Anak Muda Mojokembang Pacet Mengenal Pentingnya Kesehatan Mental melalui Program BBK 5 Unair

Dokumentasi bersama setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi bertajuk "Saling Peduli, Saling Menyembuhkan" di Desa Mojokembang, (15/1/2025). (doc. Pribadi)
Dokumentasi bersama setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi bertajuk "Saling Peduli, Saling Menyembuhkan" di Desa Mojokembang, (15/1/2025). (doc. Pribadi)

Mojokembang, Krajan.id – Desa Mojokembang, yang terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, merupakan desa yang kaya akan potensi alam dan budaya. Dengan jumlah penduduk mencapai 1.272 jiwa, mayoritas warganya bekerja sebagai petani. Selain itu, desa ini juga dikenal dengan kawasan wisata ‘Kelok 7 Pacet’ yang menawarkan pemandangan indah serta kehidupan sosial yang masih menjunjung tinggi adat istiadat dan gotong royong.

Namun, di tengah perkembangan zaman, masyarakat Mojokembang masih cenderung mempertahankan gaya hidup tradisional. Hal ini berdampak pada minimnya pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang ekonomi.

Bacaan Lainnya

Saat ini, hanya terdapat satu rumah usaha yang memproduksi olahan makanan khas seperti opak gapit dan kembang goyang. Selebihnya, usaha yang ada di desa ini berupa warung makan dan toko kelontong.

Terletak di lereng Pegunungan Anjasmoro, Mojokembang memiliki keindahan alam yang masih alami, seperti hutan pinus, area persawahan, sungai yang jernih, serta panorama Gunung Penanggungan dan Gunung Welirang.

Potensi alam ini menjadikan desa ini sangat strategis untuk dikembangkan menjadi kawasan pariwisata, misalnya wisata hutan pinus, penginapan berbasis ekowisata, serta restoran dan kafe dengan konsep alam terbuka.

Selain kekayaan alamnya, Mojokembang juga memiliki sumber daya manusia yang potensial, terutama dalam bidang kesenian dan budaya. Anak-anak muda desa ini aktif dalam berbagai kegiatan seni, seperti pertunjukan Bantengan, serta memiliki tradisi mengaji yang rutin dilakukan setiap hari kecuali hari Kamis. Nilai-nilai kebudayaan dan religius masih sangat kental dalam kehidupan masyarakat setempat.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) yang tergabung dalam kelompok BBK 5 mengadakan program bertajuk ‘Saling Peduli, Saling Menyembuhkan’ di Desa Mojokembang. Program ini berfokus pada edukasi tentang cara menjaga kesehatan mental serta langkah-langkah menangani krisis psikologis melalui pendekatan Psychological First Aid (PFA).

Psychological First Aid adalah metode pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh siapa saja untuk membantu individu yang mengalami krisis mental.

“Pendekatan ini melibatkan tiga langkah utama, yaitu melihat, mendengar, dan menghubungkan,” ujar Nabila Erwintria Zaahiya, salah satu anggota BBK 5 Unair Mojokembang.

Lebih lanjut, Nabila menjelaskan bahwa langkah melihat berarti mengidentifikasi individu yang rentan mengalami gangguan mental, langkah mendengar berarti menjadi pendengar aktif bagi mereka yang membutuhkan tempat berbagi, dan langkah menghubungkan berarti memberikan akses pada bantuan profesional atau komunitas yang dapat mendukung pemulihan mereka.

Baca Juga: Mahasiswa KKN BBK 5 Unair Gelar Penyuluhan PMK untuk Peternak Al-Barokah di Desa Kalipait

Dalam acara yang diadakan pada (15/1/2025), sebanyak 13 anggota Karang Taruna Desa Mojokembang turut hadir dan aktif berdiskusi mengenai berbagai persoalan terkait kesehatan mental. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, salah satunya mengenai alternatif lain dalam menangani krisis mental selain dengan metode Psychological First Aid.

Menurut salah satu anggota BBK 5 Unair, selain metode tersebut, individu yang mengalami tekanan psikologis juga dapat mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, olahraga ringan, atau menyalurkan emosi melalui seni dan kreativitas.

“Mengenali pemicu stres dan mencari cara sehat untuk mengelolanya adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan mental,” tambahnya.

Mayoritas peserta mengaku pernah mengalami tekanan mental seperti stres akibat tekanan akademik, masalah keluarga, atau kurangnya dukungan sosial. Oleh karena itu, diskusi ini menjadi momen bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan mendapatkan solusi yang tepat dari mahasiswa Unair yang berasal dari program studi psikologi.

Baca Juga: Mahasiswa KKN-BBK Unair Girik Manfaatkan Pepaya sebagai Produk UMKM Bernilai Tinggi

Melalui program ‘Saling Peduli, Saling Menyembuhkan’, mahasiswa BBK 5 Unair tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga belajar memahami perspektif anak muda Mojokembang dalam menghadapi tantangan mental.

“Sebagai sesama generasi muda, kami merasa pengalaman ini sangat berharga karena dapat mengenali pola pikir dan cara pengambilan keputusan mereka,” pungkasnya.

Program ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya anak muda Mojokembang, terhadap pentingnya kesehatan mental. Selain itu, di masa mendatang, mahasiswa Unair berharap agar edukasi kesehatan mental dapat menjadi bagian dari program berkelanjutan di desa ini.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *