukan selama bulan Suro, yang nantinya akan dijadikan buku etnofotografi.

Bacaan Lainnya

Penelitian ini difokuskan pada kehidupan sehari-hari dan tradisi unik masyarakat Desa Sembojo selama bulan Suro. Hasil dari penelitian ini diserahkan kepada Kepala Desa Sembojo sebagai arsip, dan juga tersedia dalam bentuk digital yang dapat diakses melalui akun Instagram @desasembojo. Salah satu tokoh agama di desa tersebut, Bapak Kisriyanto atau yang akrab disapa Pak Tukis dari RT 3, menjadi narasumber utama dalam penelitian ini.

“Pada bulan Suro, kami memiliki berbagai kegiatan keagamaan dan tradisi yang dimulai dari malam tanggal 1 bulan Suro, malam 10 Suro, hingga kebiasaan-kebiasaan khusus yang dilakukan masyarakat,” ujar Pak Tukis.

Salah satu tradisi yang paling istimewa adalah pelaksanaan doa bersama di persimpangan jalan desa pada malam Jumat Kliwon yang jatuh di bulan Suro. “Tradisi ini hanya dilakukan ketika bulan Suro bertepatan dengan Jumat Kliwon,” tambahnya.

Penyerahan buku etnofotografi dilakukan pada Rabu, 31 Juli 2024, di kantor desa kepada Kepala Desa Sembojo. Buku tersebut diharapkan dapat menjadi dokumentasi yang berharga dan sarana informasi bagi masyarakat Desa Sembojo serta masyarakat luas tentang pentingnya melestarikan tradisi-tradisi budaya.

Nur Kholifah Rimadina menyatakan, “Tujuan dari etnofotografi ini adalah untuk mendokumentasikan dan memahami kebiasaan-kebiasaan budaya atau agama yang dilakukan masyarakat Desa Sembojo selama bulan Suro. Etnofotografi ini juga membantu masyarakat untuk lebih memahami tradisi mereka sendiri dan alasan di balik pelaksanaannya.”

Dengan adanya dokumentasi etnofotografi ini, diharapkan kebudayaan dan tradisi yang ada di Desa Sembojo dapat terus dilestarikan dan dikenal oleh generasi muda.

“Sebagus-bagusnya cara mempertahankan budaya adalah dengan terus menjalankannya,” pungkas Nur Kholifah.

Program ini berhasil menggambarkan momen-momen penting dalam kegiatan masyarakat sehingga pembaca dapat merasakan dan memahami budaya Desa Sembojo meski tidak hadir secara langsung. Etnofotografi ini dibuat dengan pengambilan gambar yang menarik agar pembaca tidak bosan dan tetap terlibat dalam cerita yang disampaikan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *