Keanekaragaman dan Distribusi Moluska di Lampung Selatan
Filum Moluska di perairan Lampung Selatan, khususnya di Pantai Pasir Putih dan Pantai Mutun, menunjukkan tingkat keanekaragaman yang cukup tinggi, terutama dari kelas Gastropoda dan Bivalvia. Penelitian yang dilakukan di Pantai Pasir Putih pada tahun 2017 mencatat 48 individu dari 9 famili, dengan Gastropoda seperti Cerithiidae dan Neritidae lebih dominan dibandingkan Bivalvia, yang hanya diwakili oleh famili Mactridae (Septiana, 2017).
Sementara itu, di Pantai Mutun berdasarkan penelitian tahun 2021, ditemukan enam famili Gastropoda yang mencakup Trochidae dan Strombidae. Bivalvia tetap hanya diwakili oleh famili Mactridae. Perbedaan ini mengindikasikan bahwa faktor seperti jenis substrat, tingkat polusi, dan aktivitas manusia sangat memengaruhi distribusi dan kelimpahan Moluska. Habitat dengan tingkat polusi rendah cenderung mendukung stabilitas dan keanekaragaman populasi yang lebih baik (Berliana et al., 2024).
Strategi Reproduksi dan Adaptasi Sistem Pencernaan
Reproduksi pada Moluska sangat bervariasi tergantung pada kelas dan habitatnya. Sebagian besar spesies hidup di laut, mulai dari wilayah pasang surut hingga laut dalam. Namun, beberapa spesies telah beradaptasi untuk hidup di perairan tawar seperti sungai, danau, bahkan di daratan, seperti siput dan bekicot.
Gastropoda seperti Cerithidea obtusa yang ditemukan di Cagar Alam Muara Sungai Bungin menerapkan strategi ovipar dengan meletakkan telur di substrat berlumpur (Defrianjeli, 2023). Sebaliknya, Bivalvia umumnya mengalami fertilisasi eksternal, seperti famili Mactridae di Pantai Pasir Putih yang melepaskan gamet ke air (Septiana, 2017). Beberapa Gastropoda juga memiliki kemampuan hermafrodit, yang memungkinkan mereka bereproduksi sendiri di lingkungan dengan populasi rendah.
Faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan kualitas air sangat memengaruhi siklus reproduksi Moluska. Polusi domestik yang tinggi terbukti menurunkan kesuburan dan keberhasilan reproduksi (Iswati, 2021). Beberapa spesies hanya bereproduksi sekali seumur hidup, sedangkan yang lain dapat bertelur berkali-kali, tergantung kondisi lingkungan.
Moluska memiliki sistem pencernaan yang lengkap, dimulai dari mulut, esofagus, lambung, usus, hingga anus. Gastropoda seperti Pomacea canaliculata menggunakan radula untuk mengikis makanan.
Sementara itu, Bivalvia seperti Mactridae menyaring partikel organik menggunakan insang (Putri et al., 2024). Di ekosistem lamun, Gastropoda herbivora seperti Terebralia sulcata mengonsumsi alga dan detritus (Cappenberg & Wulandari, 2019).
Sebagai filter feeder, Bivalvia menyaring organisme mikroskopis dan partikel organik dari air. Namun, mereka sangat sensitif terhadap kualitas air. Peningkatan kadar TSS (Total Suspended Solids) dapat menghambat proses pencernaan dan menyebabkan gangguan fisiologis (Berliana et al., 2024). Adaptasi sistem pencernaan inilah yang memungkinkan Moluska bertahan di habitat intertidal dengan kondisi nutrisi yang fluktuatif.
Peran Ekologis dan Adaptasi Moluska
Moluska memainkan peran penting dalam ekosistem pesisir. Masing-masing spesies menempati niche ekologis tertentu sesuai dengan morfologi dan perilakunya. Misalnya, Cerithium kobelti dari kelas Gastropoda mendominasi area berpasir di zona intertidal karena kemampuannya bergerak dan beradaptasi dengan kondisi ekstrem. Sebaliknya, Anadara antiquata dari kelas Bivalvia cenderung ditemukan di substrat berlumpur (Cappenberg & Wulandari, 2019).
Sebagian besar Gastropoda bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk menghindari predator. Sementara itu, Bivalvia hidup sessile, yaitu melekat pada substrat atau menggali lumpur untuk bertahan hidup (Rukanah, 2019). Kondisi perairan yang tercemar menyebabkan penurunan populasi, dengan Bivalvia lebih rentan dibandingkan Gastropoda.
Beberapa spesies seperti Telescopium telescopium bahkan berfungsi sebagai bioindikator, yang mencerminkan kualitas lingkungan mangrove. Perubahan drastis pada kondisi habitat, seperti peningkatan limbah domestik, dapat menyebabkan penurunan populasi spesies ini (Septiana, 2017).
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Moluska di perairan Lampung Selatan memperlihatkan keanekaragaman yang tinggi, dengan dominasi dua kelas utama, yakni Gastropoda dan Bivalvia. Keanekaragaman hayati ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti substrat, tingkat polusi, dan aktivitas manusia. Habitat yang relatif alami dengan gangguan minimal umumnya memiliki komunitas Moluska yang lebih stabil dan beragam.
Dalam hal reproduksi, strategi yang digunakan sangat bervariasi dan bergantung pada kelas masing-masing. Gastropoda cenderung ovipar, sementara Bivalvia bereproduksi secara eksternal. Keberhasilan reproduksi sangat ditentukan oleh faktor eksternal, termasuk kualitas air dan ketersediaan pasangan.
Dari segi pencernaan, Moluska menunjukkan adaptasi yang efisien. Gastropoda memanfaatkan radula untuk mengikis makanan, sedangkan Bivalvia menyaring partikel makanan dari air. Kemampuan ini menjadikan mereka penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, namun sekaligus membuat mereka rentan terhadap perubahan kualitas air.
Adaptasi perilaku seperti kehidupan sessile pada Bivalvia dan mobilitas tinggi pada Gastropoda menunjukkan bahwa Moluska telah berevolusi untuk mengisi berbagai peran ekologis. Selain itu, adanya spesies yang berperan sebagai bioindikator memperkuat pentingnya menjaga kualitas lingkungan perairan di Lampung Selatan.
Upaya konservasi, pengendalian polusi, dan pemantauan kualitas air menjadi sangat penting untuk mendukung kelangsungan hidup Moluska dan mempertahankan keberlanjutan ekosistem pesisir yang sehat dan produktif.
Daftar Pustaka
- Berliana, C. G., Candri, D. A., & Ahyadi, H. (2024). Mollusca Biodiversity as A Quality Bioindicator Waters in Central Lombok Gerupuk Bay Coastal Area. Jurnal Pijar Mipa, 19(2), 265–272.
- Cappenberg, H. A. W., & Wulandari, D. A. (2019). Struktur Komunitas Moluska di Padang Lamun Perairan Pulau Belitung Provinsi Bangka Belitung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(3),735-750.
- Defrianjeli, F. A. (2023). Studi Ekologi Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur Resort Mendahara Provinsi Jambi. (Skripsi). Universitas Jambi.
- Iswati. (2021). Analisis Kesehatan Lingkungan Perairan Berdasarkan Profil Hemosit Keong Mas (Pomacea canaliculata) dari Das Brantas Wilayah Mojokerto, Jawa Timur. (Skripsi). Universitas Brawijaya.
- Putri, N. A., Ada, I., Riska, D., Ainun, M., & Sahribulan, S. (2024). Kajian Sistem Pencernaan Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Polygon: Jurnal Ilmu Komputer dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2(4),8-14.
- Septiana, N. I. (2017). Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Pantai Pasir Putih Kabupaten Lampung Selatan. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Raden Intan.
Tim Penulis:
- Laras Nurul Hasanah (2414221003)
- Nayla Tessa Davina (24144221013)
- Putra Amarta Rizaldy (2414221023)
- Rafli Darren Cassidy (2414221037)
- Yosephine Dahlia Manuela H. (2414221045)
- Nico Alexander L. Tobing (2414221049)
- Bunga Nafisya Putri (2414221055)