Kasus KDRT: Dampak dari Ketidaksetaraan Gender dan Budaya Patriarki?

Ilustrasi KDRT
Ilustrasi KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah salah satu bentuk nyata dari ketidakadilan gender yang masih mengakar kuat dalam masyarakat kita. Diskriminasi berbasis gender menjadi salah satu pemicu utama KDRT, di mana perempuan sering dianggap lemah dan ditempatkan dalam posisi subordinat.

Budaya patriarki, terutama di lingkungan yang masih memegang erat adat istiadat, memperkuat stereotip tersebut. Di bawah sistem ini, perempuan sering dibatasi pada peran domestik, seperti mengurus rumah dan melayani suami, sementara akses terhadap pendidikan dan partisipasi di sektor publik kerap diabaikan.

Bacaan Lainnya

Di Indonesia, diskriminasi dan ketidaksetaraan gender masih berlangsung hingga saat ini, membatasi ruang gerak dan partisipasi perempuan di berbagai bidang. Kondisi ini memperkuat persepsi masyarakat yang meremehkan peran perempuan, yang pada akhirnya memicu banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Hal ini berdampak pada terhambatnya akses perempuan dalam mendapatkan hak-hak yang setara dan adil (Sonya Hellen, 2024:19).

Sementara itu, kekerasan terhadap perempuan dalam berbagai bentuk terus terjadi di berbagai lapisan masyarakat dan kelompok usia. Kekerasan terhadap perempuan sering kali dianggap sebagai cara bagi laki-laki untuk memastikan perempuan tetap patuh pada mereka.

Salah satu masalah yang terus terjadi di Indonesia adalah tidak adanya kesetaraan gender, baik antara laki-laki dan perempuan maupun antar kelompok lainnya. Laki-laki sering kali menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah, yang berakibat pada rendahnya kualitas hidup perempuan di bidang budaya, lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan politik.

Ketidaksetaraan ini memicu laki-laki melakukan tindakan kekerasan, pemerkosaan, atau bahkan perbudakan terhadap perempuan. Akibatnya, perempuan menjadi trauma dan kehilangan kepercayaan diri, yang pada akhirnya menghambat partisipasi mereka di masyarakat. Kondisi ini juga mengundang kontroversi terkait upaya penegakan hak asasi manusia (HAM) bagi perempuan.

Salah satu kasus yang tengah menjadi perbincangan publik adalah kasus KDRT yang dialami selebgram Cut Intan Nabila oleh suaminya, Armor Toreador. Kasus ini bermula dari perselisihan saat suami Cut Intan ketahuan menonton video porno, yang kemudian berujung pada penganiayaan terhadap istrinya.

Baca Juga: Antara Logika dan Imajinasi: Blaise Pascal dan Proses Pengambilan Keputusan

Kasus ini menunjukkan adanya pengaruh budaya patriarki yang masih kuat, di mana suami merasa berhak mendapatkan layanan penuh dari istrinya. Ketika istri dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan suami, suami merasa sah untuk mencari pemuas lain.

Ketika Cut Intan Nabila menuntut penjelasan atas perilaku suaminya, ia justru mengalami kekerasan fisik, yang jelas sangat tidak adil baginya.

Diskriminasi dan ketidaksetaraan gender adalah masalah serius yang dapat merusak moral bangsa, karena membatasi partisipasi perempuan dalam berbagai sektor, termasuk budaya, pendidikan, ekonomi, dan politik.

Hingga saat ini, Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) masih bertentangan dengan kenyataan banyaknya kasus KDRT yang belum tertangani secara memadai. Penanganan dan penghapusan KDRT harus menjadi prioritas di Indonesia agar perempuan dapat merasa aman, damai, dan terlindungi.

Baca Juga: Optimalisasi Survival Gen Z Melalui Pemikiran Rene Descartes

“Jika hal itu terus-menerus terjadi dan tidak ada percepatan, kita mengibaratkan anak yang lahir saat ini harus menunggu 97 tahun lagi untuk merasakan kesetaraan gender yang sesungguhnya. Sebab, diskriminasi yang terjadi semakin parah,” ujar Misiyah (Sonya Hellen, 2024:19).

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita, sebagai manusia yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, untuk mendorong kesetaraan gender di masyarakat. Hal ini penting agar tercipta lingkungan yang humanis dan adil bagi semua gender, terutama perempuan.

Penting pula untuk mengenali pasangan dan lingkungan sebelum menjalin hubungan, guna menghindari masalah di masa depan. Pendidikan bagi setiap pasangan juga perlu ditingkatkan, terutama terkait kesiapan mental, ekonomi, dan parenting.

Simak berita terbaru kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Krajan.id WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VaAD5sdDOQIbeQkBct03 Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *