Potensi disintegrasi di Indonesia dewasa ini menjadi ancaman yang serius dan harus ditanggapi dengan segera dan pemilihan solusi yang tepat. Hal ini dikarenakan tingkat kompleks dan keberagaman bangsa Indonesia begitu luas sehingga memungkinkan terjadi masalah seperti ini. Tak lepas dari hal ini,perkembangan teknologi informasi membawa banyak perubahan termasuk integrasi di Indonesia. Lahirnya media sosial menggeser banyak baik budaya, norma dan etika. Secara umum, media sosial ialah media online ,dengan pengguna yang berpartisipasi dalam berbagai platform entah dalam menciptakan suatu situs atau web ataupun hal lainnya. Keberadaan media sosial mengajak setiap konsumen merespon dan memberi kontribusi terhadap berbagai informasi dengan memberi komentar dan tanggapan.
Adanya media sosial tentu membawa hal baru untuk kehidupan sosial dalam masyarakat. Perubahan yang terjadi tentu dalam kaitan dengan hubungan sosial yang pada akhirnya berujung juga pada nilai –nilai sikap dan pola perilaku yang sudah sebenarnya sudah, dipudarkan begitu saja akibat ulah media sosial. Keberadaannya memicu banyak hal yang terjadi diberbagai bidang entah baik atau tidaknya tergantung konsumen. Hoax dan berbagai dampak lainnya membawa potensi disintegrasi sosial, tak hanya sampai titik ini tetapi juga pada setiap karakter individu.
Teknologi menawarkan begitu banyak fitur yang mempermudah setiap akses manusia dalam hal informasi dan data-data. Faktanya, teknologi tak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Media sosial menjadi tempat ngobrol, tempat berdiskusi serta sumber pengetahuan. Ini berarti bahwa keberadaan teknologi sudah tak dapat ditolak lagi. Berbagai pemanfaatan teknologi yang dipakai untuk keperluan dan mempermudah manusia. Namun, pemanfaatan sosial media justru membahayakan integrasi bangsa. Penyebaran berita hoaks dapat menimbulkan kerusuhan dan hancurnya nilai moral dan etika yang pada akhirnya berujung pada disintegrasi sosial.
Dalam rangka merumuskan kebijakan akan hal ini, tentunya harus ada upaya dan strategi yang harus dipakai dalam rangka menanggulangi serta mencegah ancaman disintegrasi bangsa.Disini penulis mengunakan pemikiran Neil Postman yang dalam bukunya, ”Amusing ourselves to Death” mengkritik sekaligus memberikan solusi dalam penanganan masalah disintegrasi social akibat teknologi. Neil menganalisis secara mendalam bagaimana media masa telah mengubah cara kita berkomunikasi ,memahami informasi dan berpartisipasi dalam masyarakat. Ia menyoroti bahwa sosial media bukan hanya menyampaikan informasi tetapi secara signifikan dapat mempengaruhi cara manusia berproses dan memahami dunia.
Tujuan penulisan artikel ini untuk membantu pembaca berpikir kritis dan cerdas dalam mengunakan media sosial, sekaligus menyadarkan masyarakat untuk sadar ancaman media sosial terhadap disintegrasi sosial. Teknologi menjadi ancaman serius bagi integrasi maka perlu kesadaran melalui pemikiran Neil Postman dalam melihat dan mengambil solusi
Tulisan ini dibuat menggunakan metode kepustakaan dengan pendekatan secara analitis. Makalah ini bersifat studi pustaka di mana literature didpat dari berbagai sumber mulai dari buku,jurnal hingga jurnal disatukan dan dipelajari kemudian memperoleh data.
Menurut KKBI, disintegrasi ialah keadaan tidak bersatu padu; keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan dan persatuan; perpecahan. Disintegrasi ialah keadaan terpecah belah, perpecahan, dan hilangnya keutuhan dan persatuan. Menurut Soekanto disintegrasi merupakan keadaan dalam bermasyarakat ketika nilai-nilai kehidupan maupun normanya mulai pudar dikarenakan adanya perubahan sosial (Ilmi & Najicha, 2022).
Secara harfiah, disintegrasi adalah perpecahan suatu bangsa menjadi bagian yang saling terpisah (Ilmi & Najicha, 2022){Bibliography}.Disini disintegrasi dapat diartikan sebagai perpecahan dan terpecahnya kesatuan disebabkan oleh berbagai pengaruh entah internal maupun eksternal.Integrasi suatu negara bisa saja hancur dan terpecah belah akibat berkembangnya berbagai macam sarana-prasarana yang ada. Hadirnya disintegrasi, secara garis besar pasti hadir faktor pemicu. Faktor pemicu yang ada dapat berupa konflik yang terjadi dalam perkembangan zaman. Penyebab terjadinya disintegrasi disebabkan oleh berbagai faktor pemicu entah dalam hidup bermasyarakat secara langsung maupun dalam dunia virtual.
Konflik dan masalah disintegrasipun bisa terjadi dimana pun, termasuk dengan adanya media sosial. Media sosial ialah salah satu faktor pemicu terjadi konflik disintegrasi. Media sosial yang berbasiskan internet memugkinkan pengguna untuk berinteraksi secara luas. Keberadaan media sosial tentunya bukan hal yang asing dimata masyarakat. Hasil penelitian memprentasikan bahwa sudah lebih dari 5,04 milliar pengguna sosial media. Indonesia termasuk sebagai negara pengguna sosial terbanyak.
Laporan We Are Social menyebutkan, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 139 juta orang pada Januari 2024. Jumlah tersebut setara dengan 49,9% dari populasi di dalam negeri. Berdasarkan data tersebut,Indonesia sudah familiar dengan media social. Keberadaan teknologi menjadi “realitas kedua“ yang sangat dibutuhkan dalam setiap bidang ditambahkan dengan perkembangan zaman, memungkinkan setiap individu beradaptasi dengan keadaan yang ada.Tak hanya sebagai “tempat” mendapatkan informasi tetapi sosial media menjadi tempat berdiskusi, ngobrol dan membuat berbagai hal lain.Tentu hal ini berpengaruh pada setiap bidang terutama dalam hidup setiap masyarakat maupun secara personal.
Masyarakat tentu akan masuk dalam rana digital entah yang sifatnya bermanfaat ataupun merugikan. Jika dikaji lebih detail lagi maka keberadaan teknologi menjadi pemicu terjadi disintegrasi.kasus penyebaran berita palsu terus berlangsung hingga semua pihak mengkonsumsi setiap berita dengan cepat tanpa penyaringan lebih dahulu. Sebanyak 11,9% responden mengakui telah menyebarkan berita hoaks pada 2021. Setidaknya 30% sampai hampir 60% orang Indonesia terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui dunia maya. Sementara hanya 21% sampai 36% saja yang mampu mengenali hoaks.
Baca Juga: Pentingnya Pasar Bebas bagi Indonesia untuk Mengatasi Kemiskinan Menurut Pendekatan Hayek
Presentase tersebut menjadi bukti bahwa media sosial menjadi sarang orang membolak-balikan realitas yang utama. Integrasi menyatukan segala keberagaman yang ada, namun faktor keberagaman dapat menjadi celah yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna sosial media untuk mengganggu stabilitas kesatuan yang ada. Orang bisa saja merangkum setiap berita dengan platform dan aplikasi yang ada untuk memicu terjadi masalah disintegrasi. Jelas bahwa penggunaan sosial media secara tidak bertanggung jawab membawa masyarakat pada jurang. Mengutip dari laman Kementrian Komunikasi dan Informatika hanya 10 persen masyarakat yang memproduksi informasi sedangkan 90 persen cenderung mendistribusikan.
Maraknya penyebaran berita hoaks dan manispulasi data di media sosial dapat memicu rasa permusuhan terhadap sesama dan hal yang dikhawatirkan ialah memicu terjadi disintegrasi bangsa.
Neil postman adalah seorang penulis, dan kritikus Amerika. Dalam bukunya “ Amusing our selves to Death” ia mengkrtitik teknologi khususnya televisi karena telah mengubah cara manusia menerima informasi. Ia berpendapat bahwa televisi cenderung menghibur dan mengemas informasi dengan cara lebih memperhatikan hiburan daripada substansi atau kebenaran dan hal ini berdampak pada pengaruh terhadap gaya berpikir dari yang rumit hingga menjadi medium. Setiap informasi direduksi secara kompleksitas, dengan cara masing-masing mereduksi setiap informasi dan data. Tak hanya sampai pada hal ini, Neil juga mencatat bahwa televise kurang mendukung diskusi yang serius dan panjang Karena setiap format sudah direduksi menjadi segmen pendek dan cepat.
Tentu kritik-kritik Postman juga mengacu pada konteks media saat ini, khususnya dalam hiburan dan penyederhanaan informasi dapat secara langsung membahayakan integrasi bangsa. Polarisasi opini menjadi satu fakta yang tak dapat dibendung lagi. Media sosial dapat memperkuat polarisasi diantara berbagai kelompok masyarakat yang menyajikan informasi dan data yang tak sesuai dengan nilai dan kepercayaan yang sudah ada.
Dengan kata lain bahwa, bahaya disintegrasi terbuka lebar dan dapat membahayakan keutuhan bangsa. Satu hal menarik yang paling banyak terjadi ialah manipulasi informasi. Media sosial sekarang menjadi subjek dalam memanipulasi setiap fakta dan data yang dapat mempengaruhi persepsi publik tentang isu-isu tertentu. Tentunya hal ini dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap lembaga yang merupakan pondasi integrasi bangsa.
Neil postman memberikan pandangan dan potensi solusi terhadap bahaya disintegrasi yang disebabkan oleh media sosial. Peningkatan kritisisme terhadap media, membawa manusia untuk masuk dalam informasi tersebut,mempertanyakan kebenaran informasi dan penyampaian dan tujuan dari setiap pesan yang disampaikan.Meskipun secara tak langsung Postman menyoroti mengenai pengembangan media yang bertanggung jawab, ada argumentasi yang mempromosikan media alternative dan memperhatikan substansi daripada hiburan semata.
Kesimpulan
Teknologi menawarkan begitu banyak fitur yang mempermudah setiap akses manusia dalam hal informasi dan data-data. Faktanya, teknologi tak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Media social menjadi tempat ngobrol, tempat berdiskusi serta sumber pengetahuan. Ini berarti bahwa keberadaan teknologi sudah tak dapat ditolak lagi.berbagai pemanfaatan teknologi yang dipakai untuk keperluan dan mempermudah manusia.
Namun, pemanfaatan sosial media justru membahayakan integrasi bangsa.penyebaran berita hoaks dapat menimbulkan kerusuhan dan hancurnya nilai moral dan etika yang pada akhirnya berujung pada disintegrasi sosial.
Baca Juga: Musik: Medium Ekspresi Diri yang Tak Tergantikan
Dalam rangka merumuskan kebijakan akan hal ini, tentunya harus ada upaya dan strategi yang harus dipakai dalam rangka menanggulangi serta mencegah ancaman disintegrasi bangsa. Disini penulis mengunakan pemikiran Neil Postman yang dalam bukunya, ”Amusing ourselves to Death” mengkritik sekaligus memberikan solusi dalam penanganan masalah disintegrasi sosial akibat teknologi.
Neil menganalisis secara mendalam bagaimana media massa telah mengubah cara kita berkomunikasi, memahami informasi dan berpartisipasi dalam masyarakat. Ia menyoroti bahwa sosial media bukan hanya menyampaikan informasi tetapi secara signifikan dapat mempengaruhi cara manusia berproses dan memahami dunia.
Daftar pustaka
Ilmi, R. N., & Najicha, F. U. (2022). Bahaya Pemanfaatan Media Sosial bagi Integrasi Bangsa di Masa Pandemi. De Cive : Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(4), 135–139. https://doi.org/10.56393/decive.v2i4.593