Harapan Besar Gapoktan, Mahasiswa KKN UNEJ Berperan Atasi permasalahan Petani

Area persawahan di Desa Rejo Agung yang berada di Dusun Reces, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso.
Area persawahan di Desa Rejo Agung yang berada di Dusun Reces, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso. (doc. pribadi)

Krajan.id – Sektor pertanian menjadi sektor utama di Desa Rejo Agung khususnya kopi dan padi. Menurut Pak Saleh selaku petani kopi dan pemilik Sekolah Kopi Raisa, potensi kopi di Desa Rejo Agung sangat melimpah. Banyak dijumpai kebun kopi di Dusun Tol-Tol Barat dan Tol-Tol Timur. Selain itu, warga juga memanfaatkan kebun-kebun di samping rumah untuk menanam kopi.

Tidak hanya kopi, tanaman padi juga banyak dibudidayakan di Desa Rejo Agung. Tanaman padi dipilih oleh sebagian masyarakat Rejo Agung karena masa tanam yang cepat dan hasil dari panen bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bacaan Lainnya

Luas tanah untuk persawahan di Desa Rejo Agung sebesar 248,1 ha/m2, sedangkan luas tanah untuk perkebunan sebesar 662 ha/m2. Perkebunan kopi juga banyak dijumpai di dusun Plampang, sedangkan untuk persawahan dominasi di dusun Krajan dan Sumbertengah.

Selain potensi alamnya, Desa Rejo Agung juga memiliki permasalahan-permasalahan dalam persawahan dan perkebunan. Permasalahan untuk sawah yaitu berkurangnya subsidi pupuk dari pemerintah, sedangkan permasalahan untuk kopi yaitu menumpuknya limbah kopi.

Saat panen raya kopi tiba, tepatnya di bulan April, kulit-kulit kopi dibiarkan dibuang begitu saja di pinggir jalan. Para petani tidak tahu bagaimana cara mengolah limbah kopi yang menumpuk itu. Dampak negatif yang timbul akibat pembuangan limbah kopi sangat banyak, yaitu dapat mengganggu kehidupan biotik, menjadi sumber penyakit, penurunan kulitas udara, pencemaran air, dan mengganggu keindahan desa.

“Saya mendengar kabar kalau di Desa Rejo Agung pemberian pupuk subsidi berkurang sebesar 50%. Jadi masyarakat khawatir darimana lagi cara memperoleh pupuk dengan harga yang terjangkau. Nah, itu permasalahan untuk para petani horti, sedangkan permasalahan di petani kopi itu susahnya mencari tempat untuk mengumpulkan limbah kulit kopi. Saya berharap dengan adanya mahasiswa KKN Universitas Jember ini dapat membantu mengurangi sedikit permasalahan yang ada di Desa Rejo Agung kita ini,” ucap Pak Hasan selaku ketua Gapoktan pada Sabtu (20/01/24).

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan salah satu komunitas yang berisikan anggota-anggota kelompok tani, mulai dari petani horti maupun petani kopi. Pak Hasan Basri selaku ketua Gapoktan juga mengharapkan dengan adanya mahasiswa KKN dapat menghidupkan kembali komunitas ini yang sudah lama tidak aktif.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *