Pada era modern yang serba cepat, Gen Z menghadapi tantangan yang belum pernah dialami oleh generasi sebelumnya. Disrupsi teknologi, ketidakpastian ekonomi, dan dinamika sosial yang semakin kompleks menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Dunia digital, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, membentuk cara berpikir, berkomunikasi, dan bahkan bagaimana mereka memahami diri sendiri serta realitas di sekitar mereka (Sari, 2023).
Ketergantungan pada teknologi, tekanan dari media sosial, serta identitas yang terus berubah membuat tantangan hidup semakin terasa berat. Namun, di tengah segala perubahan ini, pemikiran Rene Descartes, seorang filsuf besar dari abad ke-17 (Hakim, 2022), memberikan wawasan yang relevan untuk membangun daya tahan (survival) bagi Gen Z.
Rene Descartes, dikenal sebagai “bapak filsafat modern,” lahir pada 1596 di Prancis dan memberikan kontribusi besar dalam membentuk fondasi pemikiran rasionalisme. Pemikiran utamanya yang dikenal luas adalah ungkapannya yang terkenal, “Cogito, ergo sum” atau “Aku berpikir, maka aku ada.” Prinsip ini mencerminkan inti dari rasionalisme yang Descartes tekankan: keyakinan bahwa berpikir adalah dasar dari keberadaan manusia (Hakim, 2022).
Descartes menolak untuk menerima sesuatu sebagai kebenaran kecuali ia bisa dibuktikan melalui akal dan analisis kritis. Dengan pendekatan skeptis dan metodis, ia mengajarkan bahwa keraguan adalah langkah awal menuju pengetahuan yang lebih dalam dan otentik.
Rasionalisme Descartes kemudian menjadi salah satu dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, serta memberi pengaruh pada berbagai aspek pemikiran manusia, termasuk cara kita mengambil keputusan (Hakim, 2022).
Saat kita melihat tantangan utama yang dihadapi Gen Z di era modern, pengaruh teknologi menjadi salah satu yang paling dominan. Kehidupan sehari-hari Gen Z sangat erat dengan dunia digital. Teknologi memberikan kemudahan, akses tak terbatas pada informasi, dan keterhubungan global, tetapi di sisi lain, ketergantungan pada teknologi ini juga menimbulkan masalah tersendiri. Aliran informasi yang deras dan sering kali tidak terfilter menuntut kemampuan untuk memilah yang benar dari yang salah (Rahim & Indah, 2024).
Media sosial, dengan segala dinamika sosialnya, memengaruhi bagaimana identitas dibentuk dan dikembangkan, sering kali menambah tekanan pada kesehatan mental Gen Z. Dalam hal ini, prinsip pemikiran Descartes sangat relevan. Kemampuan untuk berpikir kritis dan rasional, yang menjadi fondasi filsafat Descartes, dapat membantu Gen Z menghadapi tantangan ini.
Dalam lautan informasi yang tak terbatas, sikap skeptis dan keraguan metodis Descartes dapat menjadi alat penting untuk memilah informasi, menganalisisnya secara objektif, dan mengambil keputusan yang tepat (Rahim & Indah, 2024).
Tantangan lain yang dihadapi Gen Z adalah ketidakpastian ekonomi. Dunia terus berubah dengan cepat, dan situasi ekonomi global sering kali tidak bisa diprediksi. Teknologi menggantikan banyak pekerjaan konvensional, sementara peluang di bidang-bidang baru menuntut adaptasi cepat. Ketidakpastian ini membuat Gen Z harus lebih fleksibel dan cepat beradaptasi (Ambarwati, 2023).
Baca Juga: Menghidupkan Kembali Sunnah Nabi Melalui Seni Bela Diri Pencak Silat di Era Modern
Namun, di balik ketidakpastian tersebut, pemikiran Descartes dapat membantu mereka. Descartes mengajarkan bahwa setiap masalah, sebesar apa pun, bisa dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Metode analisis logis ini membantu dalam mengatasi situasi yang rumit dan sulit. Dengan memecah tantangan menjadi masalah-masalah kecil, Gen Z dapat lebih mudah menemukan solusi yang rasional dan efektif.
Dinamika sosial juga menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Gen Z. Tekanan dari media sosial, ekspektasi sosial yang berubah-ubah (Anggara et al., 2024), dan pencarian identitas sering kali membuat mereka merasa terombang-ambing dalam kebingungan. Di sinilah pentingnya kesadaran diri dan refleksi, dua konsep yang sangat dekat dengan pemikiran Descartes.
Dalam proses refleksi, Descartes mendorong manusia untuk mempertanyakan segala sesuatu yang diterima begitu saja, termasuk nilai-nilai sosial dan identitas diri. Bagi Gen Z, refleksi ini penting untuk membantu mereka memahami siapa mereka sebenarnya, terlepas dari pengaruh media sosial dan tekanan lingkungan. Dengan kesadaran diri yang lebih kuat, mereka akan lebih mampu membuat keputusan yang otentik dan tidak terbawa arus tren atau opini massa.
Baca Juga: Konsep Gaya Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara
Optimalisasi survival Gen Z melalui pendekatan Descartes sangat mungkin terjadi jika mereka menerapkan prinsip-prinsip pemikiran kritis dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara utamanya adalah dengan menjadikan berpikir sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Ketika dihadapkan pada situasi yang kompleks atau penuh ketidakpastian, kemampuan berpikir rasional memungkinkan Gen Z untuk menganalisis situasi secara objektif dan memilih langkah yang paling tepat. Pendekatan Descartes ini juga mengajarkan bahwa keraguan bukanlah kelemahan, tetapi justru langkah awal menuju pengetahuan yang lebih mendalam dan keputusan yang lebih bijaksana.
Gen Z juga dapat mengatasi ketidakpastian dengan pendekatan analisis logis yang diajarkan oleh Descartes. Dengan memecah masalah besar menjadi bagian-bagian kecil, mereka bisa mengatasi tantangan yang tampaknya sulit dengan cara yang lebih sistematis.
Pendekatan ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengelolaan karier hingga hubungan sosial. Selain itu, penting bagi Gen Z untuk mengembangkan pemikiran mandiri. Descartes menekankan pentingnya memiliki fondasi pemikiran yang kuat dan independen, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh tren atau opini yang tidak selalu benar.
Baca Juga: Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan: Filosofi dan Relevansinya di Era Modern
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemikiran Descartes menawarkan prinsip-prinsip penting yang dapat membantu Gen Z dalam menghadapi tantangan zaman modern. Pemikiran kritis, refleksi diri, dan analisis logis menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang di tengah dinamika kehidupan yang serba cepat dan kompleks.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, Gen Z dapat membangun ketahanan mental dan emosional yang lebih baik, serta menjadi generasi yang tidak hanya bertahan, tetapi juga unggul dalam berbagai situasi.
Referensi
- Ambarwati, M. F. L. (2023). Menavigasi Generasi Z: Tantangan Manajemen SDM di Era Baru. TarFomedia, 4(2).
- Anggara, B., Masfufah, A. F., Sari, I. P., Rahayu, L., Hakim, L., Prastio, M., Yonata, O., & Sari, S. F. (2024). Menangani Tantangan Sosial dan Ekonomi di Era Gen Z. Harmoni Pendidikan : Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(4).
- Hakim, L. (2022). Filsafat umum: Upaya untuk lebih mengenal & memahami filsafat lebih awal. Zahir Publishing.
- Rahim, A., & Indah, M. (2024). Pentingnya Pendidikan Literasi Digital di Kalangan Remaja. SABAJAYA Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2).
- Sari, P. (2023). Melibatkan Generasi Muda dalam Ekonomi dan Bisnis “Menghadapi Tantangan dan Peluang di Era Milenial Generasi Z.” JMEB Jurnal Manajemen Ekonomi & Bisnis, 1(2).