Di penghujung tahun 2024, kondisi cuaca tampak semakin tidak menentu dan cenderung memburuk. Fenomena ini sebagian besar disebabkan oleh perubahan iklim, sebuah isu global yang menjadi tantangan besar di abad ke-21.
Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia, perubahan iklim merujuk pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Perubahan ini memang dapat terjadi secara alami, misalnya akibat variasi siklus matahari.
Namun, sejak abad ke-19, aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas, menjadi penyebab utama dari percepatan perubahan ini.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bertindak seperti selimut tebal di atmosfer. Gas-gas ini memerangkap panas matahari, sehingga suhu bumi terus meningkat. Faktor lain yang memperburuk perubahan iklim mencakup penurunan luas hutan, meningkatnya limbah, hingga ekspansi sektor pertanian dan peternakan.
Menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), perubahan iklim telah mengganggu ekosistem darat, laut, dan air tawar secara global. Dampaknya meliputi hilangnya spesies, degradasi fungsi ekosistem, serta kerugian ekonomi dan mata pencaharian di berbagai wilayah dunia.
Kita dapat merasakan pengaruh perubahan ini dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu udara, hingga terik matahari yang terasa semakin menyengat.
Situasi ini tidak hanya memengaruhi kenyamanan, tetapi juga efisiensi kegiatan manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya nyata untuk mengurangi dampaknya. Meski begitu, masyarakat dengan keterbatasan sumber daya seperti pelajar, lansia, atau mereka yang tinggal di daerah terpencil mungkin merasa kesulitan melakukan perubahan besar.
Namun, ada sejumlah langkah sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa saja untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Baca Juga: Menyelisik Konsep Negara dalam Pandangan Ibn Khaldun dan George H. Smith
Mengurangi penggunaan perangkat elektronik dapat menjadi salah satu langkah awal. Perangkat elektronik, terutama yang digunakan dalam rumah tangga, sering kali memakan energi besar. Memilih alat elektronik dengan label efisiensi energi dan mematikan perangkat saat tidak digunakan adalah kebiasaan kecil yang bisa berdampak besar.
Selain itu, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor juga efektif menekan emisi gas rumah kaca. Langkah ini dapat dimulai dengan beralih ke transportasi umum, menggunakan sepeda, atau memilih kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.
Penggunaan produk ramah lingkungan juga memainkan peran penting. Dengan memilih produk berbahan organik, sampah yang dihasilkan akan lebih mudah terurai oleh alam. Langkah ini membantu mengurangi limbah plastik dan logam yang sering kali mencemari laut, sehingga ekosistem laut dapat pulih.
Baca Juga: Pentingnya Digitalisasi dalam Akuntansi untuk Meningkatkan Efisiensi Bisnis di Era Modern
Daur ulang sampah menjadi barang bermanfaat adalah langkah lain yang mudah dilakukan. Proses ini mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan memberikan nilai tambah bagi sampah yang sebelumnya tidak digunakan.
Reboisasi, atau penghijauan kembali, juga sangat penting. Menanam kembali pohon-pohon di kawasan yang telah kehilangan tutupan hutan akan membantu menyerap karbon dioksida, menjaga cadangan air, dan menyediakan habitat bagi flora serta fauna.
Langkah-langkah sederhana ini dapat dilakukan oleh siapa saja untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Dengan usaha kolektif yang konsisten, kita dapat menjaga keseimbangan bumi.
Jika manusia tetap abai terhadap lingkungan, bukan tidak mungkin bumi yang semakin tua ini akan kehilangan kemampuannya untuk menopang kehidupan. Oleh karena itu, setiap individu harus mulai bertindak sekarang demi masa depan yang lebih baik.