Pemberdayaan KWT Ngudi Rejeki: Budidaya Jahe di Desa Dayu Menuju Kemandirian Ekonomi

Tim MBKM UNS Desa Dayu melakukan sesi foto bersama dengan Narasumber dan KWT Ngudi Rejeki. (doc. Tim MBKM UNS Desa Dayu)
Tim MBKM UNS Desa Dayu melakukan sesi foto bersama dengan Narasumber dan KWT Ngudi Rejeki. (doc. Tim MBKM UNS Desa Dayu)

Desa Dayu, Krajan.id – Mahasiswa MBKM Universitas Sebelas Maret (UNS) bekerja sama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Rejeki Desa Dayu dalam program pemberdayaan berbasis agrikultur. Program ini menitikberatkan pada demonstrasi budidaya jahe sebagai langkah awal untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.

Kegiatan ini dimulai pada (12/11/2024) dengan pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya jahe. Putri Daniella Fitria Sukmawati, salah satu mahasiswa MBKM, menjelaskan bahwa jahe dipilih sebagai komoditas utama karena sangat cocok dengan kondisi geografis Desa Dayu.

Bacaan Lainnya

“Selain itu, jahe memiliki potensi ekonomi yang besar karena dapat diolah menjadi produk jahe instan bernilai tambah,” ujarnya saat memberikan keterangan pada krajan.id (11/12/2024).

Sebelum pelaksanaan, tim mahasiswa bersama PPL Desa Dayu, Budi Pramiyono, S.P, melakukan analisis lokasi dan kebutuhan lahan. Demonstrasi budidaya dilakukan dengan langkah-langkah pembibitan hingga penanaman.

“Kami menunjukkan teknik persemaian jahe, mulai dari pemilihan bibit hingga pemindahan bibit yang sudah tumbuh ke polybag,” jelas Budi Pramiyono saat mendemonstrasikan persemaian jahe pada (13/10/2024).

Demonstrasi persemaian bibit jahe. (doc. Tim MBKM UNS Desa Dayu)
Demonstrasi persemaian bibit jahe. (doc. Tim MBKM UNS Desa Dayu)

Proses ini dilanjutkan dengan pemantauan rutin untuk memastikan hasil optimal, di mana jahe dapat dipanen dalam 8-12 bulan.

Trieva Puspa Nirbaya menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan memberikan pengalaman langsung kepada anggota KWT dalam budidaya jahe yang benar.

“Harapannya, hasil panen jahe dapat menjadi bahan baku bagi produk UMKM Desa Dayu, seperti minuman jahe instan,” ungkapnya.

Kolaborasi antara mahasiswa MBKM UNS, PPL Desa Dayu, dan KWT Ngudi Rejeki berjalan sinergis. Menurut Tania Dwi Khoirunnisa, mahasiswa bertindak sebagai fasilitator yang menjembatani KWT dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Gondangrejo untuk pendampingan teknis.

“Kami memberikan pelatihan dan monitoring secara berkala untuk memastikan keberhasilan program ini,” katanya.

Rika Setianingrum menambahkan bahwa mahasiswa juga membantu mencari inovasi dalam budidaya, seperti penggunaan pupuk organik.

“Kami ingin memastikan kegiatan ini berkelanjutan dan memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat Desa Dayu,” ujarnya.

Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan anggota KWT Ngudi Rejeki sekaligus membuka lapangan kerja baru di Desa Dayu. Tri Asih Rahmadini menjelaskan,

“Budidaya jahe juga dapat memperkuat ketahanan pangan lokal dan diversifikasi produk pertanian. Selain itu, produk berbasis jahe memiliki potensi untuk meningkatkan nilai tambah produk UMKM desa.”

Baca Juga: Menanamkan Nilai-Nilai Anti-Korupsi Sejak Dini: Sosialisasi Mahasiswa UMRI di SDN 27 Pekanbaru

Selain manfaat ekonomi, kegiatan ini juga berkontribusi pada penguatan branding Desa Dayu. “Kami berharap Desa Dayu dikenal sebagai desa yang produktif dan inovatif. Jahe dapat menjadi produk unggulan yang mendukung citra positif desa,” kata Trieva Puspa Nirbaya.

Selama pelaksanaan program, beberapa tantangan muncul, terkait bibit persemaian tidak semua baik karena faktor cuaca yang tidak menentu, tantangan yang lainnya yaitu kurangnya motivasi dalam mengikuti program ini. Namun sudah ada solusi yaitu memberikan edukasi dan motivasi pada awal program.

“Fluktuasi harga bisa diminimalisir dengan diversifikasi produk dan pengembangan strategi pemasaran yang efektif,” jelas Putri Daniella Fitria Sukmawati.

Evaluasi keberhasilan program dilakukan melalui pendampingan langsung dan metode pretest serta posttest.

“Kami memantau perkembangan melalui kunjungan rutin ke Desa Dayu serta komunikasi via grup WhatsApp. Untuk memotivasi anggota KWT, kami memberikan hadiah bagi anggota yang berhasil menanam jahe dengan kualitas terbaik,” ungkap Rika Setianingrum.

Baca Juga: Mahasiswa Amikom Yogyakarta Gelar Pelatihan Foto Produk bagi UMKM Perempuan dan Disabilitas

Namun, hingga saat ini, belum ada rencana konkret untuk melanjutkan program pemberdayaan ini. “Kami sangat merekomendasikan agar program ini dapat dilanjutkan untuk mendukung kemandirian ekonomi masyarakat Desa Dayu,” kata Tri Asih Rahmadini.

Antusias KWT Ngudi Rejeki saat penanaman bibit jahe. (doc. Tim MBKM UNS Desa Dayu)
Antusias KWT Ngudi Rejeki saat penanaman bibit jahe. (doc. Tim MBKM UNS Desa Dayu)

Para mahasiswa MBKM UNS berharap masyarakat Desa Dayu dapat terus menjaga semangat dan kerja sama dalam mengembangkan potensi lokal khususnya memanfaatkan lahan pekarangan yang ada dengan ditanami jahe.

“Program ini adalah langkah awal menuju kemandirian ekonomi. Dengan sinergi yang baik, kita dapat menciptakan kesejahteraan bersama. Bersama UNS, bangun harapan, wujudkan kemandirian!” pungkas Tania Dwi Khoirunnisa.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *