Krajan.id – Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah bentuk kegiatan pengabdian mahasiswa kepada masyarakat berbekal ilmu pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan. KKN menjadi kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia, khususnya Universitas Jember (UNEJ).
Salah satu tema KKN yang dilaksanakan UNEJ pada periode Januari-Februari 2024 yaitu KKN Tematik. KKN Tematik menjadi salah satu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah masyarakat luar kampus, yang secara langsung bersama-sama mengidentifikasi potensi dan penanganan masalah sehingga mampu mengembangkan potensi desa.
Dalam keterangan yang diberikan oleh Tim Media KKN 04, serangkaian acara telah dilaksanakan sebelum penerjunan salah satunya pembekalan. “Mahasiswa calon peserta KKN, mendapatkan bekal ilmu dan pengetahuan sebelum diterjunkan. Sekitar 3 hari sebelum penerjunan, kami kelompok KKN 04 dengan jumlah anggota sebanyak 10 orang ditempatkan di Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso,” terangnya.
Berdasarkan data yang diperoleh Desa Sukorejo merupakan salah satu dari 152 (seratus lima puluh dua) desa yang ada di wilayah Kabupaten Bondowoso. Kondisi wilayah Desa Sukorejo adalah merupakan dataran. Wilayah Desa Sukorejo berada pada ketinggian 700 m dpl (diatas permukaaan laut). Luas wilayah desa 725,592 Ha.
“Kebetulan kami ditempatkan di Dusun Kluncing Timur, Desa Sukorejo,” imbuhnya.
Penerjunan dimulai di Gedung Soetardjo, UNEJ (4/1/2024), Setelah acara tersebut mahasiswa KKN 04 menuju Desa Sukorejo untuk mengikuti acara penyambutan di Kecamatan Sumberwringin.
“Kami mendapatkan beberapa nasehat dari Kapolsek dan Camat selama kami menjalankan KKN,” jelasnya.
Ia menambahkan, Desa Sukorejo memiliki berbagai potensi dimulai dari pertanian, wisata alam, budaya, dan Sumber Daya Manusia (SDM). “Dilihat dari potensi pertanian dan SDM menjadikan Desa Sukorejo sebagai penghasil kopi yang dibuktikan dengan adanya banyak petani kopi serta lahan kopi yang berada di area desa,” ungkapnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan terdapat temuan berbagai masalah sektor pertanian terkait pupuk dan pengelolaan limbah kopi di Desa Sukorejo. Hal tersebut, menjadi tantangan serius dalam pembangunan sektor pertanian kopi.
Tidak hanya itu, absennya sebuah komunitas yang mampu menaungi petani, pengolah kopi, dan distributor kopi dapat merugikan dalam hal koordinasi dan peningkatan kapasitas bersama. Pengelolaan limbah kopi Desa Sukorejo juga menghadapi kendala, terutama saat musim panen, karena kurangnya fasilitas penampungan limbah yang efektif.
“Kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam mengelola limbah kopi menjadi faktor tambahan yang perlu diperhatikan dalam upaya memperbaiki situasi ini. Oleh karena itu, langkah-langkah perbaikan yang holistik dan kolaboratif diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini, termasuk pembentukan komunitas yang dapat berperan dalam mendukung keberlanjutan sektor kopi di Desa Sukorejo,” tungkasnya.