Krajan.id – Permasalahan stunting di Kelurahan Giriwono, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan data terbaru (per Juni 2024) dari petugas gizi UPTD Puskesmas Wonogiri II, terdapat 19 balita yang mengalami stunting di Kelurahan Giriwono. Upaya pencegahan perlu ditanamkan sejak dini, bahkan sejak masa remaja.
Salah satu cara pencegahan dini stunting adalah dengan mencegah kejadian anemia pada remaja putri sebagai calon ibu, karena anemia merupakan salah satu faktor risiko stunting. Selain itu, posyandu remaja di Kelurahan Giriwono masih kurang aktif sehingga perlu dioptimalkan.
Untuk meningkatkan kesadaran remaja Indonesia tentang pentingnya kesehatan, terutama dalam mencegah anemia dan stunting, Jiany Karina Rizky, Mahasiswi KKN Tim II Universitas Diponegoro Program Studi Kesehatan Masyarakat, menyelenggarakan program kerja monodisiplin Gerakan “CERIA (Cegah Anemia Remaja Indonesia)”.
Program ini berupa kegiatan edukasi dan pemberdayaan kesehatan terkait pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja, yang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan posyandu remaja dan bekerja sama dengan Bidan Desa setempat pada Minggu (21/7/2024), di Gedung Balai Pertemuan Lingkungan Pucangwolu, Kelurahan Giriwono, Kecamatan Wonogiri.
Kegiatan ini dihadiri oleh 33 remaja Karang Taruna GEMPAR Pucangwolu, di antaranya 18 remaja putri. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberdayakan remaja dengan meningkatkan wawasan tentang bahaya anemia dan penerapan upaya pencegahan anemia remaja putri melalui gerakan “CERIA” sebagai upaya pencegahan dini stunting di Kelurahan Giriwono.
Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat atau memiliki kadar hemoglobin yang rendah. Kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan, pusing, dan masalah kesehatan yang lebih serius jika tidak ditangani.
Remaja putri rentan terhadap anemia karena menstruasi dan peningkatan kebutuhan zat besi selama masa pertumbuhan. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan gejala seperti 5L (lemah, letih, lesu, lelah, lunglai), mudah mengantuk, sakit kepala, mata berkunang-kunang, serta pucat pada wajah, kelopak mata, dan telapak tangan.
Hal ini dapat berdampak pada menurunnya konsentrasi dan prestasi belajar remaja, serta berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Anemia pada remaja putri juga dapat meningkatkan risiko kematian ibu melahirkan, bayi prematur, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), serta gangguan tumbuh kembang anak seperti stunting dan masalah neurokognitif.
Anemia juga dapat menyebabkan perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang mengancam keselamatan ibu dan bayi, serta menyebabkan bayi lahir dengan cadangan zat besi rendah, sehingga berisiko mengalami anemia di usia dini.
Kegiatan edukasi dan pemberdayaan ini meliputi pemeriksaan kesehatan (pengukuran berat badan dan tekanan darah), pengerjaan soal pre-test, pemutaran video animasi tentang anemia, pemaparan materi PowerPoint tentang anemia dan pengenalan fitur “CERIA” pada aplikasi SATUSEHAT Kemenkes, diskusi interaktif, pembagian “Pil Cantik/Tablet Tambah Darah (TTD)” dan leaflet, pengerjaan soal post-test, serta sesi foto dan video bersama.
Kegiatan ini disampaikan dengan suasana interaktif dan menyenangkan sehingga para remaja antusias dan memahami materi dengan baik. Hasil skor pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan pengetahuan remaja yang signifikan mengenai anemia dan pentingnya konsumsi TTD setelah mengikuti kegiatan edukasi ini.
Materi yang disampaikan secara garis besar meliputi pengertian anemia, klasifikasi, penyebab, gejala, dampak, pencegahan, penanggulangan anemia, serta pengenalan fitur “CERIA” pada aplikasi SATUSEHAT Kemenkes untuk monitoring kepatuhan konsumsi TTD. Remaja putri yang hadir mengikuti kegiatan dengan antusias dan memiliki keingintahuan yang tinggi.
TTD diberikan kepada remaja putri berusia 12-19 tahun, dengan dosis 1 tablet per minggu dan setiap hari selama menstruasi, untuk memenuhi asupan zat besi dan meningkatkan kadar hemoglobin agar terhindar dari risiko anemia.
Untuk meningkatkan kepatuhan remaja putri dalam mengonsumsi TTD, Kementerian Kesehatan meluncurkan fitur pengingat minum obat “CERIA” pada aplikasi SATUSEHAT Mobile. Fitur ini membantu mencatat dan melaporkan data elektronik konsumsi TTD, mengingatkan jadwal konsumsi, serta menyediakan informasi mengenai anemia dan TTD yang dapat diakses melalui menu informasi.
Fitur ini dilengkapi dengan menu “Detail Obat”, “Informasi Sekolah”, dan “Ingatkan Minum Obat” untuk memantau kepatuhan konsumsi TTD. Riwayat konsumsi TTD dapat diakses melalui beranda aplikasi.
Baca Juga: Permainan Anak Nagari: Mahasiswa KKN UNAND Ajak Generasi Muda Lestarikan Nilai Budaya
Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan untuk menyusun daftar sekolah yang belum tercantum dalam aplikasi, agar fitur “CERIA” dapat dimanfaatkan oleh remaja putri di seluruh Indonesia.
Aplikasi SATUSEHAT dapat diunduh melalui Play Store dan App Store. Kehadiran istilah “Pil Cantik/TTD” ini memberikan citra positif kepada Rematri (Remaja Putri) agar termotivasi untuk rutin mengonsumsi TTD dengan didukung oleh slogan “Remaja Cantik Berseri, Patuhi Konsumsi Pil Cantik dan Gizi Seimbang!”
Keberhasilan program ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk bidan desa dan kader kesehatan setempat. Gerakan CERIA ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran Rematri mengenai pentingnya mengonsumsi “Pil Cantik/TTD” serta gizi seimbang dalam pencegahan anemia dan stunting.
Keberhasilan program ini tidak hanya terhenti pada hari pelaksanaan. Di akhir kegiatan, leaflet dan PowerPoint dibagikan kepada remaja, bidan desa, dan kader kesehatan sebagai media panduan edukasi yang efektif dalam kegiatan posyandu rutin, sehingga masyarakat dapat terus memperoleh informasi yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan mereka.
Sebagai bahan evaluasi dan masukan, ke depannya pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) bagi remaja di Kelurahan Giriwono mungkin dapat diselenggarakan, mengingat jarangnya pemeriksaan ini serta kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai.
Ibu Avi, Bidan Desa Kelurahan Giriwono, mengungkapkan, “Saya merasa terbantu dan mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh mba Jiany. Saya berharap, dengan adanya kegiatan ini, remaja putri di Kelurahan Giriwono dapat menjadi lebih berdaya dan peduli terhadap kesehatan mereka dengan rutin mengonsumsi Pil Cantik/TTD serta menerapkan gizi seimbang agar terhindar dari anemia, sehingga tercipta generasi bebas stunting di masa mendatang.”
Program edukasi dan pemberdayaan ini menjadi wujud nyata kontribusi mahasiswa dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya remaja putri. Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak remaja putri yang sadar akan pentingnya mengonsumsi TTD agar terhindar dari anemia.
“Dengan upaya bersama dari berbagai pihak, gerakan CERIA diharapkan dapat menjadi langkah promotif yang konkret dalam meningkatkan kesehatan remaja Indonesia serta langkah preventif dalam mengurangi angka kejadian anemia di kalangan remaja sehingga mampu memberikan kontribusi yang baik dalam mendorong target percepatan penurunan angka stunting di Indonesia,” ujar Jiany.
Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.