Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman budaya, mulai dari bahasa, agama, adat istiadat, hingga tradisi. Keberagaman inilah yang menjadi kekuatan bangsa dan melahirkan berbagai warisan budaya yang unik serta penuh makna.
Salah satu bentuk warisan budaya tersebut adalah tradisi Gethuk Lindri yang masih terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Tradisi Gethuk Lindri merupakan bagian dari tradisi kuliner lokal yang telah berlangsung sejak tahun 2012 dan memiliki nilai sosial yang sangat tinggi. Gethuk sendiri adalah makanan tradisional yang berbahan dasar singkong yang telah dihaluskan, kemudian dibentuk memanjang menyerupai mi dengan bantuan alat bernama “lindri”, lalu dipotong-potong kecil dan disajikan bersama parutan kelapa.
Menariknya, tradisi ini bukan sekadar perayaan makanan khas, tetapi juga menjadi simbol kerukunan antarwarga Muhammadiyah dan NU di Desa Ambokembang. Perbedaan pandangan keagamaan di desa ini tidak pernah menjadi sumber perpecahan, melainkan justru menjadi kekuatan sosial yang mempersatukan.
Setiap tahun, masyarakat menggelar acara ini dalam rangka menyambut momen syawalan, yaitu enam hari setelah Hari Raya Idulfitri. Salah satu momen bersejarah terjadi pada tahun 2018 ketika gethuk lindri yang dibuat berhasil meraih rekor MURI sebagai gethuk lindri terpanjang dengan panjang mencapai 350 meter.
Untuk membuatnya, warga menghabiskan sekitar 1,5 ton singkong, 400 buah kelapa, 80 kilogram gula jawa, dan 20 kilogram gula pasir. Menariknya, seluruh proses pembuatan hingga penyajian dilakukan secara gotong royong oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan latar belakang organisasi keagamaan.
Meja-meja sekolah digunakan untuk menyusun gethuk memanjang dari depan Gang 9 hingga ke depan Pondok Pesantren Miftahul Ulum. Kegiatan ini biasanya dimulai sejak pagi hari pukul 08.00 WIB dan berhasil menarik perhatian masyarakat dari luar desa. Bahkan, ribuan potong gethuk ludes hanya dalam hitungan menit.
Panjang gethuk yang disusun menjadi simbol kuat agar silaturahmi antarwarga tidak pernah terputus. Selain itu, tradisi ini juga menanamkan nilai-nilai seperti gotong royong, kebersamaan, kegembiraan, dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan.
Melalui tradisi ini, Desa Ambokembang membuktikan bahwa perbedaan tidak harus menjadi alasan untuk berselisih. Sebaliknya, perbedaan justru bisa menjadi kekuatan dalam membangun kehidupan sosial yang harmonis dan penuh toleransi.
Oleh karena itu, pelestarian tradisi lokal seperti Gethuk Lindri tidak hanya penting sebagai identitas budaya, tetapi juga sebagai warisan sosial yang dapat diwariskan kepada generasi muda demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.