Gaya Hidup sedentary dan Risiko Penyakit Metabolik pada Remaja Kota Mataram

Ilustrasi gambar gaya hidup sedentary. (doc. siloam hospital)
Ilustrasi gambar gaya hidup sedentary. (doc. siloam hospital)

Pola hidup sedentary adalah pola hidup tidak sehat yang ditandai dengan kecenderungan untuk kurang bergerak atau beraktivitas fisik. Menurut Kementerian Kesehatan RI, orang dengan gaya hidup sedentary umumnya membakar sedikit kalori, kurang dari 1,5 Metabolic Equivalent of Task (MET). Di era modern ini, kecenderungan malas bergerak (mager) menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi masyarakat, terutama remaja.

Dengan kemajuan teknologi dan penggunakan media sosial yang masif, dikalangan masyarakat, hal ini memicu terjadi mager. Akibatnya, banyak orang yang menghabiskan waktunya dengan duduk atau berbaring, menonton televisi, atau bekerja di depan komputer selama berjam-jam, bahkan seharian penuh.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Langkah Strategis Mengatasi Kondisi Darurat Literasi di Indonesia

Berbagai alasan untuk tidak melakukan aktivitas fisik seperti sibuk bekerja, tidak adanya sarana dan prasarana, tidak punya  teman untuk berolahraga dan alasan lainnya. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi produktivitas tetapi juga kesehatan fisik dan mental individu.

Diabetes melitus pada anak dan remaja merupakan masalah yang perlu diwaspadai dan ditangani secara serius. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah, yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada organ tubuh manusia seperti gangguan pada jantung, mata, ginjal, dan saraf.

Umumnya, diabetes diderita oleh orang dewasa, namun pada kenyataannya, penyakit ini juga banyak diderita oleh remaja. Penyebabnya adalah gaya hidup seperti kurangnya upaya pencegahan DM  (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh (Julliyana dkk, tahun)  menunjukkan bahwa sebanyak 74% responden memiliki perilaku sedentary tinggi dan sebanyak 72% responden memiliki risiko diabetes melitus rendah. hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat sedentary maka semakin tinggi pula risiko diabetes melitus pada remaja.

Baca Juga: Mengenal Toxic Masculinity Stereotip Masyarakat Terhadap Emosi Laki-laki

Penelitian ini menekankan pentingnya perhatian terhadap gaya hidup remaja dan perlunya intervensi untuk mengurangi perilaku sedentary guna mencegah peningkatan kasus diabetes melitus di kalangan remaja.

Perlu adanya tindakan, perhatian dan kerja sama dari orang tua, pendidik, pemerintah bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya aktivitas fisik dan kebiasaan makan yang sehat pada remaja. Dengan mengurangi aktivitas sedentary dapat mencegah risiko diabetes dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *